Anya terbangun dengan rasa sakit yang mendera seluruh persendian tubuhnya. Dia merasa sangat tidak berdaya. Bahkan untuk mengangkat salah satu tangannya saja, Anya merasa sangat kesulitan.
Dia mengerjap beberapa kali. Mengamati tempatnya berada saat ini. Entah sudah berapa lama dia tidak sadarkan diri. Anya mengernyit. Dia tidak berada di kamar yang sebelumnya dia tempati. Kamar dimana dia berada saat ini masih didominasi dengan warna putih, namun dengan ukuran yang lebih kecil. Selain itu,
Anya mengernyit semakin dalam. Suara mesin berdengung tertangkap oleh indera pendengarannya. Dan sepertinya, kamar yang Anya tempati ini bergerak.
Iya....
Bergerak.
Pintu kamarnya terbuka. Gabriel muncul, dengan wanita berdada silikon bergelayut di salah satu lengannya. Menempel seperti lintah.
"Ah, instingku selalu tepat. Adik kecil kesayanganku sudah terbangun dari tidur panjangnya. Apa kau bermimpi indah, Zefanya?" Gabriel berjalan mendekati tempat tidur Anya lalu mengulurkan tangan untuk menyentuh kepala Anya.
"Jangan coba-coba untuk menyentuhku, Gabriel. Dan hentikan bertingkah seperti kau adalah kakakku. Kau bukan kakakku, Gabriel."tukas Anya. Dia berusaha menepis tangan Gabriel tapi dia tidak punya tenaga untuk melakukannya.
Gabriel tertawa mengejek. "Tidak usah berpikir untuk melawanku sekarang, Zefanya. Seharusnya kau menurutiku, kalau kau ingin keluarga barumu dan kekasihmu itu tetap selamat." Gabriel menjeda kalimatnya. Dia melepaskan tangan wanita yang menempel padanya, lalu mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Anya.
"Azazel mencarimu, Zefanya. Kalau kau tidak menurutiku, aku akan memberitahu keberadaan kekasihmu itu pada Azazel. Dan semua usahamu untuk mengelabui malaikat jatuh itu akan sia-sia. Aku sungguh terharu, kau membawa kekasihmu pergi jauh dari tempat asalnya, meminta Adrianne Arnault, yang kau sebut keluargamu itu, untuk menikah dengan sahabat dari mendiang orang tua kekasihmu. Semua kau lakukan hanya untuk membuat Azazel tidak mengetahui keberadaan kekasihmu itu kan? Sebuah rencana yang luar biasa, Zefanya. Kau banyak belajar dari Lael."
Anya menggeram marah.
"Aku akan membuat kita binasa bersama-sama, Gabriel kalau kau membocorkan semuanya pada Azazel....." desis Anya.
Gabriel terkekeh. Dia mengusap kepala Anya. "Lihat, kau masih butuh bantuanku rupanya. Tenang saja, aku akan menepati janjiku, asal kau juga melakukannya." Gabriel kembali menegakkan tubuhnya. "Bersiaplah, sebentar lagi kita akan tiba di Heard Island...."
"Heard Island ? Darimana kau tahu tempat itu?" Anya cukup terkejut. Seingat Anya, dia belum memberi tahu apapun pada Gabriel tentang dimana- mana saja dia menyimpan kristal kekuatan milik Gabriel.
"Ah..... efek obat itu bekerja dengan baik rupanya... Kau sama sekali tidak menyadari bahwa kau sendiri yang mengatakannya, Zefanya.... Saat ini kau berada di kapal pribadiku. Kita sedang berlayar menuju ke perairan Australia."
"Obat ? Obat apa?" Anya kemudian teringat cairan yang disuntikkan oleh salah satu anak buah Gabriel.
"Maksudmu, obat yang anak buahmu suntikkan padaku?" selidik Anya.
Gabriel mengangguk. "Zefanya, bisa kau bayangkan seandainya Azazel tidak membujuk nenek moyang kita untuk memakan buah terlarang di Taman Eden? Kita tidak akan bisa mengetahui hal-hal menakjubkan seperti itu, Zefa.... Dia benar-benar menyebalkan.... Dia menyimpan semua yang baik untuk diri-Nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN UNKNOWN
FanficJatuh cinta itu hal biasa. Lantas bagaimana jika orang yang kau cintai bukanlah seseorang yang kau pikirkan selama ini? Bagaimana bila seseorang yang kamu cintai mendadak memiliki rahasia tergelap? Rahasia yang jauh menembus nalar mu. Rahasia yang...