Malam ini, gue nangis-nangis lagi semaleman. Gue gak ngerti apakah ini sebuah kebetulan atau takdir atau bahkan cobaan, tapi Arteri chat gue.
"Ven. Lagi sibuk gak? Gua mau cerita."
"Gue juga mau cerita, tapi lo dulu deh."
"Lu dulu aja."
"Gak mau, lo aja."
"Yaudah call ya. Video call."
"Dih? Haha. Ya udah."
Akhirnya gue video call sama dia sampe jam 2 pagi HAHA! Untung besok libur.
"Kenapa lo?"
"Eh? Lu kenapaa? Abis nangis?"
"Kan tadi gua bilang gue juga mau cerita, tapi lo duluan aja."
"Serius?"
"Iya, cepetan ah! Keburu gak mood gue."
"Oke oke. Jadi tuh... menurut gua si adek gua emang sekongkol sama bapak ibu gua. Masa pas gua gak mau cerita lagi sama dia, dia juga ada aja alesan buat gak ngasih gua duit jajan. Kayak serasa gua harus cerita. Gua udah mulai enggak percaya sama dia sejak pas gua ketemuan lagi sama lu. Masalahnya gua udah terlanjur cerita banyakk sama dia sebelumnya. Kalo emang beneran dia kayak gitu, gua bakal sakit hati banget sih sama dia. Udah sepercaya itu sama dia."
"Tapi kan gak cuma karena itu dia berhenti ngasih lo uang jajan. Bisa aja emang karena dia emang pengen lo cerita. Kalo gak kayak gitu, lo gak cerita."
"Enggak, Ven. Dia beda. Mungkin aja awalnya dia gak bermaksud, tapi akhir-akhirnya dia malah bersekutu sama ibu bapak gua. Ya apapun itu, gua gak pernah cerita jujur lagi sama dia. Gua selalu cerita bohong seakan gak ada yang menarik biar dia berhenti lakuin ini ke gua."
"Dan gimana kalo dia berhenti nanyain lo, tapi dia juga berhenti ngasih uang ke lo?"
"Gua harus cari duit sendiri sih. Pokoknya liburan gak mau pulang. Gua harus cari kerja selama libur semester."
"Ya udah, itu keputusan lo. Gue gak bisa maksa keputusan lo. Terus masalahnya kenapa? Kan lo masih cerita sama dia meskipun bohong dan dia juga tetep ngasih lo uang kan? Masalahnya kenapa? Lo gak mau jalanin itu lagi?"
"Selain gua gak mau lakuin itu lagi, tapi masalahnya adalah hari Sabtu dia mau ke Nangor."
"Bagus dooongg! Lo bisa face to face ngobrol langsung sama dia buat tau apa yang terjadi?"
"Pertama, gua gak percaya ibu bapak gua izinin dia ke Nangor sendirian. Kedua, gimana kalo bapak ibu gua ikut dia ke Nangor? Ketiga, gimana kalo gua dipaksa pulang?"
"Keempat, gimana kalo dia emang kangen dan pengen ketemu sama kakaknya?"
"Vena, stop gaslighting me! Gua paham lu mau gua berdamai dengan keluarga gua kayak pertama kali pas dia baru dateng. But believe me, it's not as simple as that. It's more more complicated!"
"Okay, so what do you need to do? What should I do?"
"Accompany me on Saturday. Kita sambut dia pas dateng ke Nangor. Lu mau ketemu dia juga kan? Let us see what will she responds."
"Permintaan lo bertolak belakang sama masalah yang mau gue ceritain."
"Gimana?" Siapin mental lo, Ven! Siapin mental lo yang udah terobrak-abrik itu!
"Gue mau jujur sama lo kalo waktu di Bandung itu gue chatting sama Aries. Bahkan setelah kita melakukan itu dan lo udah tidur duluan pun gue masih chatting sama dia. Kita deket lagi. Dia bilang ke gue kalo dia mau mencoba dari awal lagi dan dia gak peduli gue masih deket sama lo atau enggak. Dia mau tau sampe mana dia bisa bertahan. Gue juga bohong ke Aries kalo misalkan gue hari Sabtu itu cuma ke MCD Cibiru sama lo. Minggu siangnya dia ngajakin jalan, tapi gue bilang gak bisa dan ganti jadi malamnya. Abis dari Bandung sama lo, gue jalan sama Aries ke Plumeria. Seninnya kita ke Cisauk makan sambil ngerjain tugas bareng. Terus tadi gue nolak lo ajak balik bareng bukan karena mau ada presentasi, tapi karena gue mau jalan sama Aries. Nemenin dia dan temennya ngerjain tugas di SONO--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arteri dan Vena
RomanceKisah dua sejoli dengan latar belakang yang sangat bertolak belakang, akhirnya dipertemukan meski dalam kerumitan. "I bounded with you like arteries and venas. We have to work together for life." Arteri dan Vena bertugas untuk membawa darah, bukan r...