41

23 3 0
                                    

[EMPAT PULUH SATU]

Ana menyimpan ponselnya diatas nakas lalu mengedarkan pandangannya diseluruh sudut kamar. Ia menyilangkan tangannya didada kemudian mengusap pelan lengannya. Udara malam ini terasa sangat dingin baginya.

Ia beranjak dari atas kasur kemudian membuka lemari. Ia mengambil hoodie abu-abu punya Raga lalu memakainya. Ia melihat pantulan dirinya dicermin. Ia merentangkan tangannya kemudian terkekeh sendiri saat melihat hoodie itu kebesaran jika dipakainya.

Ia memakai tudung hoodienya dan memasukkan kedua tangannya disaku hoodie. Ia berjalan keluar dari kamar. Sepanjang jalan ia terus mengedarkan pandangannya.

"AGAAA!" Teriaknya memanggil Raga.

"Iisshh! Kemana sih?" Gumamnya kesal sambil menghentakkan kakinya. Ia lanjut berjalan menuju ruang tamu. Sama, tidak ada juga.

"AAGAAAA!" Ia semakin menambah volume suaranya. Namun juga tidak ada sahutan.

Matanya berkaca-kaca. Padahal ia sangat menginginkan Raga. Entahlah, ia juga bingung. Setiap hari pasti ada saja saatnya ia ingin berada didekat Raga.

Ia berlari menuju kamar. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasur dan menutup kepalanya dengan bantal. Ia mulai terisak kecil.

"Hiks-" Ia berusaha untuk tidak menangis, tapi tidak bisa. Yang ia mau sekarang adalah, Raga.

Ia beralih duduk dipinggir kasur kemudain mengusap matanya. Wajahnya menampakkan tampang sangat kesal. Ia kesal karena Raga tidak ada disini, apalagi ia pergi tanpa bilang-bilang. Dan jadinya sekarang keinginannya tidak dipenuhi.

"Anjing!" Umpatnya.

Ia berdiri kemudian berjalan menuju balkon. Ia berdiri disana dengan kedua tangan yang memegang pembatas balkon. Ia menatap langit malam yang hanya terdapat bulan dan satu bintang.

"Kok cuma satu?" Gumamnya.

"Karna istri gue cuma satu"

Ana terlonjak kaget saat sebuah tangan memeluk perutnya dari belakang bersamaan dengan suara bisikan jawaban ditelinga kanannya. Ia jadi merinding. Ia menoleh pelan dan mendapati Raga yang juga sedang menatapnya. Ana langsung saja berbalik dan memeluk erat Raga, membuat Raga kaget.

"Kenapa nih?" Tanya Raga. Raga membalas pelukan Ana dengan satu tangan dan satu tangannya lagi mengusap pelan kepala Ana. Ana menggeleng pelan. Ia merasa lega setelah melihat Raga.

Setelah dirasa cukup Ana melepas pelukannya kemudian mendongak menatap tajam Raga. Raga mengangkat satu alisnya bingung.

"Kenapa sih?" Tanya Raga. Ia tidak mengerti dengan Ana saat ini. Barusan ia tiba-tiba saja memeluknya. Sekarang ia menatapnya tajam, tatapan yang diberikan Ana setelah ia membuat kesalahan. Apa dia membuat kesalahan? Tapi apa?

Ana mengangkat tangannya kemudian memukul tepat bagian depan wajah Raga dengan telapak tangannya. Raga refleks memejamkan matanya saat Ana memukul wajahnya, kemudian kembali membuka matanya.

"Gue salah apa lagi sih?" Tanya Raga. Masalahnya, ia merasa tidak bersalah. Dan Ana tiba-tiba memukulnya.

"Dari mana aja?!" Bentak Ana.

RAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang