12

60 7 0
                                    

[DUA BELAS]


"Kasi tau gue, semuanya!"

Raga berbaring dikasurnya sambil menatap langit-langit kamarnya. Ucapan Ana terus terngiang dikepalanya.

Raga menghela nafas yang ke sekian kalinya, "Belum saatnya, tapi dia udah liat secara langsung" Gumam Raga.

Tadi, Raga tidak menjawab perkataan Ana. Ia terus diam hingga sampai di rumah Ana, sedangkan Ana terus memaksanya untuk memberitahu semuanya.

Raga memejamkan matanya, memilih tidur dari pada terus memikirkan ucapan Ana. Perlahan ia masuk ke alam mimpi.

----

Di kamar Ana.

Ana sama, ia terus memikirkan kejadian sepulang sekolah. Di mana ia melihat secara langsung, Raga yang ceria terduduk lemas di lantai dengan darah yang terus keluar dari hidung serta mulutnya.

"Dia kenapa?" Gumam Ana.

Tok! Tok! Tok!

Ana menoleh kearah pintu, "masuk aja! ngga di kunci kok!" Teriak Ana.

Pintu kamarnya terbuka, ternyata itu Ayahnya. "Ana lagi apa?" Tanya Ridwan lalu duduk di sofa kamar Ana.

"Ngga ada Yah, kenapa?" Ana bangun dari tidurnya lalu menatap Ayahnya. Tiba-tiba Ana teringat sesuatu.

"Em, Ayah kenapa bisa kenal dekat sama Raga? Keliatannya Ayah sama Raga tuh akrab banget" Tanya Ana menatap serius Ayahnya.

Ayahnya terkekeh lalu balik menatap serius Ana. "Yakin, mau tau?" Ana mengangguk mantap.

"Raga pasien Ayah" Ucap Ridwan langsung. Ia tau, ini salah. Seharusnya ia tidak memberitahu Ana, sedangkan orang tua Raga saja belum tau. Tapi, ia sudah berencana memanggil orang tua Raga besok, di rumah sakit. Ia sendiri yang akan memberitahu semuanya. Walaupun ini salah, tapi ia tidak bisa membiarkan Raga merahasiakan penyakitnya.

Ana tentu kaget, ia beranjak dan duduk disofa sebelah Ridwan. "Raga pasien Ayah?" Ridwan mengangguk mengiakan.

"Be-berarti, Raga a-ada--jantung?" Tanya Ana. Ridwan terkekeh dengan pertanyaan Ana lalu menggeleng, "Nggak, Raga nggak ada jangtungnya"

Ucapan Ayahnya membuat Ana refleks menutup mulutnya, kaget. Matanya membola, "Ta-tapi, kenapa dia masih hidup?" Pertanyaan Ana lagi-lagi membuat Ridwan terkekeh, ia mengacak rambut Ana lalu berdiri.

"Pikirin sendiri. Ayah dokter spesialis jantung, jadi kamu pasti tau maksud Ayah" Ucap Ridwan lalu keluar dari kamr Ana.

Ana masih berpikir, "Berarti, Raga ada jantung? Eh, berarti Raga ada penyakit jantung? Tapi kok tadi parah banget sih? Sampe berdarah-darah gitu?" Ana menggeleng, pikirannya mulai kemana-mana.

Ana berdiri dari duduknya lalu mengunci pintunya, setelah itu berbaring dan memejamkan matanya. "Besok gue harus tanya!" Gumam Ana lalu perlahan tertidur.

----

Hari ini hari minggu, Ana berencana berkunjung ke rumah Raga, sekalian memenuhi ke kepoannya soal penyakit Raga.

Ana tau, mungkin ia tidak perlu terlalu memaksa Raga untuk memberitahunya. Jadi, ia akan bertanya sekali saja, jika Raga tetap tidak mau memberitahunya, ia tidak akan memaksa. Lagi pula ia bukan siapa-siapanya Raga, ia juga tidak ada hak untuk tau lebih dalam.

RAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang