Pengunjung terakhir sudah meninggalkan observatorium. Dengan senyum terbaiknya, Lael menyelesaikan tugas menjadi pemandu observatorium hari ini. Kesunyian menyapa ketika Lael mengunci gerbang utama observatorium, berbanding terbalik dengan suasana hotel yang juga berada di dalam area observatorium. Di musim-musim liburan seperti ini, pengunjung observatorium meningkat cukup drastis. Bagi mereka yang ingin menikmati sensasi tidur di bawah langit yang dipenuhi dengan bintang-bintang, bisa menginap di Kulmhotel yang juga adalah hotel tertinggi di Swiss.Lael melepaskan padding coat yang sejak tadi membungkus tubuhnya karena ketika gerbang utama observatorium dibuka, angin bertiup cukup kencang sampai ke bagian dalam observatorium. Dia memang sudah kebal dengan udara dingin tersebut, tapi tidak dengan pegawai serta pengunjung yang lain. Demi penyamaran yang sempurna, Lael bertindak seperti staf observatorium serta para pengunjung yang datang ke observatorium yaitu dengan mengenakan padding coat meskipun matahari bersinar cerah.
Saat akan menyeduh teh untuk dirinya, Lael merasakan kehadiran energi yang tidak biasa. Lael meletakkan kembali ketel di atas tungku kompor yang masih menyala, memutar tubuhnya kemudian memindai daerah di sekitarnya.
Tidak ada orang lain selain dirinya sendiri di dalam observatorium ini. Satu-satunya staf yang membantu dirinya hari ini sudah dia berikan izin untuk kembali bersamaan dengan berakhirnya jam kunjung di observatorium ini.
"Uriel..... Keluarlah...." Lael membuka suara memanggil malaikat penjaga yang sudah ribuan tahun bersama dirinya itu.
Tapi sosok malaikat itu tidak memunculkan dirinya. Lael menghela napas panjang. Kemudian kembali menghadap ke arah tungku kompor yang menyala, memegang pegangan ketel yang terbuat dari aluminium yang sejak tadi menimbulkan bunyi berdenging bersamaan dengan kepulan asap yang keluar dari ujungnya.
Energi yang tidak biasa kembali terdeteksi oleh Lael saat dia menuangkan air mendidih ke dalam cangkir porselen warna putih susu dengan hiasan lukisan pria dengan pakaian khas switzerland yang sedang meniup Alphorn, terompet super panjang dari pegunungan Alpen.
Lael meletakkan ketel panas dengan tidak sabar ke atas meja. Dia mendengus pelan. Menepuk permukaan meja dengan kedua tangannya,cukup keras, sebelum membuka suaranya.
"Siapapun disitu..... keluarlah sekarang juga...."
Suara kekehan seorang pria terdengar kemudian. Membuat Lael spontan membalikkan tubuhnya.
Dahi Lael mengernyit saat melihat siapa yang saat ini duduk di salah satu kursi kayu yang ada di hadapannya. Satu kakinya menyilang di atas kakinya yang lain. Kedua tangannya terpaut dan diletakkan di atas paha. Coat panjang warna putih yang membungkus tubuh pria itu sangat kontras dengan identitasnya yang diketahui oleh Lael.
"Samyaza....." desis Lael. Dalam hatinya, Lael memanggil Uriel supaya segera datang ke observatorium.
"Tidak usah memanggil malaikat penjagamu.... Dia tidak akan datang.... Ada tugas lain dari Raquel yang harus dia lakukan...." ucap Samyaza.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN UNKNOWN
Fiksi PenggemarJatuh cinta itu hal biasa. Lantas bagaimana jika orang yang kau cintai bukanlah seseorang yang kau pikirkan selama ini? Bagaimana bila seseorang yang kamu cintai mendadak memiliki rahasia tergelap? Rahasia yang jauh menembus nalar mu. Rahasia yang...