Di kamar mandi, gue telpon Arteri sambil nangis. Gak nangis banget sih, tapi sesenggukan aja. Untung langsung diangkat sama dia.
"ARTERIIIII!"
"HEY HEY HEYY! What's wronggg? Are you crying?"
"I NEED TO TALK WITH YOU SO MUCH! I WANT TO GO TO YOUR APARTMENT TONIGHT!"
"Okayyy. Calm down. What's wrong? Where are you? Can I take you?"
"Fikom. Not yet already. I haven't finished my osjur. It's about Hanif and I hateeeee him so much oh my Godness! There's no doubt anymore, Arteri! He is behind of this!"
"Oh my God! How do you know?"
"THAT'S WHY I WANT TO MEET YOU!"
"OKAYYY! Tell me when you have finished. I will on the way to Fikom."
"Do you have osjur tomorrow?"
"Yeah, but.... It's okay. I can acc--"
"No. I just want to spend the night with you and back to my home in the morning or when you go to Fikom."
"Okay, deal. Just tell me whatever happen. I will be waiting for ya."
"Okay. Thanks." I hang up the call, then leaned on the wall. Inhale, exhale, cried a little, calming myself down, then go back to the lab.
Kamar mandinya ada di ujung deket tangga, tiba-tiba pas gue keluar dari kamar mandi, gue liat Hanif tepat di depan tangga seakan menunggu gue keluar dari kamar mandi. Oh fuck!
"Menolak buat istirahat dan main sebentar di kosan, tapi minta nginep di apart cowok? Wow. Awesome." He clapped his hands to sarcasm. Gue gak peduliin dia dan tetep berjalan lanjut ke lab tv.
"Nama kamu gak akan baik, Ven." Dia ikutin gue sepanjang lorong menuju lab. TAKUT BANGET! Di sini sepi bangetttt pula! Ya Allah. Lindungilah akuuu!
"Vena!" TERIMA KASIH, YA ALLAH! PENYELAMAT BANGET TIBA-TIBA ADA TEH FILDZA! Langsung aja gue mendekap dia. Teh Fildza langsung ke arah Hanif.
"Hanif kamu gak berubah juga ya?"
"Loh? Emang dia yang salah kok."
"Gak ada pantes-pantesnya kamu kayak gini, Nif!"
"Dia juga gak pantes kayak gitu sama aku. Kamu juga gak pantes belain dia."
"Aku KP-nya. Aku tanggung jawab atas semua yang dia jalani selama rangkaian."
"Ini bukan rangkaian."
"Ternyata kamu kan yang buat dia selalu bermasalah di rangkaian?"
"Wooppss! Asal banget nuduhnya!"
"Kamu gak pernah jadi orang yang profesional, Nif. Selamat menunggu tahta kamu runtuh dengan tidak hormat." Teh Fildza menarik gue kembali ke lab TV. EH EH EH?! KENAPA TEH FILDZA BISA NGOMONG KAYAK GITU? I MEAN LIKE... dia serasa kenal banget sama Hanif sebelum ini! Nanti pulang rangkaian gue harus nanya-nanya ke dia sih.
Ketika gue balik ke lab tv, semua mata memandang berbeda ke gue. Kelompok 4 udah mau selesai. Ternyata yang jadi bintang tamu di kelompok 4 adalah Teh Jasmine sebagai ketua eval. Hmm, mampus. Gue kalo jadi hostnya lebih gak bisa berkata-kata. Mending gue ngobrol sama Kaprodi deh daripada sama Teh Jasmine. YANG JELAS ENGGAK SAMA HANIF!
Gue masih gak bisa tenang setelah acara selesai. Seperti biasa, ada evaluasi sebelum pulang. Gue deg-degan banget karena merasa hari ini gue banyak masalah.
"Saya apresiasi karena kalian telah sampai di penghujung SFR sesi pertelevisian dengan membuat acara televisi 1 segmen. Terima kasih bagi 4 kelompok yang telah menampilkan acara terbaiknya pada rangkaian SFR kali ini. Namun, sayang sekali ada satu kelompok yang gak becus membuat acara. Produser yang datang terlambat dan salah satu pembawa acara yang tidak profesional dalam menjalankan tugasnya. Saya akan memberikan tugas tambahan kepada kelompok yang tampil ketiga tadi untuk membuat VT dengan menampilkan 20 Vox Pop mahasiswa Fikom selain TVF untuk berbicara mengenai tema acara kalian pada malam ini. Dikumpulkan maksimal H-1 sebelum rangkaian selanjutnya yaitu tentang perfilman. Waktu yang diberikan adalah seminggu karena kita ada jeda seminggu ketika berganti sesi. Maka dari itu, 20 adalah jumlah minimal mengingat 1 kelompok ada 14 orang. Format video bebas, dikumpul ke email SFR. Bagi kelompok lain, kalian bebas tugas sampai rangkaian selanjutnya. Terima kasih." ANJIRRRRRR!!! SUMPAH DEMI APA?!! KOK GITU SIH?! INI PENILAIAN DARI MANA! GAK BISA GITU ANJIR! SUMPAHHH MAU NANGIS BANGETTT!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Arteri dan Vena
RomanceKisah dua sejoli dengan latar belakang yang sangat bertolak belakang, akhirnya dipertemukan meski dalam kerumitan. "I bounded with you like arteries and venas. We have to work together for life." Arteri dan Vena bertugas untuk membawa darah, bukan r...