[DUA PULUH LIMA]
Raga keluar dari kamarnya, berjalan menuruni tangga hendak ke dapur untuk makan. Ia merasa lapar.
Langkahnya terhenti saat melihat Ayah, Bunda serta kedua Adiknya sedang makan disertai tawa ringan. Mereka tampak bahagia. Seolah tidak ada beban hidup.
Ia melanjutkan langkahnya. Sampainya dimeja makan, ia duduk lalu mengambil makanan tanpa menghiraukan mereka. Ia makan dengan tenang. Sedangkan yang lain, mereka langsung terdiam setelah kedatangannya, seolah enggan bercanda bersamanya. Raga tersenyum miris disela-sela kunyahannya.
"Bang Raga pucat" Ucap Raka yang duduk disamping Raga. Raga hanya meliriknya sekilas tanpa berniat membalas.
"Bang Raga marah?" Tanya Raka lagi. Merasa tidak dipedulikan, mata Raka mulai berkaca-kaca, bersiap mengeluarkan air mata. "Hiks" Isakan mulai terdengar.
Raga melepas kasar sendoknya lalu berbalik menatap datar Raka. "Jangan nangis, gue nggak marah sama lo" Ucapnya lalu beranjak dari sana kembali ke kamarnya. Makanannya belum habis, ia juga belum sempat minum, padahal tenggorokannya terasa kering. Tapi ia tidak peduli, ia merasa tidak nyaman berada disana.
Baru beberapa menit, ia kembali keluar dari kamarnya dengan memakai jaket hitam dan helm ditangannya. Ia berjalan keluar rumah tanpa pamit.
"Mau kemana, Raga?" Tanya Sari. Raut wajahnya terlihat sedikit khawatir. Raga tetap berjalan tanpa menghiraukan Bundanya. Ia merasa itu tidak penting.
Sari menatap bingung punggung Raga yang perlahan menjauh. Ia menoleh dan menatap Rando seolah bertanya ada apa dengan Raga. Rando hanya mengangkat bahunya acuh.
----
Raga mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Tujuannya saat ini adalah rumah Lintang. Baginya, rumah Lintang adalah tempat yang cocok untuk menenangkan diri.
Ia memarkirkan motornya. Melepas helmnya dan meletakkannya diatas motor setelah itu ia berjalan menuju pintu rumah Lintang.
Tok.. Tok.. Tok..
Tak butuh waktu lama, pintu terbuka menampakkan seorang wanita paruh baya yang hanya mengenakan daster rumahan.
"Loh? Raga?" Viola, wanita paruh baya yang merupakan Maminya Lintang itu tersenyum hangat dan segera mempersilahkan Raga masuk.
"Baru muncul lagi, sibuk yah?" Tanya Viola.
Raga tersenyum, "Nggak sibuk juga sih" Raga mengedarkan pandangannya. Ia bersyukur karena sepertinya Kinan sedang keluar.
Viola terkekeh, lalu mengangguk "Cari Lintang yah? Dia lagi di kamarnya, main game kayaknya"
"Oh iya. Makasih tante, Raga keatas dulu" Pamitnya segera menuju kamar Lintang.
----
Raga dan Lintang duduk di kursi balkon menatap langit hitam yang tampak indah disertai cahaya bintang dan bulan.
Raga membuang asal puntung rokoknya dilantai balkon dan langsung mendapat tatapan tajam dari Lintang. Tapi ia tidak peduli, ia juga tidak akan mati hanya karena itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAGANA [END]
Teen Fictionºººº - RAGANA ALBIANO PUTRA & ANARA ADRIAN - Ragana Albiano Putra. Cowok 18 tahun, yang merupakan salah satu siswa populer di SMA NUSANTARA. Sifatnya yang ceria, membuat orang-orang menganggap bahwa dia baik-baik saja. Tapi tanpa mereka sadari, tern...