Good and Evil

35 4 1
                                        

Kehadiran energi yang tidak biasa mengalihkan perhatian Lael dari sosok iblis yang masih duduk dengan santai di hadapannya. Kedua netra Lael memicing tajam. Sesaat kemudian dia mendengus dengan keras yang hanya dibalas dengan kekehan oleh Samyaza.


"Kau membawa mereka ke sini......" desis Lael marah.


Samyaza mengangkat kepalanya usai meneguk teh yang diseduhkan oleh Lael untuknya.


"Aku mengusahakan reuni keluarga setelah berabad-abad terpisah.... Apa kau tidak menyukainya ?" sindir Samyaza.


Lael mengepalkan kedua tangannya. Dia kemudian hendak berdiri dan bergegas meninggalkan observatorium. Samyaza menyaksikan dengan senyum tipis terulas di wajahnya yang tidak pernah berubah meski sudah jutaan tahun berlalu.


"Apa kau benar-benar akan membiarkan dirimu jatuh selamanya ke dalam perangkap Azazel ? Bukankah baru saja aku katakan padamu bahwa seluruh kesalah-pahaman antara dirinu dan saudara-saudaramu itu adalah salah satu dari sekian banyak rencana jahat Azazel ?"


Lael yang sudah berdiri dari kursi menatap lurus ke arah Samyaza.


"Lalu, apa jaminannya kalau kehadiranmu di sini itu bukan bagian dari rencana jahat Azazel ? Apa jaminannya kalau kedatangan saudara-saudaraku ke tempat ini bukannya untuk menyelesaikan hukuman tapi untuk semakin merusak keseimbangan di dalam dunia karena kerakusan mereka sendiri ?" cecar Lael.


Samyaza tidak terpengaruh dengan emosi Lael yang kian memuncak. Dia berdiri dari kursi, berjalan memutari meja bulat kecil yang memisahkan antara dirinya dan Lael. Dia berhenti di hadapan Lael lalu menjulurkan tangan kanannya, meremas pundak sang Ksatria Abadi.


"Sepertinya api suci yang membuatmu abadi tidak serta merta menghilangkan kekuatiran-kekuatiran di dalam pikiranmu ya? Gabriel dengan kesombongannya, Zefanya dengan nafsunya, Kenaz dengan kebenciannya, Thea dengan rasa rendah dirinya, Nediva dengan iri hatinya dan Jaziel yang terlalu lemah dengan dirinya sendiri. Kelemahan kalianlah yang membuat kalian sampai dihukum seperti ini...."


Samyaza maju selangkah, membuat posisinya kini menjadi bersebelahan dengan Lael.


"Saudara-saudaramu yang lain, sudah berhasil membuka pikiran mereka dan kini berusaha untuk memperbaiki segalanya. Tinggal dirimu sekarang.... Apa kau ingin tetap menjadi korban dari siasat Azazel, atau kau membalaskan semua yang sudah iblis itu lakukan padamu dan pada seluruh saudara-saudaramu..... Dengan telak......"


Samyaza menundurkan wajahnya. Senyum kembali terulas saat dia mengamati wajah Lael yang kini terlihat mengeras sebagai dampak dari ucapannya barusan.


"Semakin lama kau tenggelam dalam kekuatiranmu yang tidak berdasar, maka nyawa Aiden serta penggantinya tidak akan bertahan lama..... Azazel dan Gabriel akan mendapatkan keinginan mereka.... Dan kau......"


Lael dan Samyaza saling bertatapan sejenak.


"..... kali ini, kaulah penyebab utamanya......"


Raut wajah Samyaza berubah serius ketika dia mengucapkan kalimat terakhirnya. Namun tidak lama. Dia kembali mengulas senyum lembut di wajahnya. Senyum yang menjadi senjata andalannya ketika memperdaya manusia.


"Pikirkan itu baik-baik, sobat......" tutup Samyaza sebelum lanjut melangkah dan meninggalkan Lael yang masih terpaku di tempatnya.


Langkah kaki Samyaza terhenti di depan pintu observatorium yang tertutup rapat. Iblis itu kemudian menjentikkan jarinya, dan tidak lama setelahnya, kedua pintu besi sebagai akses utama untuk masuk ke dalam observatorium terbuka dengan sendirinya. Senyum di wajah Samyaza semakin lebar ketika menemukan empat ksatria abadi di baliknya.


 SEVEN UNKNOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang