A hk & A hot

69 11 17
                                        

"Aku tidak menyangka kau akan datang secepat itu hanya karena sebaris kalimat yang kuucapkan padamu ribuan tahun yang lalu. Sungguh mengharukan, A hot.... Kau berhasil membuatku tersentuh....."


Anya mendengus sebal melihat akting menjijikkan dari pria yang berdiri di hadapannya ini.


Pria yang dulu dia panggil dengan sebutan A hk....


Pria yang berbagi darah yang sama dengannya....


"Hentikan akting payahmu itu Gabriel... Kau benar-benar membuatku muak..." desis Anya geram.


Gabriel tertawa pelan lalu menarik kursi dan meletakkannya di depan tempat tidur Anya. Dia meletakkan kedua tangannya di atas dada dan membuat ekspresi seolah-olah dia terluka mendengarkan ucapan Anya.


"Ouchhh.... It's hurting me Zefanya.... Kau tidak menganggap aku lagi sebagai satu-satunya keluargamu ?"


"AKU TIDAK PUNYA KAKAK !!!"


Gabriel menurunkan tangannya dari dada. "Tentu saja.... Kau hampir memusnahkan kakakmu sendiri ribuan tahun yang lalu...." Dia bersandar di punggung kursi lalu menyilangkan salah satu kakinya. "Katakan padaku, Zefanya.... Apa kau menjalani puluhan milenium ini sambil menyesali keputusan yang kau ambil ? Seandainya waktu itu kau memihak padaku, kita berdua pasti sudah mengalahkan Dia.... Dunia ini akan berada dalam genggaman kita...."


Anya mengepalkan kedua tangannya geram. "Berani-beraninya kau berpikir bisa mengalahkan Dia, Yang Maha Kuasa.... Ingat Gabriel, tanpa anugerah dari-Nya, eksistensimu sudah selesai ribuan tahun yang lalu..."


Gabriel tertawa sambil bertepuk tangan. "Look whose talking now.... Zefanya.... atau harus kupanggil Anya.... Anya Arnault.... Aku benar-benar terkejut ucapan itu bisa keluar dari mulutmu..." Gabriel meletakkan salah satu tangannya di bawah dagu. "Kau sama liciknya denganku.... Kau lupa? Kau memanipulasi Thea dan mengambil kekuatannya.... Untuk apa? Untuk keinginanmu mendapatkan pujian dari-Nya kan? Kau sama buruknya dengan para malaikat yang jatuh...."


Anya memberontak dan berusaha untuk melepaskan rantai besi yang melingkar di pergelangan tangannya.


"Tidak usah membuang-buang tenagamu, Zefanya.... Aku tahu, kau dan aku sama-sama kehilangan kekuatan kita kan ? Yang tersisa dalam diri kita hanyalah keabadian... Jadi..." Gabriel menepuk tangannya kemudian berdiri dari kursinya. "....bagaimana kalau kita memanfaatkan keabadian yang Dia sisakan untuk kita berdua dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan. You know what i mean right, Zefanya ?"


"Ayolah Zefanya.... Jangan membuatku sedih.... Berpartisipasilah dalam permainan ini. Coba tebak... apa yang ingin aku lakukan...."


Anya mendengus. "Aku tidak tertarik dengan permainan konyolmu itu, Gabriel..."


"Benarkah ? Baiklah.... Aku akan bermain sendiri kalau begitu...." Gabriel meraih remote yang ada di atas meja lalu mengarahkan alat itu ke TV layar datar yang ada di dalam kamar.


"Such a lovely family...." ucap Gabriel begitu layar TV menyala dan sebuah gambar muncul di sana.


Mata Anya membulat seketika.


"DON'T YOU EVER DARE TO TOUCH THEM !!!" berang Anya marah ketika melihat foto Adrianne, Michael dan Alceena muncul di layar TV.


"Ahhh.... So, finally i get your attention Zefanya ? Kamu mau ikut bermain ?" Gabriel menatap Anya sambil mengangkat salah satu alisnya.


 SEVEN UNKNOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang