Yuta menarik turun tudung jaket yang dia kenakan saat kedua netranya menangkap adanya keberadaan cctv di sepanjang jalan yang dia lalui untuk menemui salah satu sahabat Johnny yang katanya dapat membantu Yuta apabila situasi di Jakarta jadi tidak terkendali sementara baik Johnny maupun Yuta tidak berada di sana.
Tendra Wijaya
Itu nama sahabat Johnny yang akan ditemui oleh Yuta siang ini. Karena maksud itu juga, siang ini Yuta menyusuri jalan setapak yang akan membawa dirinya ke depan gedung Fakultas tempat Tendra Wijaya berkuliah. Sebelum datang ke kampus yang katanya didirikan oleh Arch Group sebagai salah satu proyek Corporate Social Responsibility dari perusahaan milik keluarga Arnault itu.
Kantin Fakultas Ekonomi dan Bisnis tampak sepi dari mahasiswa. Sengaja. Yuta tidak ingin kehadirannya di kampus ini diketahui oleh banyak orang. Sebelum berangkat ke tempat ini, Ara dan Jerome memperingatinya agar menjauhi kumpulan mahasiswa narsis. Jangan sampai sosoknya terekam dalam gambar-gambar maupun video yang diunggah oleh para mahasiswa narsis tersebut. Mahasiswa yang masuk kuliah bukan untuk menimba ilmu, tetapi untuk mencari spot estetik demi feed instagram.
Yuta duduk di salah satu meja yang kosong setelah membeli dua botol minuman dingin. Salah satu bentuk kesopanan, setidaknya itu menurut Yuta. Dia yang meminta Tendra meluangkan waktu untuk bertemu. Sudah seharusnya dia menyiapkan sesuatu bukan? Walaupun itu hanya sekedar sebotol minuman dingin.
"I'm sorry, Yonathan Grey?" suara seorang pria yang berdiri di depan Yuta membuat Yuta mendongak.
"Tendra Wijaya?" tanya Yuta pada pria dengan rambut yang ditutupi warna biru langit serta menggunakan jaket warna kuning menyala. Membuat pemuda itu terlihat mencolok di antara mahasiswa yang lain.
"Kamu bilang kamu tahu Johnny ada di mana. Sekarang ceritakan, dari mana kamu kenal Johnny dan Alceena. Aku sudah mengenal mereka sejak SD, dan nama Yonathan Grey sama sekali tidak ada di dalam lingkaran pergaulan kami." cecar Tendra tanpa tedeng aling-aling.
"Kami memang baru saling mengenal beberapa minggu ini. Dan tolong, panggil saja aku Yuta. Satu lagi, aku hanya bisa menawarkan ini." Yuta mendorong sebotol minuman dingin yang tadi sengaja dia beli untuk Tendra.
"Baiklah Yut. Sekarang cepat bicara. Dimana Johnny dan Alceena? Om Yohan sudah sakit kepala mencari dimana lokasi mereka sekarang."
Yuta mengernyit. Dia sepertinya pernah mendengar nama Yohan disebutkan oleh Alceena. Tapi siapa dia?
Nanti saja Yuta bertanya pada Jerome. Dengan ingatan fotografiknya, Jerome sangat mudah mengingat sesuatu.
"Mereka baik-baik saja. Ada yang sedang mereka lakukan, jadi mereka harus bersembunyi untuk sementara." jawab Yuta lugas.
"Bersembunyi? Tapi kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Alceena tahu kalau mayat yang ditemukan di rumahnya itu bukan orang tuanya? Atau jangan-jangan, Alceena sedang bersama orang tuanya?"
Yuta mendengus. "Itu informasi yang sangat sensitif. Untung saja aku yang menemuimu hari ini dan bukan anak buah ayah tiriku."
Tendra semakin kebingungan.
"Argghhh.... Bicara yang jelas dong. Kepalaku sakit memikirkan apa sebenarnya yang sedang terjadi? Keluarga Arnault tidak mungkin menghilang begitu saja kan? Katakan padaku. Dimana mereka berada atau aku akan menghubungi Om Yohan dan dia akan datang mencarimu bersama dengan satu batalyon anggota Kopassus."
"Kopassus?" Kedua alis tebal milik Yuta bertaut.
"Komando Pasukan Khusus."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN UNKNOWN
FanfictionJatuh cinta itu hal biasa. Lantas bagaimana jika orang yang kau cintai bukanlah seseorang yang kau pikirkan selama ini? Bagaimana bila seseorang yang kamu cintai mendadak memiliki rahasia tergelap? Rahasia yang jauh menembus nalar mu. Rahasia yang...