Sekitar jam 7 malam, rangkaian ospek udah selesai, tapi gue dan Arteri gak boleh balik. Kita bakal ada pertemuan sama project officer dan ketua divisi eval, Angel. Sumpah ya, gue bakal jadi orang yang paling membenci Angel karena udah buat Arteri kayak gini!
Kita menunggu hampir sampe jam 8 di sini. Mana laper banget pula! Kita dijaga gitu udah kayak tahanan, jadi mau ngobrol juga gak enak. Arteri pake lagi jaketnya. Sekarang gue paham kenapa dia selalu pake jaket. Maaf ya.
Pas jam 8 kurang, barulah mereka pada dateng ke ruang ini. Ada Teh Andin dan Kang Ale sebagai fasil, si Angel ketua eval yang gak jelas itu, dan juga Hanif sebagai project officer Eksplorasi. Panitia medis yang ada di sini menunggu di luar ruangan dan menutup pintu untuk kita berenam. Arteri sama sekali gak mau liat ke arah Angel meskipun bukan dia yang waktu itu teriakin Arteri, tapi pasti dia tetep takut karena itu komplotan dia.
"Halo! Arteri ya?" sapaan lembut Hanif.
"Ya," jawabnya tanpa memandang siapapun.
"Kamu pasti Vena?"
"Iya, Kang."
"Panggil Hanif aja gak papa. Lucu banget namanya Arteri dan Vena udah kayak pembuluh nadi haha!" Lmfao.
"Haha iya kebetulan."
"Katanya kalian sepupuan ya?" DEMI APA SIH INI DIBAHAS? HAHA!
Gue senggol aja Arteri supaya dia yang ngomong. Dia yang mulai membuat drama ini.
"Sebenernya kita juga baru tau sih kalo sepupuan. Mami dia sama ibu saya adik kakak, tapi karena dia di Jakarta dan saya di Makassar, jadi gak pernah ketemu." EH??! BENERAN DIJADIIN DONG!
"Oalaa gituu! Pantes namanya berkaitan gitu ya." Percaya aja lagi si Hanif!
"Langsung aja, Nif ke pembahasannya. Udah malem nih kasian juga mereka nanti capek."
"Oh iya. Gimana nih? Katanya Arteri udah 4x gak hadir ya sama hari ini?" Angel memasang wajah judesnya yang bikin gue rasanya pengen siram pake air!
"Tadi kan udah dibilang. Saya memiliki anxiety disorder. Selama seminggu ini, anxiety saya kambuh karena di-trigger sama salah satu panitia eval yang teriak di depan muka saya. Ditambah pas saya dateng malah tambah diteriakin!"
"Ya iya lo salah! Mana gue tau lo sakit!" NGEGAS BANGET! GAK BISA PELAN-PELAN AJA?!
"GAK LIAT PITA GUA MERAH?" HEH! Dia juga gak sopan banget lagi wkwk. Arteri bodoh.
"Kok lo ngegas sih?!"
"Angel, udah, Ngel! Kalo pake emosi, kita gak selesai! Biarin dia klarifikasi dulu." Awww, bijak sekali si Hanif.
"Dia ketua kelompok kan? Kok ya bisa cabut sampe 4 hari berturut-turut! Gak ngabarin fasilnya pula! Kalo sakit kan bisa izin! Emangnya lo sakit sampe gak bisa bangun dari kasur apa gimana?"
"Sorry, Teh, mau motong. Sakit kan gak cuma fisik. Dan mungkin berat juga buat Arteri speak up tentang mental illnessnya. Gak semua orang bisa ngerti tentang keadaannya," bela gue.
"Ya emang gak semua bisa ngerti! Kalo gak dibilangin ya mana gue tau! Sakit kayak gitu kan gak keliatan. Bisa aja nanti malah jadi alasan supaya gak ikut rangkaian doang!" JAHANAM BANGET MULUTNYA!
"Mungkin jenis orang kayak Teh Angel gini kali ya, yang bikin Arteri gak mau speak up. Yang rasain kan dia sendiri, ngapain dia bohong untuk sesuatu yang gak baik buat dia." Gue berusaha membela Arteri. Meskipun gue gak terlalu paham tentang mental illness yang dideritanya, tapi satu hal yang gue tau adalah dia beneran menderita karena itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arteri dan Vena
RomanceKisah dua sejoli dengan latar belakang yang sangat bertolak belakang, akhirnya dipertemukan meski dalam kerumitan. "I bounded with you like arteries and venas. We have to work together for life." Arteri dan Vena bertugas untuk membawa darah, bukan r...