Ketika gue membuka mata, di ruangan udah gak ada orang sama sekali dengan pintu yang tertutup. FUCKKKKKK PEOPLE! KENAPA BISA-BISANYA MEREKA MENYERET GUE KE SITUASI YANG KAYAK GINI LAGI! DAN KENAPA BISA-BISANYA GUE SEMPET MENIKMATI ITU LAGI!
"Ven?" Teh Venisa masuk dan menutup pintu kamarnya lagi. Dia berjalan menuju gue ke atas kasur dan buat gue mau nangis lagi. Dia peluk gue dan membuat gue sedikit tenang.
"Kamu diapain emangnya?"
"Gak diapa-apain sih, tapi aku takut aja, Teh. Aku maluuuu!"
"Gak papa, Vena. Kita semua tau kok itu akting. Itukan Tiara, bukan Vena."
"Itu Vena dan Aries, bukan Devan dan Tiara. Aku bisa kayak gitu karena aku menganggap diri aku adalah Vena dan depan aku Aries. Aku gak akting.... That's why I feel embarrassed." Teh Venisa kayaknya agak syok yang dengerin ini.
"Aku gak liat kamu tadi, tapi dari respon dan cerita singkat Chandra dan Jordi, kalian hebat dan natural banget. Kukasih tau kamu sesuatu ya."
"Apatuh, Teh?"
"Menurutku, itu juga natural Aries. Aku inget waktu sama Marsha dia itu gak bisa natural dan keliatan risih banget. Itu karena dia gak ada feel atau bonding sama Marsha meskipun Marsha cantik banget dan mungkin sebagian laki-laki langsung attracted sama dia. Aries bukan tipe yang kayak gitu. Dia gak pernah cerita sama aku, tapi dari gerak-geriknya, aku rasa dia suka sama kamu." Beberapa orang udah menyadari hal ini, termasuk diri gue sendiri. Tapi tetep aja info ini gak valid sampe Ariesnya sendiri yang confess.
"Dia tau serumit apa masalah aku sama Arteri, dia gak akan mengambil langkah untuk masuk ke sana."
"Kamu bisa yakinin dia kalo emang kamu suka sama dia dan kalian bisa bersama."
"Enggak, Teh. Meskipun aku suka sama Aries, aku masih sayang banget sama Arteri. Kita putus secara gak baik-baik, tapi aku yakin suatu saat kita bakal balik lagi meskipun enggak sebagai pacar. Aku gak mau nyakitin orang sampe bener-bener aku memutuskan semua ikatan perasaan sama Arteri."
"Terserah kamu aja, Vena. Aku cuma bisa dukung aja. Aku juga gak terlalu deket sama Aries sih. Baru deket karena seprojek aja. Makanya gak tau banyak tentang dia."
"Iya, Teh. Makasih banyak ya udah dengerin aku. Jadi lebih tenang sekarang."
"Sami-sami, Vena. Mau ke depan kumpul sama yang lain?" Aduhh, gue takut banget! Mereka pasti bakal bahas tentang adegan yang di kamar tadi!
"Boleh, Teh." Tapi ngapain juga gue di kamar terus.
Teh Venisa rangkul gue sambil keluar kamar. Mereka semua yang lagi kumpul di ruang tamu langsung nengok ke arah gue semua.
"EYYY! Ini dia bintang kita! Sini, Ven, urang mau kasih tau sesuatu!" Chandra nyamperin gue sambil membawa sesuatu di belakang tangannya.
"Apa?"
"IT'S A WRAPPP!! YEAAYYYY!!!" Chandra puter party popper dan ledakannya mengeluarkan banyak potongan kertas warna-warni.
"YEEAAAYYYY!!!" Semua bersorak hebohhh sambil loncat-loncat di bawah potongan kertas yang terbang. Awwwww gue jadi ikutan bahagia liat mereka sebahagia itu.
"Selamaat bekerjaa Melta sebagai editorr!"
"Semangatt, Meltaaa!"
"Thank you bangettt semuanya! Terutama Kang Aries dan Vena! Thank you bangett! Vena juga nuhun pisan, Venn udah mau gantiin talent. Penyelamat bangettt!"
"I-iyaa... sama-sama."
"Yeayy makan-makannn!"
"Eits, tardulu atuh. Voice over-nya kurang, nanti kelupaan," potong Melta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arteri dan Vena
RomanceKisah dua sejoli dengan latar belakang yang sangat bertolak belakang, akhirnya dipertemukan meski dalam kerumitan. "I bounded with you like arteries and venas. We have to work together for life." Arteri dan Vena bertugas untuk membawa darah, bukan r...