Gue diajak Vena ke kamarnya yang gak terlalu jauh dari kamar Arteri karena masih ada di lantai yang sama. Kamarnya juga sama, luas dan bagus banget penataanya! Pokoknya nyaman deh! Tapi terasa banget ambisiusnya di sini. Sama kayak kamar Arteri, penghargaan, piala, dan medali atas nama Vena Fernanda tersebar di mana-mana. Dia ajakin gue ngobrol di kasurnya.
"By the way, aku baru inget dan sadar kalo Ka Aries itu pacar Ka Vena. Semenjak awal dateng aku ingetnya dia kakak Ka Vena."
"Hahaha astagaa! Iya dia pacar aku, tapi bentar lagi kayaknya udah gak jadi pacar sih."
"Complicated banget ya, Ka?"
"Aku yang salah sepenuhnya sih. Sok-sokan mau cari yang baru padahal masih nyangkut sama masa lalu. Yah jadinya gini deh. Aku merasa bersalah banget nyakitin dia berkali-kali."
"Aku liat, dia tulus banget sama Ka Vena."
"I know. I don't deserve him. He deserves better."
"Tapi aku yakin Ka Vena adalah yang terbaik."
"Not now."
"Someday."
"Hope so. Btw abis ini kamu mau apa, Vena?"
"Aku mau ngurusin surat kematian Ka Arteri. Terus kabarin ke keluarga bapak atas semua yang terjadi."
"I see. Gak sekalian kabarin ke keluarga ibu?"
"Ibu gak ada keluarga. Terakhir dia cuma punya ibu yang meninggal bahkan sebelum Ka Arteri lahir. Jadi dia cuma punya bapak dan kita." Kasian bangetttt!
"Kalo kamu ke Aussie, mereka gimana?"
"I don't know? Tuhan pasti udah mengatur jalan mereka gimana kan?"
"Iya sih.... Tapi mungkin tetep keep in touch ya sama mereka. Mau gimana juga kamu anak mereka, Ven. Aku mikir kayak gini karena mami papi aku tuh segalanya buat aku, jadi aku gak bisa liat orang tua sama anak tuh saling benci. Pelan-pelan, tapi pasti. Berprogres lah seenggaknya."
"Sama ya. Ka Vena juga harus berprogres. Mau Ka Vena nanti sama Ka Aries ataupun yang lain, Ka Vena harus selesain dulu masalah sama Ka Arteri. Mungkin Ka Arteri akan menunggu Ka Vena di sana, tapi kan nanti. Beda alam."
"Iya, Ven. I hope so. Kamu kapan mulai pindah ke hotelnya?"
"As soon as possible. Kalo Ka Vena mau balik ke Jakarta gak papa banget kok, Ka. I'm fine here. Aku janji kalo ada apa-apa bakal ngomong sama Ka Vena."
"Okay. Semangat yaaah buat kita!"
"Aminnn!"
"Aku mau balik yah ke kamar mami papi aku? Takut dicariin."
"Okey, see you tomorrow, Ka!"
"See you, bye!" Vena anterin gue keluar kamar, tapi dia belum masuk kamar lagi sampe gue turun dari lantai 2 dan masuk ke kamar mami papi. Malah gue yang serasa dijagain ya, padahal harusnya gue yang ngejagain dia. Ya udahlah, kita saling menjaga aja. Kita tau masih banyak ancaman terutama dari dalam diri kita sendiri terkait dengan permasalahan ini.
Ketika gue balik ke kamar, mami sama papi masi pules banget. Kasian mereka kecapekan. Maaf ya, Mi, Pi. Urusan gue menyusahkan kalian semua.
Paginya, mami bangunin gue buat makan bareng di ruang makan. Makanannya udah disiapin sama ART-nya. Di meja makan udah ada mami papi sama Vena. Aries kemana? Kok gak ada?
"Aries mana, Pi? Mi?"
"Tadi dibangunin gak dijawab. Coba kamu yang bangunin. Mungkin dia lelah sekali." Aduh... apalagi gue yang bangunin! Kok bisa dia jawab aja enggak? Jangan bikin gue khawatir deh, Res!
KAMU SEDANG MEMBACA
Arteri dan Vena
RomanceKisah dua sejoli dengan latar belakang yang sangat bertolak belakang, akhirnya dipertemukan meski dalam kerumitan. "I bounded with you like arteries and venas. We have to work together for life." Arteri dan Vena bertugas untuk membawa darah, bukan r...