after happines ; Jingyi

720 46 0
                                    

Disebuah ruangan dengan nuansa gelap yang cuman diterangi beberapa lampu redup dari luar jendela terlihat seorang remaja tengah meringkuk diujung ruangan.

Badan kurusnya tergeletak menyapu dingginnya lantai, air mata yang tak pernah berhenti dan suara isakan kecil yang menginterupsi ruangan dengan diameter tak besar itu.

Mempererat pelukannya, tak lupa dengan tangan yang bergetar hebat bisa membuat siapa saja khawatir melihat keadaan remaja itu.

Diumurnya yang masih 18 tahun yang sangat ia harapkan jika diumur itu ia bisa merasakan bagaimana serunya beranjak dewasa.

Tapi takdir mengubah segalanya.

Ditinggalkan kedua orang tua selamanya, dimanfaatkan sang paman, dan disakiti seluruh keluarga.

Mengatakan dirinya tak berguna, anak tidak tahu diri, dan banyak cibiran yang dia terima.

Hidup seadanya setelah kedua orang tua tercinta bukanlah hal yang mudah, belum dihitung dia yang harus beradaptasi melalui semuanya sendirian.

Berjalan dari 0 untuk mengembalikkan senyuman berseri 1 tahun yang lalu.

Tubuh kurusnya bergerak, tangan dingin itu menghapus bekas air mata yang membasahi pipi tirusnya.

Mata jernihnya menatap jendela yang menampilkan pemandangan gedung-gedung tinggi, besok ia harus membayar tempat tinggalnya.

Sedangkan uang yang dikumpulkannya belum cukup.

Bekerja kesana kemari seperti gasing tak bisa  menutupi tempat tinggal kecilnya itu, bakat yang ia miliki tak seberapa untuk menghasilkan uang yang lebih.

Terkadang dirinya ingin menyerah, berseru kepada ayah dan ibu. Berseru kepada Tuhan untuk pergi mengambilnya agar ia bisa merasakan pelukan hangat kedua orang tuanya.

Beranjak berdiri untuk merebahkan tubuh kurusnya diatas tempat tidur yang tak terlihat baik.

Menatap langit-langit kamar diantara kegelapan, menatap bekas sayatan dikedua tangannya.

Merasa terhipnotis, pria remaja ini menghentikan aktivitasnya untuk tidak melakukan itu lagi.

Ia sadar, melukai diri bukan hal yang bisa dilakukan untuk menghilangkan semua beban yang ia punya.

Jam yang menunjukkan pukul 1 pagi membuat dirinya merasa sangat lelah, bekerja kesana kemari untuk mendapatkan hasil yang cukup untuk kebutuhannya.

Matanya terkatup, terlelap dengan segala beban yang tiba-tiba menghilang. Menyisakan bekas air mata yang hampir mengering di sudut matanya.

Membiarkan suara gedung-gedung perkantoran yang masih beroperasi menemani tidurnya seakan itu adalah alunan lagu pengantar yang menenangkan.

.

"HAH?!" Jingyi tersontak kaget merasa dirinya telat lagi, menatap jam di ponsel yang tak seberapa menunjukkan pukul 9 lewat.

Sialan, dia terlambat kerja.

Tanpa memakan sedikit makanan untuk mengisi perut atau mandi, jingyi hanya mengubah pakaiannya dan segera berlari keluar meninggalkan rumah kecil yang berada di gedung tinggi tua yang tak seberapa.

Sial sial sial!

Dengan menahan rasa lapar dan perut yang sakit, jingyi masih tetap berusaha berlari ke tempat kerja pertamanya yang tak terlalu jauh.

Tepat saat jam menunjukkan pukul 10 kurang 5 menit jingyi bisa menginjakkan kakinya disalah satu restoran tempat ia bekerja.

Langsung masuk menatap atasannya yang sudah menatapnya seakan ingin meledak.

𝚘𝚗𝚎𝚜𝚑𝚘𝚘𝚝 ; 𝚖𝚡𝚝𝚡 (BL) [ON HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang