Gue nangis histeris di mobilnya Aries. Dia belum berani nanya ada apa, tapi gue mau lampiasin ini karena gak akan bisa gue pendam sendiri peristiwa traumatis ini.
"She was giving him a head while talking about my relationship. I don't care at all what is his reason to do this but he still wrong and I hate him the most. I won't forgive him for a long time. I'm really hurt and this is an unforgettable memory. I was hiding in the bathroom when they were getting out from the room. Then, I lied on his bed when he went back to the room. There was a great great fight and I decided to break up with him, but he didn't want it. I still want to break up eventho he didn't want it. I threw his access card and room key and also the razor blades that I took from him a while ago. He took the razor blades and cut his hands from his elbow to his wrist with my name 'Ravena'. There was so many blood and I left him on the floor but I told the security to take care of him." Aries sampe gak tau harus respon apa sama pernyataan gue.
"Aku anter kamu pulang sekarang ya." Dia parkir mundur mobilnya dan langsung tancap gas ke kosan gue.
Masih gak tenang banget di mobil. Gue telpon mami untuk ke Nangor besok. Gue mau ditemenin, gak mau sendirian menghadapi hal ini. Gue pun takut dan gak percaya sama diri gue sendiri setelah apa yang gue liat barusan. Gue gak bisa mengulang kesalahan yang sama dengan balik ke Jakarta dan meninggalkan kewajiban gue di sini. Jadi mami aja yang ke sini nemenin gue.
"Halo, Mi? Mi, besok bisa ke Nangor gak? Temenin aku mungkin untuk seminggu atau dua minggu ke depan." Suara gue masih serak dan sesenggukan.
"Eh? Kenapa kamu, Ven? Kok kayak lagi nangis?"
"Emang. Ceritanya panjang banget. Aku ceritain nanti. Soal Arteri. Aku putus sama Arteri." Kayaknya emang udah saatnya gue jujur sama mereka tentang apa yang pernah gue lakuin sama Arteri.
"Kok bisaaa?"
"Pokoknya ke sini dulu aja ya. I need you so much."
"Oke. Kamu hati-hati ya! Jangan sendirian! Sama siapa kamu sekarang? Lagi di mana?"
"Lagi di jalan pulang sama Aries."
"Aries tuh siapa ya? Pernah denger."
"Project officer osjur aku, Mi. Yang dulu pernah ke rumah."
"Oh iya inget. Kok bisa sama dia?"
"Abis shooting hari ini. Besok juga shooting. Besoknya lagi juga. Makanya aku minta mami papi aja yang ke sini biar aku gak ke Jakarta."
"Ya udah iya. Kamu tenangin diri kamu ya. Minta Aul atau siapa gitu yang temenin kamu malam ini. Jangan sendirian."
"Iyah."
"Besok pagi mami sama papi ke sana ya."
"Besok kuncinya minta Ibu Kos aja ya kalo aku masih shooting. Sampe malem soalnya."
"Ya udah iya gampang."
"Oke. Makasih, Mi. Love you."
"Love you too. Hati-hati, sayang."
"Iyah." Ahhhhh lega bangetttt rasaya abis telepon mami dan mereka bisa ke sini besok. Seenggaknya beban gue berkurang.
"Kalo kamu gak mau ikut shooting besok gak papa kok, Ven. Bisa aku bilang kamu izin mendadak acara keluarga atau sakit."
"Gak papa, Res. Aku bisa."
"Kamu kuat, Vena. Kamu boleh sedih dan sakit, tapi jangan berlarut-larut." Gue cuma menatap Aries yang fokus ke jalan raya. Ini ya yang ditakutin Arteri? Bisa-bisanya dia yang punya ketakutan campur tangan orang lain, tapi dia yang mencampuri orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arteri dan Vena
RomanceKisah dua sejoli dengan latar belakang yang sangat bertolak belakang, akhirnya dipertemukan meski dalam kerumitan. "I bounded with you like arteries and venas. We have to work together for life." Arteri dan Vena bertugas untuk membawa darah, bukan r...