Tia Hussain or Thea

45 8 22
                                    

Tubuh Aiden menegang saat dia menyadari kehadiran sosok spiritual di dalam ruang kerjanya. Dia meletakkan buku yang dia baca lalu bangkit dari kursinya, menyambut tamu agung yang tidak disangka oleh Aiden akan menemuinya hari ini.


"Apa tempatku sekarang menjadi perhatian archangel ? Kemarin Zefanya yang datang tanpa pemberitahuan. Sekarang, salah satu archangel bersusah payah mengunjungiku di tempat terpencil seperti ini." Aiden tersenyum lembut lalu membungkuk sekilas kepada Raquel yang mendengus pelan. Dia berjalan melewati Aiden lalu duduk di kursi yang sebelumnya diduduki oleh Aiden.


"Kau harus sering membuka jendela tempat ini, Aiden. Udara disini benar-benar lembab." keluh Raquel.


Aiden terkekeh. "Archangel tidak jauh-jauh turun dari singgasananya di surga hanya untuk mengingatkan aku supaya selalu membuka jendela,kan?" Dia berjalan menuju meja di dekat jendela.


"Kopi?" tawar Aiden.


"Teh herbal lebih baik. Kepalaku sakit memikirkan ulah Gabriel dan Azazel juga para pengikutnya itu."


"Grigory?" tanya Aiden tanpa menoleh ke belakang. Dia tetap fokus mengambil beberapa herba alami dari laci-laci kecil yang berderet di bawah meja dan meracik teh herbal sesuai permintaan Raquel.


"Huuum. Mikael dan yang lain sedang mengurus hal itu. Aku diperintah khusus untuk mengurus masalah Gabriel."


Aiden memutar tubuhnya, berjalan menuju ke meja kerjanya sambil membawa secangkir teh herbal dan meletakkan cangkir itu tepat di depan Raquel. Aiden kemudian menarik kursi yang ada di dekatnya lalu mendudukkan dirinya di sana.


"Apa ini ada kaitannya dengan kedatangan Zefanya kemari beberapa waktu lalu?"


Raquel menyesap teh herbal buatan Aiden, meletakkan kembali cangkir yang dia pegang lalu menatap lurus ke arah Aiden.


"Apa yang kalian bicarakan saat itu?"


"Zefanya mendapatkan mimpi. Tentang permata sardis. Tentang suara Yang Maha Kuasa yang sudah lama tidak dia dengar."


Raquel mendesah pelan lalu menoleh ke samping. Pandangannya menerawang jauh ke arah jendela di ruangan kerja Aiden.


"Kau harus mempersiapkan dirimu, Aiden. Gabriel sudah mendapatkan satu pecahan kristalnya. Aku sudah menemui Sayako-sama dan memberikan peringatan padanya tentang hal ini. Kalian berdua harus bersiap-siap dengan segala kemungkinannya."


"Termasuk mengorbankan diri kami?"


Raquel mengangguk.


Aiden kembali tersenyum lembut.


"Tenang saja. Aku sudah mempersiapkan diriku sejak lama. Yang aku pikirkan sekarang hanyalah siapa penerusku nanti. Apa yang harus aku lakukan dengan kekuatan yang tersembunyi di balik Tirai Suci ?"


"Kau akan segera bertemu dengannya. Tapi, kau tahu apa akibatnya kan?"


Aiden kembali mengangguk.


"Itu artinya masa hidupku di dunia ini sebentar lagi akan selesai. Dan aku tidak menyesal."


💎💎💎💎💎💎💎


Anya menyeringai saat memandang Gabriel yang menatap marah kepadanya. Saat ini dia dikurung dalam jeruji besi dengan rantai di kedua tangan dan kakinya.


"Bagaimana, A hk? Apa kau menyukai kejutan yang kusiapkan? Kau tidak menyangka sama sekali bukan? Kau pikir aku sebodoh itu menyembunyikan kristal milikmu di satu tempat saja?"


 SEVEN UNKNOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang