Pluto dan Kore

49 11 9
                                    

Tubuh kurus Zefanya terikat di tiang sula yang didirikan di tengah-tengah kota. Tiang dengan tinggi hampir dua setengah meter itu tampak menjulang di antara kerumunan orang-orang yang berdesak-desakan di bawahnya. Mereka tidak ingin ketinggalan menyaksikan bagaimana seorang wanita yang dicurigai sebagai penyihir jahat dibakar hidup-hidup karena membawa tulah ke kota tempat mereka tinggal.


Sejak wanita itu datang, berbagai kejadian buruk menimpa Cordoba. Kelaparan, gagal panen, sampai dengan penyakit yang tidak ditemukan obatnya sama sekali. Salah satu pemuka agama yang berpengaruh saat itu kemudian mengatakan bahwa semua kesialan yang menimpa mereka adalah disebabkan oleh kehadiran mahluk terkutuk yang jatuh cinta dengan manusia biasa.


Zefanya, si penyihir yang membawa tulah


Dan Jairuz Stavan, si manusia yang jatuh hati dengan makhluk terkutuk itu.


Tetapi Jairuz tidak dihukum bersama dengan Zefanya. Status pria itu sebagai keluarga bangsawan Eropa yang dikirim untuk belajar ke Spanyol membuat dia lolos dari hukuman. Lagipula, penduduk di sana berpendapat bahwa Jairuz berada di bawah pengaruh sihir Zefanya.


Zefanya menundukkan kepalanya. Beberapa wanita dewasa mulai melemparkan batu ke arahnya.


"Dasar wanita ular !!! Matilah kau !!!"


DUK !!!!


Salah satu batu yang dilempar tepat mengenai pelipis Zefanya. Menambah luka lebam di wajah wanita itu. Padahal sudah tiga hari, Zefanya disiksa di penjara bawah tanah agar mengakui siapa yang menyuruh Zefanya mengirimkan tulah ke Cordoba.


Zefanya meringis menahan perih karena darah yang menetes mengalir melewati lukanya yang lain yang juga belum sembuh benar. Dia mendongak, menengadah ke langit.


"Sudah puas menghukumku, Tuhan ?" ujar Zefanya.


"Dengar.... Dia menghujat Tuhan !!! Dasar penyihir !!! Kembalilah kau ke neraka !!!!"


Para wanita dan kali ini anak-anak mereka juga ikut melempari Zefanya. Dia hanya bisa memejamkan mata ketika batu-batu yang dilemparkan kepadanya mengenai seluruh tubuhnya. Dia terlalu lemas untuk melepaskan dirinya dari ikatan tali dari bahan jerami yang kuat ini.


Setelah beberapa saat, lemparan batu ke arahnya berhenti. Zefanya membuka kedua matanya dan mendapati sang penguasa Cordoba berdiri di atas panggung yang berhadapan langsung dengan tiang sula Zefanya.


"Apa kau akan mengakui kejahatan yang sudah kau lakukan, wahai penyihir terkutuk?"


Zefanya mendengus. "Apa jatuh cinta termasuk salah satu kejahatan di masa ini? Apa aku harus membeberkan apa yang sudah nenek moyang lakukan dahulu sebelum Tuhan memutuskan untuk membumi hanguskan Sodom dan Gomora? Aku tahu, kau bermain dengan pengawal laki-lakimu kan? Cuiiihhhh....." Zefanya membuang air liurnya ke tanah. Hampir mengenai kaki sang penguasa Cordoba.


"TUTUP MULUTMU PENYIHIR !!!! AKUI KEJAHATANMU SEKARANG !!!! ATAU AKU AKAN MEMBUNUH KEKASIHMU !!!!" ancam sang penguasa. Dia memberikan isyarat kepada kedua pengawalnya dan kemudian mereka membawa Jairuz-lebih tepatnya melemparkan tubuh Jairuz-ke depan tiang sula Zefanya.


"Jauhkan tangan kalian darinya...." geram Zefanya dengan sisa kekuatannya.


Sang penguasa tertawa mengejek. "Atau apa? Apa kau akhirnya akan menggunakan sihirmu dan membunuh kami semua?"


 SEVEN UNKNOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang