3

52 7 2
                                    

[TIGA]


Ana turun dari tangga menuju meja makan untuk makan malam. Kebetulan hari ini kedua orang tuanya dan abangnya sedang berada di rumah, jadi mereka akan makan malam bersama.

"Ana? Sini duduk"Panggil Saniana Adrian, Bundanya, yang sedang mengambilkan makan untuk Ayahnya.

"Iya Bund" Ana duduk disamping abangnya lalu memakan makanannya.

Setelah memakan makanannya, mereka duduk bersama diruang tengah sambil menonton dan bercerita.

"Ana, yang tadi itu pacar kamu?" Tanya Ridwana Adrian, Ayahnya.

"Yang mana?" Ana balik bertanya, dan menatap ayahnya bingung.

"Ituloh, yang tadi jemput kamu" Sambung Sania.

"Iya dek, itu tadi siapa?" Kini giliran Arlan yang bertanya.

"Ohh itu. Itu Raga, kakak kelas sekaligus temen Ana. Bukan pacar" Jawab Ana.

"Kenapa ngga dipacarin? Ganteng loh" Ucap Ridwan seolah menyuruh Ana untuk memacari Raga.

"Ganteng sih, ta-"

"Ciee ganteng, yaudah pacarin dek pacarin!" Potong Arlan bersemangat.

"Ga mau! Enak aja nyuruh-nyuruh gue pacaran, lu aja sono" Ana melototi Arlan lalu melemparkan bantal sofa.

"Emang kenapa? Katanya ganteng?" Tanya Sania.

"Ganteng sih ganteng Bund, tapi belum tentu sifatnya baik"

"Orang ganteng udah tentu baik. Contohnya Ayah." Ucap Ridwan asal.

"Kan beda orang Yah"

"Sama aja Anaa"

"Beda"

"Sama"

"Be-"

"Udah-udah, gitu aja di debatin. Ayah juga, mana ada orang ganteng udah tentu baik. Kalau Raga itu ngga baik, terus kasar, terus suka mainin perempuan, terus nggak sopan gimana? Huhh udah yah, Bunda mau ke indoapril dulu, baru inget, stok mie instan udah abis. Abang anterin bunda yah" Ucap Sania lalu menarik Arlan keluar rumah.

Sania sedikit kesal dengan Ridwan yang seolah memaksa Ana berpacaran dengan orang yang belum mereka tau betul asal-usulnya.

"Raga itu orangnya baik, ganteng, sopan, sabar, dan juga," Ridwan menjeda sejenak perkataannya"Dia kuat." Perkataan Ridwan membuat Ana menatapnya heran.

"Ayah kenal sama Raga?" Tanya Ana yang bingung. Perkataan Ayahnya menunjukkan seolah-olah ia sangat kenal dekat dengan Raga.

"Iya, Ayah kenal, Ayah kenal dekat dengan Raga. Dulu, hampir setiap minggu Ayah dan Raga bertemu"

"Kok bisa?" Ana jadi tambah bingung. Bagaimana bisa Ayahnya dan Raga kenal dekat? Ayahnya juga tidak pernah cerita soal Raga.

"Bisalah. Apa sih yang ga bisa sama Ayah?" Setelah itu Ridwan beranjak ke kamar. Ia tidak boleh memberi tahu Ana.

"Kok gue kepo yah? Dah lah mending gue tidur" Ana ikut beranjak dari duduknya menuju kamarnya.

----

"Brum brumm brumm, awass motor mahal mau lewatt" Ucap Raka sambil menjalankan motor mainannya kearah Raga yang sedang duduk diatas karpet bulu di kamarnya.

"Motor mahal apaan, limabelas rebu doang, udah gitu ga bisa dinaikin. Kaya gue dong, udah mahal, keren, bisa dinaikin lagi" Ejek Raga sambil menatap remeh Raka.

Raka menatap tidak suka kearah Raga, lalu melempar wajah Raga dengan motor mainannya. Dann..

Plak! Tepat sasaran.

"Anjir! Berani lu ama gue? Sshh, sakit banget kena tulang pipi" Raga mengelus Pipinya dan menatap garang Raka.

Raka yang ditatap seperti itu balik menatap Raga dengan tatapan mengejek."Makanya, jangan ngejek motor Raka" Setelah mengatakan itu, Raka keluar kamar menuju ruang tengah, berlari kearah Ayah, Bunda dan Rani lalu naik dipangkuan Bundanya.

"Bunda, Raka pengen punya motor kaya bang Raga, boleh yah?" Raka menatap Bundanya dengan tatapan memohon.

"Yee si bocil, emang lu bisa ngendarain motor? Sok-sokan lu cil" Ejek Rani, kakak perempuannya.

"Raka kenapa minta beli motor kayak bang Raga?" Tanya Rando.

"Tadi Raka diejekin bang Raga, katanya motor mainan Raka harganya murah cuma limabelas ribu, terus katanya ngga bisa dinaikin. Beda sama motor bang Raga"

"Ohh jadi ini karena abang kamu? Yaudah, sana minta dibeliin abang aja, kan motornya mahal, jadi bang Raga pasti banyak uang" Ucapan Sari diangguki Raka, Raka kembali berlari ke kamar Raga sambil berteriak.

"BANG RAGA! BELIIN RAKA MOTOR YANG SAMA KAYAK BANG RAGA!"

----

Ana sedang duduk membaca novel sendirian dipojok kantin, sambil menunggu Deon dengan Es Teh didepannya. Saat ini, ia sedikit tidak enak badan tapi ia tetap bersekolah.

Brak! Ana terlonjak kaget tiba-tiba ada yang menggebrak mejanya. Ana menutup novelnya lalu mendongak. Ia menatap heran kearah cewek didepannya. Baju ketat, rambut pirang, dan make up tebal, itu yang Ana lihat sekarang.

"Heh! Ngapain lo liatin gue kayak gitu? Cantik yah? Iya sih, gue emang cantik" Ucap cewek itu sambil mengibaskan rambutnya.

"Lo siapa?" Tanya Ana.

"Lo ngga tau siapa gue?" Ana hanya menggeleng sebagai jawaban. "Gue Sonya Azzahra, pacar Raga" Ucap Sonya mengulurkan tangannya. Sedangkan Ana hanya melirik sekilas tangan Sonya tanpa berniat membalas. Sonya yang diperlakukan seperti itu marah, karena merasa dipermalukan.

"Lo-"

"To the point aja, maksud lo dateng kesini mau apa?" Ana memotong perkataan Sonya. Ana tidak ingin berlama-lama dengan Sonya, ia ingin segera pergi, tapi ia sudah ada janji dengan Deon disini.

"Maksud gue? Maksud gue kesini itu mau balas dendam sama lo! Dasar cewek ngga tau malu! Murahan!"

Brak!

Bersambung..

Pendek yah? Iya.

Btw, antagonis udah mulai muncul nih.

Vote & Komenya jangan lupaa!

See You~

-Thank You💜

Senin/06/09/2021-

RAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang