Sebuah ruangan berbentuk lingkaran dengan enam pilar yang mengelilinginya. Terdapat lambang-lambang gnostic yang terukir di sekeliling ruangan tersebut. Hanya ada enam obor yang terpasang di masing-masing pilar sebagai satu-satunya sumber cahaya untuk ruangan tersebut. Tampak siluet seorang pria, duduk di satu-satunya kursi yang ada di bagian tengah ruangan tersebut. Satu tangannya memegang gelas champagne sedangkan tangan yang lain diletakkan di atas lengan kursi.
Tak lama, suara derap langkah memenuhi penjuru ruangan. Kemudian, salah satu bagian ruangan yang berada tepat di depan kursi bergerak ke samping. Menampakkan sosok pria yang lain dengan setelan berwarna hitam. Sosok itu berjalan masuk ke dalam ruangan, berhenti beberapa langkah di depan kursi, kemudian membungkuk hormat kepada pria yang duduk di kursi tersebut.
"Kabar apa yang kau bawa untukku, Armaros ?"
Sosok yang dipanggil Armaros menegakkan tubuhnya sebelum menjawab. "Para malaikat penjaga dan para Ksatria Abadi sudah tiba di Zermatt. Tidak butuh waktu lama untuk mereka menemukan Lael, Tuan Azazel."
Kedua sudut bibir Azazel terangkat. Dia merasa senang. Semua rencana yang dia susun selama ribuan tahun berjalan sesuai dengan keinginannya. Sejak awal, yang Azazel inginkan adalah kehancuran Ksatria Abadi. Sama seperti hakikat Azazel yang dahulu adalah malaikat, demikian halnya para Ksatria Abadi. Meskipun mereka melewati api keabadiaan untuk menyucikan diri dan melepaskan kedagingan mereka, hakekat mereka sebagai manusia tidak pernah hilang. Azazel hanya mengingatkan mereka pada kelemahan-kelemahan manusia, dan para Ksatria Abadi itu termakan hasutannya.
Gabriel dengan kesombongannya
Zefanya dengan keegoisannya
Thea dan Nediva dengan kedengkian di dalam hati mereka
Kenaz dengan amarah dalam dirinya
Dan Lael....
Azazel hanya membuat Lael melihat bagaimana saudara-saudaranya saling mengkhianati satu sama lain. Dan begitu saja, Azazel membangkitkan roh perseteruan di dalam diri Lael. Membuat Lael membenci semua saudaranya.
Hanya Jaziel yang luput dari umpan yang dipasang oleh Azazel. Tapi Azazel tidak khawatir. Sifat Jaziel yang selalu menahan dirinya sendiri itu adalah kelemahan terbesarnya. Azazel yakin, tinggal menunggu waktu sampai Jaziel kehilangan kesabarannya dan berbalik menghancurkan saudara-saudaranya sendiri.
Azazel meletakkan gelasnya di atas meja kecil yang entah kapan berada di samping kursi yang tadi dia duduki.
"Akan sangat sulit membujuk Lael untuk bergabung mengingat apa yang sudah dia alami sebelum penghukuman itu terjadi. Lael sangat membenci pengkhianatan dan umpan yang kupasang untuk Lael ternyata cukup ampuh untuk membuat dia membenci Ksatria Abadi untuk selama-lamanya. Usaha Raquel mengumpulkan para Ksatria Abadi akan sia-sia. Lael tidak akan mau membantu. Dan Michael ? Heummmm..... Dia tidak pernah sepandai aku dalam membuat siasat. Dia mendapatkan posisinya sebagai malaikat agung hanya karena aku terusir ke bumi" ucap Azazel. Dia kemudian berdiri dari kursi dan berjalan mendekati Armaros.
"Bagaimana dengan dua bintang utama kita, Zefanya dan Gabriel ? Apakah mereka sudah siap untuk perjalanan terakhir mereka ? Ke Axum bukan ?"
Armaros menganggukkan kepalanya. "Benar Tuan. Gadreel sudah memastikannya. Pecahan kristal terakhir milik Gabriel yang disembunyikan oleh Zefanya berada di Axum. Pecahan kristal itu berada dalam penjagaan Aiden, keturunan Eleazar"
Ganti Azazel yang menganggukkan kepalanya. "Bagus. Tetap awasi mereka berdua. Jika mereka sudah berangkat ke Axum, kabari aku. Awasi Aiden juga. Keturunan Eleazar itu tidak bisa dipandang remeh." perintah Azazel.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN UNKNOWN
FanfictionJatuh cinta itu hal biasa. Lantas bagaimana jika orang yang kau cintai bukanlah seseorang yang kau pikirkan selama ini? Bagaimana bila seseorang yang kamu cintai mendadak memiliki rahasia tergelap? Rahasia yang jauh menembus nalar mu. Rahasia yang...