The Address

12 3 0
                                    

Setelah makannya selesai, kita lanjut lagi cari puteran buat masuk Tol Pasteur. Aries gak bahas apapun lagi, apalagi gue. Duhhh! Sekarang udah mau jam 3! Macet juga lagi! Keburu gak ya ke prodi kalo sampe sana sore?

"Mau kemana sekarang?"

"Awalnya sih aku mau ke Prodi Mankom dulu. Kali aja mereka nyimpen alamat Arteri kan."

"Mereka pasti nyimpen, tapi mereka gak akan semudah itu ngasih data. Aku aja waktu mau ke rumah kamu soal masalah Hanif, aku minta Arteri nanyain ke kamu kan? Padahal aku PO osjur harusnya punya data alamat kalian atau minta sama prodi, tapi gak semudah itu birokrasinya."

"Holy shit.... Kalo ke Prodi gak bisa, menurut kamu bisa gak ya ke UKM yang dia ikutin? Aku kemarin udah kontak orang di BEM KEMA Unpad yang anak TVF juga, si Dalia. Dia gak jamin bakal ada sih, tapi mau cari dulu. Kalo emang dia gak ada, mungkin pilihan terakhir aku bisa ke Hanif sebagai PO osfak waktu itu? Pasti fakultas nyimpen kan? Dia juga Wakil Ketua BEM Fikom, pasti lebih punya privilege kalo mau minta data? Aku gak yakin sih buat minta tolong sama dia. But... what should we do?"

"Hahaha. Aku sih tetep bakal bantu kamu, Ven. Tapi jujur, aku gak yakin sama semua rencana kamu. Data mahasiswa apalagi alamat rumah itu krusial banget. Gak semudah itu buat disebar. Arteri juga bisa aja cuma isi data alamat rumah dengan nama kota, kecamatan, atau kabupatennya, bukan alamat rumah lengkapnya. Lagian kamu pacaran lama sama dia kok bisa gak tau alamat rumahnya?"

"Karena aku tau dia gak akan pulang ke rumah."

"Terus dia pulang kemana, Ven?"

"I don't know, but not home."

"Ya udah, nanti aku coba ngomong sama Hanif. Kali aja dia bisa bantu."

"Thank you, Ressss! Maaf banget aku repotin kamu! It shouldn't be happen."

"It's okay as long as you tell me the full story." Damnnnn!!!! Dia masih skeptis ada yang gue tutup-tutupin ya!

"Thank you."

"Terus kalo udah nemu alamatnya, gimana cara kamu ke sana?"

"Ya... naik pesawat. Di sana ada Grab kok."

"Sendirian? Kalo kamu nyasar gimana? Kalo gak ketemu dia gimana?"

"Honestly... aku lebih takut ketemu dia, tapi udah gimana-gimana...."

"Jangan bilang gitu, Vena."

"I work my best to take care of him! Pokoknya apa yang terjadi sama dia sekarang itu ada gara-gara aku juga! Makanya aku mau tau gimana dia sekarang. He's my... best friend! My first friend in Unpad."

"Okay, Vena. Aku ikut kamu aja."

"Thank you so much, Aries! I owe you!" Gue peluk lengan Aries dan bersandar di pundaknya. Gue udah nyakitin dia banget, tapi dia masih sebaik ini sama gue! Bener-bener wanita munafik!

Sampe di Unpad itu kira-kira udah jam 4. Prodi udah tutup karena sebenernya sekarang kan lagi liburan semester, jadi mereka cuma buka sampe siang. Ahh! Tapi bener juga sih kata Aries. Kayaknya emang gak ada harapan di prodi. Sekarang kita ke UKM Barat buat ke markas BEM KEMA dan ketemu sama Dalia. Gue udah janjian sama dia di sana.

Di sana, cukup banyak anak BEM KEMA. Gue jadi canggung sendiri. Aduh... tanya juga kali ya sama mereka si Arteri ngabarin mereka atau enggak. Kali aja meskipun sangat kecil kemungkinannya, tapi bisa aja tuh anak prank gue. Sampe dia prank gue sih gak bakalan gue maafin dalam waktu yang lama dan lebih benci daripada ngegap dia sama Angel. Gila kali! Gue hampir masuk rumah sakit jiwa gara-gara ini! Kewarasan gue udah di ujung tombak!

Arteri dan VenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang