40

25 3 0
                                    


Hmm..


[EMPAT PULUH]

Setelah selama satu jam Ana menunggu, tapi yang bagi Raga hanya setengah jam, akhirnya bel istirahat berbunyi.

Ana menghela nafas syukur. Ia bosan, sedari tadi ia hanya duduk diam. Sedangkan Raga terus fokus pada gamenya. Kalau saja ia tidak lupa ponselnya dimobil, pasti ia juga akan sibuk pada ponselnya, dan tidak merasakan waktu yang terus berjalan.

Ana juga heran, padahal setaunya Raga tidak terlalu suka main game. Tapi akhir-akhir ini, ia sering melihat Raga membuka ponselnya hanya untuk bermain game. Atau mungkin Ana saja yang baru tau kebiasaan Raga? Entahlah. Ana malas memikirkannya. Yang penting sekarang ia tidak akan bosan lagi karena akan bertemu teman-teman yang lainnya.

"HELLOW GAIS!"

Ana menoleh pada asal suara. Ia langsung tersenyum saat malihat Reno bersama yang lain sedang berjalan kearah meja yang ia dan Raga tempati. Ia langsung melambaikan tangannya dengan senyuman lebarnya. Lala dan Kinan tidak ikut gabung, karena mereka sedang ada urusan dengan guru.

Di meja mereka sudah ada makanan masing-masing. Karena yang lain sempat memesan memang pada Ana lewat chat.

"Muka lo keliatan bahagia banget Na pas liat gue dateng" Ucap Reno saat sudah duduk didepan Ana. Ana hanya menanggapinya dengan kekehan kecil.

"Kepedean lo!" Semprot Jaka yang duduk disamping kanan Reno. Sedangkan disamping kiri Reno terdapat Daren yang mengangguki ucapan Jaka.

Reno melirik sinis Jaka. "Iri emang" Ucapnya.

"Ma-"

"Tang. Lo disamping Ana" Ucapan Jaka terpotong saat Raga menyuruh Lintang.

Mereka melirik Zean yang sekarang duduk disamping Ana. Lintang hanya mengangkat bahunya acuh, jika Zean pindah dia akan duduk disitu, jika tidak ya tidak usah. Sedangkan Ana memutar bola matanya malas. Ia jadi kesal dengan Raga.

Zean menghela nafas pelan lalu tersenyum tipis. "Tang, tukeran" Zean berdiri dari duduknya. Baru akan melangkah tangannya dicekal oleh Ana. Ia berbalik dan mengangkat satu alisnya.

"Lo disini aja. Ngga usah dengerin dia" Ucap Ana. Zean melirik Raga yang menatap mereka berdua tajam. Ia tersenyum pada Ana lalu melepas pelan cekalan Ana. "Ngga usah" Jawabnya. Ia menatap mereka semua. "Gue duluan, ada urusan mendadak" Pamitnya. Setelah itu ia pergi dari sana. Pandangan yang lain beralih pada Raga dan Ana yang saling menatap tajam.

"Lo apa-apaan sih?" Tanya Ana tak habis fikir dengan sikap kekanak-kanakan Raga.

Raga mengangkat satu alisnya. "Salah kalau gue nggak mau lo deket-deket sama cowok lain selain gue?" Raga balik bertanya.

Tatapan Ana berubah datar. "Lintang juga cowok Ga"

"Tapi dia beda" Jawab Raga.

"Apa bedanya? Sama-sama cowok!"

"Zean suka sama lo!" Raga refleks membentak Ana. Ia menghela nafas sabar saat melihat Ana yang mengalihkan pandangannya, terlihat takut. Raga mengambil piring nasi goreng punya Daren yang sama sekali belum dimakan, dan menaruhnya didepan Ana.

"Makan" Ucap Raga datar.

"Beneran nggak mau?" Tanya Raga saat Ana sama sekali tidak menanggapinya. Karena kembali tidak ada jawaban, Raga kembali menggeser piring nasi goreng itu pada Daren "Ga jadi" Ucapnya pada Daren lalu kembali pada ponselnya. Daren mengelus dadanya syukur karena nasi gorengnya tidak jadi diambil.

Mereka kembali pada makanan masing-masing. Sedangkan Ana diam-daim melirik nasi goreng yang sedang dimakan Daren. Hingga tanpa sadar ia terus menatap nanar nasi goreng yang berakhir dalam kunyahan Daren. Raga melirik Ana kemudian memutar bola matanya malas saat melihat Ana yang terus memerhatikan Daren makan.

"Ck!" Raga berdecak pelan, kesal sendiri dengan Ana. Mereka menatap Ana yang belum sadar dengan ucapan Raga.

Daren mendongak dan menatap iba pada Ana. Kemudian ia melihat piringnya yang hanya ada sisa-sisa butiran nasi goreng. "Sorry Na" Ucap Daren sambil tersenyum tak enak pada Ana.

Ana tersadar dan langsung menggeleng kuat. "Hah? Apa?" Tanyanya.

Reno dan Jaka menahan tawa dan Lintang dan Daren terkekeh kecil. Sedangkan Raga kembali memutar bola matanya malas.

Raga mengambil dompetnya disaku celana. Ia mengambil uang dua puluh ribu lalu memberikannya langsung pada tangan Ana. "Kalau mau ngomong. Gengsi lo ketinggian" Ucap Raga pada Ana. Ana hanya menyengir lalu berdiri hendak pergi memesan nasi goreng.

Kring.. Kring.. Kring..

Tawa mereka pecah saat Ana berhenti dengan wajah memprihatinkan, saat mendengar bel masuk berbunyi.

Raga ikut tertawa dan diakhiri kekehan kecil. Ia berdiri dan menghampiri Ana yang sudah memasang tanpang kesalnya.

"Yaah telat deh" Ejek Raga pada Ana, membuat Ana menatapnya tajam.

"Ini gara-gara lo!" Bentak Ana. Setelah itu ia pergi dari sana meninggalkan Raga yang sedang bingung sendiri dan ditertawai teman-temannya.

"Salah mulu gue" Gumamnya pelan.

Jejak!

RAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang