The Eye and The Heart

69 12 7
                                    




"Duduk, Ian....."


Michael memijat keningnya perlahan karena tidak tahan melihat istrinya lalu-lalang seperti satelit di luar angkasa sana. Ian hanya memberikan tatapan tajam kepada suaminya sebagai respon tanpa ada niatan untuk menghentikan kegiatannya itu.


"Kamu mondar-mandir begitu nggak akan buat Anya segera kembali. Dia akan pulang begitu urusannya selesai di sana....." sambung Michael.


"Bagaimana kamu tahu dia akan pulang ? Bagaimana kamu yakin dia bisa pulang ? Kamu lihat kondisinya kan, Mike ? Anya lagi nggak dalam kondisi yang baik-baik saja. Bagaimana kalau energinya habis dan dia terjebak di sana ? Bagaimana kalau..." Ian tidak bisa meneruskan kalimatnya karena suaminya sudah lebih dahulu berdiri dan memeluk Ian.


"Iya.... Aku mengerti.... Kamu khawatir dengan keadaan Anya..... Tapi,kamu nggak lupa kan kalau Anya itu immortal ? Dia akan baik-baik saja....."


Ian menggigit bibirnya. Entah untuk alasan apa, dia ingin sekali menangis.


KRIEET


Ian segera melepaskan pelukan suaminya ketika dia mendengar suara pintu terbuka di samping kamar mereka.


Itu kamar Anya.


"Anya pulang....." ucap Ian dan Michael bersamaan.


Mereka bergegas keluar dari kamar mereka dan masuk ke dalam kamar Anya. Ian berlari mendahului suaminya ketika dia melihat tubuh Anya hampir limbung di dekat tempat tidur.


"Anya...." panggil Ian. Dia semakin bertambah cemas saat melihat kedua mata Anya yang terpejam.


"Anya..... Bangun !!!!" ulang Ian sambil menepuk-nepuk pipi Anya.


"Enggghhh..... cerewet.....Aku hanya sangat mengantuk, Ian.... Jangan bertingkah heboh seperti itu...." gumam Anya.


Ian hampir saja meledak dan mengomeli Anya karena sudah membuat dia khawatir setengah mati, tapi Michael buru-buru mencegah istrinya.


"Nanti saja kalau kamu mau memarahi dia.... Sekarang, biar aku angkat dia ke tempat tidur. Kamu dengar sendiri kan ? Dia bilang dia mengantuk...." Michael menggantikan posisi Ian yang bersimpuh di samping Anya lalu memindahkan Anya ke tempat tidurnya.


"Kamu mau menunggu dia di sini ?" tanya Michael. Ian mengangguk.


"Baiklah..... Aku kembali ke kamar...." pamit Michael. Sebelum meninggalkan Ian, dia kembali menarik Ian ke dalam pelukannya lalu mengecup dahi istrinya dengan lembut.


"Jangan begadang.... Lebih baik kamu ikut tidur di sebelah Anya..."


Ian mengangguk. "Heeumm.... Pergilah.... Aku janji akan istirahat juga...."


Michael menepuk pundak Ian lalu berjalan keluar dari kamar Anya. Ian tidak tidur di samping Anya. Dia memilih menarik kursi dari dekat jendela kamar Anya dan meletakkannya di samping tempat tidur Anya.


Ian menatap wajah tirus Anya lekat-lekat. Pikiran Ian melayang ke masa-masa remajanya, ketika dia sedang dipersiapkan oleh orang tuanya untuk menggantikan posisi mereka melayani Anya. Orang tua Ian pernah menceritakan sesuatu tentang legenda kota kuno yang bernama Axum dan imam suci yang menjaganya. Manusia biasa tidak bisa menginjakkan kaki mereka di tempat itu. Mereka akan langsung mati.


Zefanya, mahluk abadi yang dilayani oleh keluarga Ian secara turun-temurun, menyimpan sesuatu di sana.


Ian tidak tahu, benda apa yang disimpan Anya di sana. Ian bahkan tidak tahu, dimana kota Axum itu berada. Tidak ada literatur modern yang menjelaskan hal tersebut.


 SEVEN UNKNOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang