Package

10 2 0
                                    

Sepanjang jalan sampe di Jakarta, gue masih menenangkan diri dan beberapa kali tiduran di mobil. Gak banyak perbincangan antara gue dan Aries karena dia juga takut salah ngomong lagi dan buat gue meledak-ledak lagi.

Kita sampe di Jakarta jam setengah 5 dan udah disambut sama mami papi di rumah. Aries disuruh masuk dan mampir dulu sebelum dia balik ke kosan barunya. Kata papi dia nginep di sini dulu gak papa. Besok masih Minggu, kita bisa bantu-bantu Aries buat beresin dan rapihin kosan barunya. Sekarang kita istirahat dulu. Mami papi gue dan mama papanya Aries bener-bener udah deket banget kayak mau serius. Padahal hubungan anaknya lagi ada di ujung tanduk. Mana semuanya salah gue pula! Bodoh bangettt, Vena!

"Haaiii, kalian udah dateng! Gak terlalu macet ya?"

"Iya lumayan lancar sih, paling di Cikampek aja agak tersendat."

"I see. Oke. Masuk dulu yuk. Tante udah siapin makanan, tapi kalian bisa mandi dulu biar lebih seger. Pi, ini Aries tunjukin kamarnya."

"Oh iya, siap siap. Ayo ikut Om, Res."

"Oke, Om. Makasih, Tan." Aries bawa tasnya ke kamar bareng sama papa.

Gue balik ke kamar juga buat mandi dan rapih-rapih diri. Gue gak sanggup buat keluar kamar. Pasti abis ini ditanyain abis-abisan tentang di Bandung kemaren. Gue harus jawab apa? Haruskah gue mematahkan hati mereka sekarang? Takut... sumpah takut banget! Badan gue gemeter hebat. Gue gak sanggup berdiri apalagi berkumpul sama mereka.

"Ven?" Duh, suara Aries dari balik pintu. Buka gak ya? Buka deh. Dia yang paling tau tentang masalah gue sekarang.

"Yah?" Gue buka pintunya dan berhadapan sama Aries.

"Disuruh makan sama mami papi kamu."

"Oh, okay. Bentar ambil hp." Gue balik lagi ke kamar buat ambil hp di atas kasur.

"Boleh masuk kah?"

"No! No...."

"Okay." Aries tetep di posisinya semula sampe gue ambil hp gue.

"Honestly, I'm terrified about telling them."

"Gak papa. Yuk bisa yuk." Aries pegang dagu gue dan dideketin ke mukanya.

"Res. Di sini ada CCTV loh." Dia langsung lepas pegangannya dan sedikit mundur dari gue. Awww haha.

"Maksudnya CCTV Allah hehe. Di mana aja ada kan?"

"Haha. Iya gak salah sih. Kamu ngagetin aja."

"Haha. Bantu aku buat bangkit yah. Jangan menjerumuskan ke dalam hal yang sama lagi."

"InsyaAllah, Vena." Kita saling senyum dan bertatapan. Tapi gak boleh lama-lama. Bahaya.

"Yuk!" Gue jalan duluan ke ruang makan, disusul sama Aries.

Mami sama papi udah siap di meja makan buat makan malam bersama. Kita baru ngobrol-ngobrolnya pas udah selesai makan.

"Terakhir kamu ke sini pas osjur itu ya, Res?"

"Iya, Om. Waktu rame-rame sama anak-anak."

"Oh iya. Yang masalah Hanif itu ya?"

"Yes, betul sekali."

"Just FYI aja, itu waktu pertama kali aku suka sama kamu haha."

"Oh iya? Cieeee." Lah kok dia sendiri yang cie? Haha.

"Yaiyalah. Siapa yang gak baper coba? Setanggung jawab itu sama anggotanya. Profesional banget sampe segala minta maaf padahal bukan sepenuhnya salah kamu."

Arteri dan VenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang