54

40 3 0
                                    

Masih ada yang baca?


----

Ting!

Suara notif dari ponselnya membuat Raga terbangun dari tidurnya. Ia mengerjabkan matanya sembari mengedarkan pandangannya. "Gue ketiduran" Gumam Raga.

Ia mengecek ponselnya, ternyata itu notif dari Zean. "Tumben banget si Zean, mana pagi banget" Gumamnya setelah melihat jam yang masih menunjukkan pukul 05:20.

Jean


|Jln.****, gedung tua deket toko kue
|Lo kesini sekarang
|Ana disini

"Jing!"

Ia lupa dengan Ana!

Dengan tergesa-gesa ia segera melajukan  mobilnya menuju tempat yang ditunjukkan Zean, kebetulan sekali lokasinya tidak jauh dari tempatnya sebelumnya.

----

"Sshh" Ana meringis kecil saat merasakan sakit dikepalanya. Ia mengedarkan pandangannya perlahan dan seketika terkejut saat meyadari dirinya berada dalam kamar yang tampak asing. Dan yang lebih parahnya lagi, pakaiannya sekarang dan pakaiannya sebelumnya berbeda.

"Gue dimana?"

Ana segera turun dari ranjang dan berlari keluar dari kamar tersebut. Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara orang yang nampak sedang berbincang. Ia pun emutuskan untuk mengintip lewat celah pintu yang kebetulan tak tertutup sempurna.

"Jadi gimana, lo jadi ke Italia?"

"Besok" Jawab Shaka kemudian menghisap rokok ditangannya.

"Kalau Ana ngga mau gimana?" Tanya orang itu lagi. Ana tidak dapat melihat wajahnya karena orang itu membelakanginya, namun suaranya terdengar familiar.

"Harus mau, dia ngga berhak nolak" Ana membulatkan matanya kaget. Maksudnya, ia akan dipaksa ikut ke Italia? Oh No!

Dengan terburu-buru ia segera berbalik hendak kabur, namun sialnya ia tak sengaja menendang vas bunga kecil didekat kakinya, dan tentu menimbulkan suara yang cukup nyaring karena suasana yang sedang sepi.

"Siapa?!" Terdengar suara Shaka dari dalam ruangan tadi.

Ana berdecak kesal, dengan cepat ia berlari mencari jalan keluar dari rumah ini. "Ini dimana sih" Ana berusaha mencari jalan keluar sesekali menoleh kebelakang untuk melihat beberapa pria berbadan besar yang sedang mengejarnya, ia berbelok kemudian terus berlari, namun sebuah tangan menariknya kuat hingga masuk kedalam ruangan gelap.

"Hmmmpp" Ana berusaha melepas bekapan dimulutnya namun tenaganya tak cukup kuat apalagi kepalanya yang masih sedikit pusing.

"Sssttt, jangan berisik Na, ini gue" Mendengar suara itu, Ana terdiam dan langsung berbalik dan memeluk orang itu. Ia tau itu Raga.

"Raga, gue takut"

Raga terus mengusap dan sesekali mengecup kepala Ana untuk menenangkan. "Tenang, ada gue"

Merasa Ana sudah cukup tenang, Raga melonggarkan pelukannya lalu menunduk menatap Ana. "Jangan takut, kita keluar sama-sama, oke?" Ucap Raga meyakini Ana.

RAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang