Going Crazy⚠️

10 2 0
                                    

⚠️Trigger content: self-harm

Gue merasakan panik yang teramat sangat secara tiba-tiba. Mual, keringet dingin, jantung berdegup kencang, gemetar seluruh badan, dan seketika teringat akan kematian. Rasanya gue bener-bener mau mati. Apakah ini yang dirasakan Arteri setiap kali dia merasa panic attack? And what should I do!

Gue berputar-putar sendiri di kamar, belum menjawab pesan dari siapapun. Gue nangis, menekan-nekan kepala gue sendiri, mau teriak tapi gak bisa. Bener-bener seancur itu sekarang! Gue mencoba meraih gelas yang ada di atas laci buat gue minum dengan tangan yang masih gemetar hebat. Sayangnya pas gue ambil, gelasnya jatuh ke lantai dan pecah. Pecahnya bukan yang sampe berantakan atau berkeping-keping gitu. Cuma pecah di satu bagian dan membuat satu kepingan tajam. Pikiran gue bener-bener langsung ke-trigger. Tangan gue semakin gemetar pas ambil satu kepingan itu. Gue liatinnnn terus satu kepingan itu sambil nangis. Kalo gue udah membuat mereka semua sedih akan perilaku gue, kenapa gak sekalian gue membuat mereka sedih karena kehilangan gue...?

Pikiran gue tertuju pada memori ketika Arteri melakukan ini tepat di depan mata gue. Rasanya badan ini punya kendali untuk melakukan dan mengikuti memori yang sama yang terekam di otak gue. Nama "ARTERI" dengan huruf belakang I pas banget membuat garis horizontal di atas urat nadi. Sama kayak huruf A di pergelangan tangan Arteri.

Dengan tangan yang sangat gemetar, air mata yang terus mengalir sampai jatuh ke tangan, dan juga pikiran yang udah gak bisa lagi berpikir jernih, gue memulai mengukir huruf-huruf ini. Dimulai dari huruf A di balik siku.

"AHHHH!" Ini bener-bener sakittttt! Tapi gak ada apa-apanya sama apa yang gue rasa di dalam jiwa.

Meskipun sakit, tapi gue tetep lanjutin ini dengan huruf R. Sekarang baru ada 2 huruf, tapi darahnya udah sampe netes-netes ke lantai. Ketika mau lanjutin huruf T, tiba-tiba ada telepon masuk dari Aries. Awalnya gue cuekin, tapi dia telpon lagi. Dia terus telpon sampe 3x sampe terakhir sampe terakhir ada pop up notifikasi dari Aries.

"Aku khawatir sama kamu." Dan... notif ini berhasil bikin gue teralihkan. Gue lepas pecahan kaca itu dan langsung ambil hp gue yang ada di atas kasur.

Gilaaaaa bangettt gue buka notif itu dengan tangan yang masih berdarah-darah sampe kena ke kasur dan layar hpnya. Gara-gara layarnya ketetesan darah, layarnya jadi kepencet dan kacau sendiri. Gue elap pake baju yang lagi gue pake, tapi malah kepencet call Aries. Gak sampe 5 detik langsung diangkat!

"Halo, Vena? Kenapa? Kamu di mana? Kok gak angkat telepon?" BINGUNG BANGET HARUS JAWAB APA!! SUARA GUE LAGI GAK BISA BUAT DIAJAK NGOMONG!

"Eh, maaf aku... tadi... abis mandi...."

"Jam segini baru mandi? Emang dari mana?"

"Euhm... diajak Aul main tadi."

"Kemana?"

"Ke... deket... Cibiru pokoknya. Aku lupa."

"Suara kamu kenapa serak gitu? Kamu abis nangis?"

"Hah? Enggak."

"Ven, kenapa? Aku ke kosan kamu ya?" DENGAN DARAH YANG BERCECERAN KAYAK GINI?! LO MAU PINGSAN SYOK LIAT KONDISI GUE KAYAK GINI?!

"NO!"

"EH? Kalem atuh, Ven. Kamu kenapaaaa???"

"JANGAN PANIK. PLIS. JANGAN PANIK!"

"Iya kamu bikin aku panik...."

"I'm okay. Just a little bit dizzy. I'm okay, but don't go here now. If you go here, I won't be okay."

Arteri dan VenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang