Selesai beres-beres, gue suruh Arteri balik lagi ke ruang tamu buat nungguin gue mandi dan rapih-rapih. Karena ekspektasi gue kita bakal pergi ke tempat yang terbuka di siang hari yang cerah ini, jadi gue pake baju pendek supaya gak gerah, tapi tetep bawa jaket buat selama perjalanan ke Bandungnya. Gue pake tas kecil juga supaya kalo foto-foto nanti enggak ganggu.
Jam 11 siang, kita otw ke Bandung. Cukup panas sih ya, but it's okay. Asal udah pake sun screen harusnya aman sih. Lagipula agak berawan, jadi cuacanya lebih enak. Gue nyaman banget sekarang. Serasa kejadian semalem gak pernah terjadi. Padahal gue belum cerita sama Arteri. Gue juga langsung block semua kontak Hanif.
Sampe di tempat tujuan itu sekitar jam 12 siang. Lumayan agak jauh karena kita ke bagian atas, daerah Pagerwangi. Ini tempat kayak restoran gitu, tapi pemandangannya ciamik parahhhh! Namanya D'dieuLand. Ada banyak banget meja yang bertema beda-beda antara satu dengan yang lainnya. Tempatnya lumayan rame, tapi gak terlalu padat sih. Mungkin karena saking gedenya jadi pada mencar-mencar. Gue serasa melepas beban bangett ke sini! Gue sama Arteri foto-foto dan berkeliling D'dieuLand sebelum kita duduk dan pesen makan. Banyak banget tempat foto yang Instagramable! Terus juga ada istana dan jembatan tinggi gitu aaaaahh lucu bangett! Kebayar perjalanan jauh tadi sama apa yang kita dapetin!
"Kok lo bisa tau tempat kayak gini sih? Keren banget anjirrr!"
"Ya iyalah. Apasih yang gua gak tau?"
"Gue mau cari meja yang pemandangannya langsung ke bawah."
"Oke."
Gue sama Arteri cari meja sesuai permintaan gue. Di sini ada saung-saung yang letaknya di pinggir atas. Jadi kalo liat ke bawah langsung keliatan deh ada apa aja di bawah. It's really mesmerizing view!! OMG! I love it! Makanannya juga ada banyak di sini. Karena gue lagi males makan nasi, jadi gue pesen pasta aja. Arteri juga ikut pesen pasta, tapi beda jenis. Sembari nungguin makanan dateng yang ternyata cukup lama, gue cerita deh sama Arteri tentang kejadian semalem. Dia pastinya marah dan gak terima gue diginiin, tapi gue bilang ke dia kalo gue gak mau Arteri berurusan sama Hanif. Gue pun gak mau bersangkutan lagi sama dia. Enough is enough. Semoga yang semalem itu cuma ancaman dan enggak beneran dilakuin.
Setelah makan, kita bersantai sebentar sambil menikmati pemandangan dan waktu berdua kita. Baru sadar kita udah seminggu gak ketemu. Pantes kayak ada rasa kangen-kangennya gitu hehe. Gue duduk bersandar ke arah pemandangan langit, sedangkan Arteri tiduran di paha gue sambil mainin hpnya.
"Btw, kenapa lo tumben banget jam 9-an udah tidur semalem sampe gak jawab gue?"
"Yah, biasalah. Ibu sama bapak gua. Jadi gua minum obat tidur aja." Arteri menaruh hpnya, tanda ini juga gak kalah serius sama pemasalahan Hanif.
"Kalo boleh tau, mereka kenapa lagi?"
"Mereka bahas tentang kuliah di luar. Tahun depan pas mau naik semester ketiga kan tahun terakhir gua mencoba. Mereka mau gua coba lagi. Pastinya gak cuma disuruh coba lagi, tapi bahas-bahas semua kegagalan gua. Dibandingin juga sama adek gua si Vena. Banyak lah. Mereka nanyain ada kemajuan dan prestasi apa gua semester ini. Kan masih maba, masih ospek, belum juga genap dua bulan masuk kuliah, ya jadi belum ada apa-apa. As always lah, merendahkan dan mencemooh. Katanya supaya mental gua kuat, padahal mental gua rusak." Ahh.... Kenapa sih mereka itu parah banget! Kalo ada sesuatu yang terjadi pada mental Arteri gara-gara mereka, gue orang pertama yang bakal ngaduin mereka ke pihak berwajib sih. Ini kekerasan meskipun verbal.
"I'm sorry to hear that. You don't deserve it." Gue mengelus kepala dan rambut Arteri untuk lebih menenangkannya.
"Gak papa, udah biasa kok." Dia ambil hpnya lagi dan mainin hpnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arteri dan Vena
RomanceKisah dua sejoli dengan latar belakang yang sangat bertolak belakang, akhirnya dipertemukan meski dalam kerumitan. "I bounded with you like arteries and venas. We have to work together for life." Arteri dan Vena bertugas untuk membawa darah, bukan r...