"Apa kamu bermaksud membuat mie sepanjang dan setipis itu, Thea ?"
Suara seseorang yang sudah lama tidak didengar oleh Tia membuat dirinya tersentak dan spontan membalikkan tubuhnya. Dia mengusap kedua matanya dengan punggung tangannya untuk memastikan bahwa dia tidak sedang melihat fatamorgana.
Entah sudah berapa kali Tia berharap melihat sosok itu muncul kembali di hadapannya.
"Gabe ???" desis Tia.
Sosok pemuda dengan rambut berwarna silver tersenyum lembut kepadanya.
"Kamu tidak lupa padaku kan, Thea ? Atau aku sekarang harus memanggilmu dengan Tia Hussain ?" Pemuda itu melebarkan kedua tangannya dan memberi sinyal agar Tia datang mendekat.
"Kemarilah.... Apa kamu tidak merindukanku ?"
Tia tertawa pelan. Dia boleh saja merasa kalah dengan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki oleh Zefanya atau Nediva. Disaat kedua saudarinya itu diberikan Raquel dan Raphael yang cenderung kaku sebagai malaikat penjaga mereka, maka Tia selalu ditemani oleh Gabriel yang lebih bijaksana.
Gabriel adalah pembawa misteri Tuhan, terutama Inkarnasi Tuhan dan semua misteri lain yang terkait dengannya. Dia digambarkan sebagai berikut: Di tangan kanannya, dia memegang lentera dengan lancip menyala di dalamnya, dan di tangan kirinya, cermin jasper hijau. Cermin menandakan kebijaksanaan Tuhan sebagai misteri yang tersembunyi.
Tia menyusupkan kepalanya di dalam pelukan Gabriel. Dulu, mereka sering salah menyebutkan antara Gabriel sang Celestial dan Gabriel salah satu dari Archangles, itu sebabnya Tia memanggil Gabriel-malaikat penjaganya-dengan sebutan Gabe.
"Apa yang membuatmu datang kemari ? Bukankah sudah sangat lama kamu tidak pernah mengunjungiku ?" rajuk Tia. Dia memundurkan tubuhnya, mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Gabe.
"Banyak yang harus aku kerjakan, Thea. Setelah kalian pergi, aku ditugaskan untuk memberikan penglihatan-penglihatan kepada orang-orang pilihan-Nya. Dan mereka semua tersebar di seluruh penjuru bumi, Thea. Aku sampai berpikir, sayapku akan lepas dari punggungku...." keluh Gabe sembari memukul-mukul pundaknya sendiri.
"Apa kamu sudah mendengar tentang kembalinya Gabriel ? Apa itu salah satu alasan kamu menemuimu saat ini ?" selidik Tia.
Gabe mengedikkan bahunya.
"Ya.... Kurang lebih seperti itu. Bukankah kita memang harus bertemu kembali sebagaimana yang dinubuatkan saat hari penghukuman kalian ? Gabriel dan Zefanya akan kembali bertarung dan kalian akan dikumpulkan dari pengasingan. Itu berarti, kita akan bekerja seperti dulu lagi...." Gabe menunjuk ke arah Tia dan dirinya bergantian.
Tia tercenung. Ucapan Gabe tadi seperti membuka memori yang ingin dilupakan oleh Tia untuk selama-lamanya. Hari dimana Tia harus mulai menjalani hidup dalam pengasingan. Apakah karena rasa bencinya yang begitu dalam pada Zefanya sampai dia melupakan nubuat yang dia dengar pada hari itu ?
Apakah kekuatan dan penglihatannya mulai kembali karena nubuat itu akan segera tergenapi ?
"Thea....." panggi Gabe lembut.
"Jangan keraskan hatimu. Aku tahu, selama ribuan tahun ini, kamu merindukan berkumpul kembali bersama keluargamu kan?"
"Aku di sini bersama dengan keluargaku...." gumam Tia.
Gabe menggelengkan kepalanya. "Kamu tahu persis, keluarga yang mana yang aku maksud, Thea."
Tia menarik napas panjang. Dia mengangkat tangan kanannya, menarik ujung lengan baju yang dia kenakan kemudian menggulungnya sampai ke arah siku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN UNKNOWN
FanfictionJatuh cinta itu hal biasa. Lantas bagaimana jika orang yang kau cintai bukanlah seseorang yang kau pikirkan selama ini? Bagaimana bila seseorang yang kamu cintai mendadak memiliki rahasia tergelap? Rahasia yang jauh menembus nalar mu. Rahasia yang...