Screening

9 2 0
                                    

Teh Venisa nanyain kenapa gue balik duluan, tapi gue lagi gak mood cerita soal Aries. Jadi gue cuma bilang ada urusan mendadak sama mami papi. Kita bertiga pergi ke Bandung sekalian makan siang. Gue cerita ke mereka kalo tadi gue confess ke Aries dan dia juga confess, tapi dia gak gentle dan malah menghindari masalah. Gue gak cerita soal shooting tadi itu karena gak mau mereka kecewa lagi setelah baru sehari gue janji gak akan ngulangin itu lagi.

Hari ini terakhir mereka di Nangor. Sebenernya masih pengen mereka di sini atau seenggaknya mami aja yang di sini, tapi gue gak boleh egois juga kalo mereka punya banyak kerjaan di Jakarta. Toh, gue udah baik-baik aja, ya seenggaknya bisa mengontrol diri gue sendiri. Jadi sore ini mereka pamit deh buat balik ke Jakarta. Sendiri lagi gue huhu.

Malamnya, Melta chat gue untuk minta voice note scene 6 tadi.

"Malam, Vena. Punten, aku mau minta voice note kamu yang scene 6 itu buat ngisu suara shot pintu kamar. Boleh kirim sekarang gak yah? Biar aku lebih cepet editnya hehe. Nuhun sebelumnya, Ven."

IHH! Kenapa jadi gue coba! Gak mau!

"Malam, Mel. Itu bukannya VN Marsha ya? Aku kan cuma stunt man dadakan haha."

"Nah iya. Kata Laila Marshanya gak sempet karena jagain papanya di rumah sakit sendiri."

"Duh... minta yang lain bisa gak?"

"Siapa lagi ya, Ven? Mereka pasti pada gak mau semua. Soalnya di videonya sendiri kan ada sedikit desahannya, jadi kalo suaranya beda kan aneh."

"Pake yang udah ada di video aja gak bisa?"

"Nah, justru ada yang di-dubbing di video. Suaranya kecil, terus tadi aku denger juga Kang Aries nyebutnya nama kamu, bukan Tiara. Makanya barusan aku juga minta lagi sama Kang Aries." DAMMNNN! When he said he enjoyed it, he literally did.

"Oowwww. Ya udah, nanti maleman ya. Tapi bilang sama yang lain termasuk Chandra apalagi Kang Aries kalo ini bukan suara aku ya. Bilang aja ini temen kosan kamu atau siapalah itu."

"Siap! Nuhun, Ven!"

Halahhh. Terpaksa deh buat VN ini. What should I do to make that sound? Thinking about Arteri? Or thinking about Aries? Why not both? Arteries. Haha. Such a whore, Vena. You're really disgusting.

But that was totally successful to record that sound. Holy fuck! What I was thinking about huh?! I don't care. Yang penting VN-nya jadi dan gue udah terlepas dari semua beban ini. Belum sih. Belum screening. Gue takut rasanya gak mau dateng. Meskipun Aries sendiri bilangnya itu dapur kita dan gak boleh diceritain kemana-mana, who knows kan dari 17 orang bakal ada 1 atau 2 orang yang ember bocor.

Gue gak ada rangkaian osjur lagi sebelum screening. Jadi hari Senin dan Selasa cuma fokus ke editing dan revisian yang dikebut deadline banget. Gue gak mau liat adegan gue sendiri meskipun gak ditunjukin muka. Jadi setiap gue play itu film draft, pas udah mau masuk-masuk scene 6 langsung gue skip. Gak mau liat. Syukurlah gak ada ketemuan secara offline lagi sampe hari H pengumpulan karena Melta editnya di komputer dia bukan di laptop. Gue gak mau ketemu Aries dulu. Banyak ya yang gue hindarin di Fikom. Ada Aries, Arteri, Angel, Hanif juga hhh. Kalo ada satu waktu di mana gue ketemu mereka berempat dalam waktu yang sama, gue pulang ke Jakarta seminggu gak balik-balik ke Nangor.

Semua masih aman terkendali sampe pas hari H screening, yaitu di hari Junat siang. Aries sadar diri juga dia gak pernah chat apalagi ajak ketemuan. Pas kumpul sebelum screening pun dia menjauh dari gue. Kita gak jadi screening di Aula Moestopo karena pas buka pendaftaraan screening untuk umum, banyak yang isi. Jadi kita screening di Auditorium Pasca Sarjana Fikom Unpad. Malu banget sih gue kalo emang sebanyak itu yang nonton.

Arteri dan VenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang