Es Krim dan Cokelat

38 11 2
                                    

Jichen hanya duduk mengamati aktivitas Jamie dan Jerome yang dtinggalkan oleh pemilik rumah. Dia paling tidak suka berurusan dengan orang-orang yang tidak percaya sebelum melihat sebenarnya. Biarlah hal-hal seperti itu menjadi urusannya Chenji yang kesabarannya setipis facial tissues. Kalau sepanjang kariernya nanti Jichen boleh memilih, dia lebih memilih berurusan dengan orang-orang seperti Jamie dan Jerome. Dua pemuda itu tidak pernah bertanya apapun pada Jichen.


Entah karena mereka masa bodoh, atau karena mereka memang percaya dengan eksistensi malaikat, atau justru mereka takut pada Jichen maupun Chenji. Tapi, kalau yang terjadi adalah opsi yang terakhir, tidak mungkin mereka berdua bakal sesantai ini berada dekat-dekat dengan Jichen. Lihat saja, saat ini mereka berdua justru iseng menginvestigasi isi kulkas setelah bosan mengitari isi rumah tanpa permisi.


"Tsk.... Tidak banyak yang bisa diharapkan dari isi kulkas bujangan seperti Uncle Yohan itu, Jer. Hanya ada es krim, bir, cokelat, dan champagne. Kau mau apa ?" Jamie bertanya sambil memeriksa isi kulkas. Dia kemudian menoleh ke belakang setelah menyebutkan semua isinya.


"Keluarkan saja semua isinya, Jamie. Es krim, cokelat dan bir bukanlah kombinasi yang buruk...." jawab Jerome. Jaime mengangguk kemudian menoleh kembali ke depan kulkas. Kedua tangannya lalu bergerak memindahkan apa yang masih bisa dimakan dari dalam kulkas lalu menyerahkannya pada Jerome yang kemudian meletakkannya di atas meja mini bar yang ada di dekat kulkas.


"Kau mau sesuatu ?" tawar Jerome pada Jichen.


Jichen menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku tidak perlu makan makanan seperti itu untuk mengisi perutku...." jawab Jichen.


PLETAK !!!!


Jamie memukul bagian belakang kepala Jerome setelah menutup kembali pintu kulkas.


"Dia itu malaikat, bodoh !!!! Mana ada malaikat yang makan cokelat dan minum bir. Ditendang ke neraka baru tahu rasa kau !!!" omel Jamie.


"Memangnya kau tahu dia makan apa ?" sengit Jerome. Tidak terima kepalanya dipukul oleh Jamie.


"Ya tahulah !!!!" sahut Jamie tak kalah sengit. Dia kemudian menoleh ke arah Jichen.


"Kau makan dupa kemenyan kan ?" cetus Jamie.


"Uhuk.... Uhuk....." Jichen tersedak mendengar ucapan Jamie.


Dia ?


Makan dupa kemenyan ?


Tuh kan....


Jerome dan Jamie memang tidak ada takut-takutnya dengan Jichen maupun Chenji.


"Aku benar kan ?" tanya Jamie lagi.


Jichen sedikit menundukkan kepalanya, berdeham beberapa kali sambil mengibaskan saah satu tangannya ke udara.


"Bukan seperti itu juga. Kami memang tidak makan makanan manusia seperti itu. Malaikat tidak seperti manusia. Kami tidak punya keinginan untuk makan, minum ataupun tidur." jelas Jichen.


 SEVEN UNKNOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang