Cuma mau bilang, Aku-lagi-suka-sama-Mas R-👍
.
.
.
.
.
.[TIGA PULUH DELAPAN]
Di minggu pagi, pukul tujuh pagi, Ana sedang menggoreng nasi goreng, sarapan untuknya dan Raga. Ia tersenyum tipis saat nasi goreng buatannya sudah jadi dan menghasilkan aroma yang membuatnya ingin segra mencobanya. Ia meletakkan nasi goreng tersebut diatas meja, mencuci tangannya lalu berjalan menuju kamar, memanggil Raga.
Ceklek
"Ga?" Ana masuk dan mengedarkan pandangannya disetiap sisi kamar. Ia mendekat pada Raga yang sedang mengeringkan rambutnya sambil melihat kearahnya dengan senyum tipisnya. Raga mendekat kearahnya lalu menyerahkan handuk tersebut.
"Keringin" Ana mengangguk. Ana duduk diatas sofa, sedangkan Raga duduk dikarpet bulu, di bawahnya.
"Lo ngapain tadi?" Tanya Raga.
"Masak. Abis ini kita sarapan" Jawab Ana dan diangguki Raga. Setelah dirasa cukup, Ana menyimpan handuk tersebut.
"Udah?" Tanya Raga.
Ana menggeleng, "Belum" Jawabnya.
Alis Raga mengerut bingung. "Te-"
Belum sempat Raga selesai dengan ucapannya, Ana sudah lebih dulu menariknya keluar kamar. "Nggak usah bacot. Gue udah laper" Ucapnya sambil berjalan menuju meja makan dengan senyuman diwajahnya, tak sabar mencoba nasi goreng buatannya. Raga hanya menggeleng menanggapinya, dan mengikuti Ana. Mereka duduk berhadapan dengan sepiring nasi goreng dihadapan mereka masing-masing.
"Enak ngga, enak ngga?" Tanya Ana antusias. Raga mendongak dan menggeleng, "Asin" Jawabnya, namun tetap memakannya.
"Masa sih?" Ana kembali menyuap nasi gorengnya. Namun menurutnya rasanya sudah pas. "Nggak kok! Enak ini!"
"Nggak!"
"Enak!"
"Nggak!"
"Enak!"
"Eng- uhuk! Uhuk!" Raga tersedak nasi goreng. Ia segera mengambil segelas air dan meneguknya hingga habis.
"HAHAHA! Kena kan lo!" Ejek Ana sambil tertawa.
Raga memutar bola matanya malas. "Bacot! Habisin tuh, keburu dingin!"
"Emang udah dingin" Gumam Ana pelan.
Setelah sarapan, Ana mencuci piring keduanya. Sedangkan Raga sedang nonton tv di ruang tengah. Ana mencuci tangannya lalu mengeringkannya menggunakan lap bersih. Ia keluar dari dapur sambil mengedarkan pandangannya.
"AGAA!" Teriak Ana memanggil Raga.
"RUANG TENGAH, NA!" Jawab Raga ikut teriak.
Ana tersenyum dan berlari kecil menuju ruang tengah. Ia duduk disamping Raga dan menggandeng tangan Raga, membuat Raga menatapnya bingung.
"Kenapa nih?" Tanya Raga.
Ana senyum-senyum sendiri melihat Raga. "Jadi gini, Ga"
"Apa sih? Ada maunya nih?" Tanya Raga lagi. Ia beralih merangkul bahu Ana.
"Lo sibuk?" Tanya Ana.
Raga memutar bola matanya. "Emang sekarang gue lagi ngapain?" Raga balik bertanya. Ana terkekeh pelan. Ana membawa jari telunjuknya menggambar pola abstrak didada bidang Raga, membuat Raga terkekeh pelan melihatnya.
"Ngomong aja. Mau apa, hm?" Raga mencubit pelan hindung Ana membuat Ana menatapnya kesal, namun Ana kembali tersenyum. Ana berdiri dan menarik tangan Raga menuju kamar.
"Lo mau ngapain sih, Na?" Tanya Raga bingung. Ana tidak menjawab hingga mereka sampai dalam kamar.
"Ganti baju sekarang! Kita jalan-jalan!" Seru Ana semangat. Ia mulai membuka lemari dan memilih pakaian yang akan mereka pakai. Ia mengambil celana jeans hitam panjang dan kaos putih polos, serta kemeja hitam lengan panjang, untuk Raga. Ia berbalik dan menyerahkannya pada Raga yang sedari tadi hanya melihatnya. "Nih! Lo pake ini"
Raga menerimanya. "Jadi, kita mau jalan-jalan?" Tanya Raga memastikan. Ana memutar bola matanya malas. "Kan tadi udah gue bilang. Udah! Sekarang lo ganti baju. Cepetan jangan lama-lama!" Perintah Ana. Raga mengangguk lalu berjalan menuju kamar mandi. Saat sampai depan pintu Raga kembali berbalik.
"Ganti baju disini apa dikamar mandi?" Tanyanya sambil menatap jahil Ana.
"AGAA!" Raga buru-buru masuk kekamar mandi setelah mendengar pekikan Ana.
Ana mengenakan celana sepaha dan kaos putih polos serta kemeja lengan panjang berwarna hitam agak kebesaran. Tak lupa dengan sepatu putih yang mereka kenakan. Mereka berdua tampak cantik dan tampan.
Ana menyemprotkan sedikit parfum ditubuhnya lalu mengambil kunci mobil dan keluar dari kamar, menyusul Raga yang sudah menunggunya diluar.
Raga mengendarai mobil dengan kecepatan sedang sambil sesekali melirik Ana yang sedang mengamati jalanan yang tampak lumayan ramai. Rencananya mereka akan ke mall. Setelah memakan waktu 25 menit, akhirnya mereka sampai.
Ana keluar dari mobil dengan senyuman tipis diwajahnya. Saat akan berjalan masuk kedalam mall, tangannya dicekal dari belakang, saat ia menoleh ternyata itu Raga. "Ke-"
"Biar nggak hilang" Potong Raga. Ana mengendus kesal, namun ia tetap ikut menggenggam tangan Raga. Saat mereka masuk, mata Ana langsung berbinar melihat banyak barang-barang yang menarik perhatiannya.
"Kesitu, Ga!" Ajak Ana semangat. Ia melepas genggaman meraka kemudian melihat-lihat baju-baju kaos untuk cowok.
"Ngapain kesini?" Tanya Raga berbisik. Untuk apa Ana membeli baju cowok?
Ana berdecak kesal. "Ya beli lah!" Jawab Ana ikut berbisik.
"Lo make baju cowok?"
"Bego lu! Buat lo ini!" Jawab Ana kesal. Masa itu saja Raga tidak tau. Raga menghela nafas.
"Baju gue masih banyak, Na"
Ana mendongak. "Dikit gue liat"
"Ya kan gue ngga bawa semua bajunya" Jelas Raga. "Udah ya, kita ke yang lain aja" Raga membawa Ana keluar dari toko baju itu. Ana melipat kedua tangannya didada sambil terus mengikuti kemana Raga akan pergi. Raga yang tersadar dan tidak tau akan kemanapun berhenti. Ia berbalik dan melihat Ana yang sedang memasang tampang kesalnya. Ia terkekeh pelan lalu membawa tangan Ana kedalam genggamannya.
"Ngga usah ngambek. Gitu doang juga" Ucap Raga.
Ana memutar bola matanya. "Ya lo sih! Orang gue baek-baekin buat beliin baju. Lo nya malah nolak" Jawab Ana sambil mengalihkan pandangannya. Raga yang melihat itu hanya terkekeh. Ia lanjut berjalan dengan menggenggam tangan Ana, hingga mereka sampai di tempat dimana banyaknya macam-macam pakaian dan perlengkapan untuk cowok maupun cewek. Ana yang melihat itu lantas berbinar. Baru melihatnya saja sudah sangat senang, apalagi memilikinya?
Ana mendongak menatap Raga yang juga sedang menatapnya. "Katanya ngga mau beli baju?" Tanya Ana.
"Beli tapi disini" Jawab Raga. "Lo yang pilih deh" Ucap Raga yang langsung diangguki Ana dengan semangat.
Ana memilihkan Raga mulai dari topi, sepatu, celana, jaket, sweeter, hoodie, dan lainnya. Raga sampai menggelengkan kepala melihat belanjaan Ana yang begitu banyak. Padahal itu semua bukan untuknya tapi untuk Raga. Ana terus memilih-milih hingga memakan waktu lama. Raga hanya bisa pasrah menunggu.
"Udah?" Tanya Raga setelah Ana menghampirinya dengan paperbag ditangannya.
"Udah" Jawab Ana. Raga mengambil alih paper bag di tangan Ana dan memegangnya dengan satu tangan, sedangkan tangan satunya ia gunakan untuk menggenggam tangan Ana. Tidak dirasa, hari sudah siang. Mereka memutuskan untuk pulang.
Jejak!
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGANA [END]
Teen Fictionºººº - RAGANA ALBIANO PUTRA & ANARA ADRIAN - Ragana Albiano Putra. Cowok 18 tahun, yang merupakan salah satu siswa populer di SMA NUSANTARA. Sifatnya yang ceria, membuat orang-orang menganggap bahwa dia baik-baik saja. Tapi tanpa mereka sadari, tern...