Nana merapikan ranjang yang akan digunakan oleh Alceena selama gadis itu menginap di apartementnya. Tidak hanya Alceena yang menginap di sana, tapi juga Adrianne dan Michael karena kondisi mereka masih dalam pengawasan Nana sebagai dokter sekaligus penyembuh.
Adrianne dan Michael tidak perlu lagi menggunakan berbagai macam alat kedokteran yang menempel di tubuh mereka. Hanya tersisa dua selang saja sekarang. Satu untuk selang infus, selang yang lain untuk menjaga asupan oksigen mereka berdua.
Sebagai seorang dokter bedah saraf di salah satu rumah sakit di Seoul, apartement milik Nana ini terbilang cukup besar dan mewah. Terdapat tiga kamar. Yang satu dipakai oleh Nana, satu saat ini ditempati oleh Alceena, dan kamar terakhir disulap oleh Nana untuk menjadi ruang rawat Adrianne dan Michael selama mereka di Seoul.
"Aunty...." panggil Alceena. Dia duduk di tepi tempat tidur sambil melihat Nana yang sedang merapikan barang-barang yang di bawa oleh Alceena.
Nana menoleh. "Ya, sayang ?"
"Aunty nggak kesepian ya ? Tinggal di apartement segede gaban ini sendirian ?" tanya Alceena. Pandangannya bergerak mengelilingi ruangan di sekitarnya.
Nana tersenyum dan kembali melanjutkan kegiatannya.
"Nggak.... Aunty nggak kesepian. Kamu nggak tahu aja bagaimana ramainya Raphael kalau dia datang ke sini. Jaziel juga kan sering datang berkunjung. Jadi, nggak. Aunty nggak kesepian kok...." jawab Nana. Dia menutup pintu lemari kemudian memutar tubuhnya dan berjalan mendekati Alceena.
"Kenapa tiba-tiba tanya begitu ?"
Alceena melipat kedua bibirnya ke bawah baru kemudian mengedikkan kedua bahunya. Kedua tangannya yang diluruskan di samping tubuhnya dijadikan tumpuan saat dia menggerakkan tubuhnya ke depan dan belakang.
"Penasaran aja sih.... Aunty kan kayak Aunty Anya. Hidupnya udah dari jaman purba. Ngalah-ngalahin Homo Sapiens yang fosilnya ketemu di Sragen itu..."
Nana tertawa geli mendengar dirinya di samakan dengan fosil manusia purba. Dia kemudian meniru posisi duduk Alceena sebelum menanggapi ucapan random dari gadis itu.
"Sejak dulu, ilmu pengetahuan dengan agama memang selalu bertolak belakang. Dalam agama kita selaku diajarkan bahwa Yang Maha Kuasa menciptakan manusia, Adam dan Hawa, bukan menciptakan Ardipithecus Ramidus atau Australopithecus Africanus atau Sinanthropus Pekinensis atau...."
"Stop !!! Stop Aunty !!! Aku nih nanya hidupnya Aunty, bukan mau dikuliahin antropolgi...."
"Oke... Oke.... Sorry... Aunty terbiasa mengikuti Jaziel menyusun tulang-tulang manusia purba di museumnya." Nana membenahi letak kaca matanya yang merosot sebelum melanjutkan pembicaraan mereka.
"Apa tadi ? Kamu tanya soal Aunty yang sudah hidup sejak jaman purba ya ?"
Alceena mengangguk.
Nana berdeham pelan. Pandangannya menerawang. "I lost my counts when First World War occured.... Aunty sudah lupa berapa lama Aunty hidup dan bernapas. Aunty hanya menjalani hari demi hari yang masih diberikan oleh Yang Maha Kuasa." Nana mengangkat satu tangannya dan membawanya ke depan wajahnya.
"He gave me power to heal, you know ? Aunty mungkin tidak terlalu cakap bertarung dengan menggunakan pedang seperti Zefanya, tapi kekuatan Aunty ini juga melengkapi kekuatan Ksatria yang lain..."
"Aunty Tia juga cerita begitu. Aunty Thea malah bilang kalau kekuatannya tidak seistimewa Aunty Anya atau Nediva, itu Aunty kan ?"Alceena menunjuk Nana.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN UNKNOWN
Fiksi PenggemarJatuh cinta itu hal biasa. Lantas bagaimana jika orang yang kau cintai bukanlah seseorang yang kau pikirkan selama ini? Bagaimana bila seseorang yang kamu cintai mendadak memiliki rahasia tergelap? Rahasia yang jauh menembus nalar mu. Rahasia yang...