Battle of Greed

72 13 10
                                        

Suara hentakan kaki bergema di sepanjang Huzirina. Senyum mengembang di wajah pemuda yang sejak tadi menekuni baris demi baris Enuma Elis dan Epos Atrahasis. Selalu menyenangkan membaca perspektif manusia tentang penciptaan. Tapi sepertinya, kesenangan pria itu akan segera terganggu saat suara langkah kaki semakin lama semakin dekat dengan chamber, tempat dimana pria itu selalu menghabiskan waktunya.


"A hk.... Temani aku bermain...."


Pria itu menolehkan kepalanya ke arah tirai sutera ungu yang menjadi penutup ruangan-ruangan di Huzirina ini. Dia tertawa pelan saat melihat siapa yang baru saja masuk dengan wajah merengut ke dalam ruangan pribadinya. Dia bangkit dari kursi batu yang dia duduki dan mendekat ke arah pemilik wajah merengut yang saat ini memilih duduk di atas mazbah dari batu marmer membuat rambut panjang hitam lurusnya menjuntai ke bawah.


"Ada apa ? Tidak biasanya kamu bosan seperti ini..."


Pemuda itu menatap lurus ke wajah wanita pemilik rambut hitam panjang yang sedang duduk di atas mazbah. Garis wajah mereka sama. Yang membedakan hanyalah sang pria memiliki pembawaan tenang, sementara yang satu lagi lebih ekspresif. Terkurung di dalam Huzirina bertahun-tahun pasti membuat dia tidak betah.


"Apa tidak ada lagi perintah dari Atas ? Aku rindu menenggelamkan dunia, mengirimkan tulah, menghanguskan kota atau meruntuhkan benteng... Sudah terlalu lama kita terkurung di sini, A hk...."


Pria itu kembali tertawa geli. "Kau tidak menyukai ketenangan seperti ini ? Kenapa kau malah ingin mengacaukan dunia yang seharusnya kau lindungi?"


"Terlalu tenang seperti ini membuat badanku kesakitan... Apa lebih baik aku menemui Kenaz ? Dia pasti sependapat denganku...."


"Kau ingin dihukum ? Kita hanya bisa bertindak setelah mendapatkan perintah dari Atas... Selama Thea belum menyampaikan apapun, kau tidak bisa meninggalkan Huzirina ini...."


"Atau aku minta saja Thea untuk bertanya langsung ke Atas ?"


"Jangan konyol !!!! Kau tahu kan kalau Thea saja tidak bisa memprediksi kapan pesan dari Atas disampaikan padanya... Lebih baik kau diam disini dan perbanyak berkontemplasi supaya pikiranmu itu tidak liar..."


"Aku tidak liar.... Manusia itu yang liar..."


Pria itu mengusak lembut rambut hitam panjang wanita yang ada di depannya. Dia memutar tubuhnya lalu meraih satu papirus yang bertumpuk di atas meja batu.


"Baca ini saja untuk mengisi waktumu."


"Apa ini ?"


"Zeraim. Ini bagus untuk mengalihkan pikiranmu, A hot...."pria itu mengetuk dahi wanita yang dia panggil dengan sebutan A hot.


"Malas.... Lebih baik A hk saja yang menceritakan isinya kepadaku...."


Pria itu berpikir sejenak untuk mengingat kutipan yang paling disukainya dalam papirus Zeraim sebelum kembali membuka mulutnya.


"Mata dan hati adalah dua pendukung kejahatan."


💎💎💎💎💎💎💎


Kepala Johnny mulai berdenyut nyeri seiring dengan kembalinya kesadaran yang tadi sempat hilang akibat pukulan benda keras di belakang kepalanya. Kilasan demi kilasan kejadian mulai memenuhi kepalanya. Tepat jam delapan malam dia hendak berangkat ke kafe milik Terrence tempat dimana dia bekerja sambilan sebagai DJ tamu. Namun langkahnya dihentikan oleh seorang pria yang menanyakan alamat kepadanya. Itu adalah ingatan terakhir Johnny sebelum dunianya berubah gelap dan dia tidak sadarkan diri.


 SEVEN UNKNOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang