Sedangkan disisi lain. Alvino Mahendra baru saja memenangkan balapan nya, ia menatap heran kemana perginya ketiga sahabat lainnnya.
Karena sedari tadi yang menonton nya hanya Laskar, sedangkan Naro, Bayu dan Rivalzi tiba-tiba menghilang.
Namun cowok itu hanya mengangkat bahunya acuh, tidak terlalu memikirkan.
Sekarang Vino sedang berjalan beriringan dengan Laskar menuju tempat tongkrongan nya.
Namun tiba-tiba Vino berhenti ketika melihat seorang perempuan yang duduk diantara sahabatnya.
Vino menghela napas sejenak sebelum kemudian berjalan kembali. Sesampainya disana Vino mendapatkan pelukan hangat dari sahabat nya sembari kata selamat yang terucap.
Namun Vino merasa aneh, Quen sama sekali tidak melirik nya bahkan dia tetap fokus pada film yang ditonton walaupun Rivalzi bangkit dari duduk nya.
"Sorry sorry ni ye, gue tadi haus makanya duduk nyantuy disini eh malah kebablasan jadi gak nonton lu deh," tutur Bayu sembari memakan keripik kentang nya.
"Halah bacot lo anjir," balas Naro sembari memutar bola mata malas.
"Kenapa dibawa kesini?" tanya Laskar kepada Naro mewakili pertanyaan Vino.
"Napa pada nanya gue sih? Denger niyah yang bawa kesini tuh noh si Al," jawab Naro berdecak kesal sembari menunjuk Rivalzi.
Mereka pikir Zanaro yang membawa, namun tidak menyangka mereka berdua sudah berbaikan.
Mereka semua kembali duduk, dan melanjutkan aktivitas masing-masing.
Tiba-tiba dering ponsel berbunyi, semua mata langsung mengarah pada Quen yang berdecak sebal karena film nya terganggu oleh panggilan masuk.
"Abang, kak Kenneth menelepon," ujarku sembari memberikan handphone tersebut.
Tanpa basa-basi Rivalzi langsung menjawab panggilan sang kakak tertuanya.
"Ya?" tanya singkat Al.
"Pulang, ini sudah larut besok Quen sekolah," ujar Kenneth dari seberang sana.
"Hm," dehem singkat Al kemudian sambungan diputus oleh sang kakak.
"Ayo pulang," ajak Rivalzi pada Quensha.
Quen hanya mengangguk, moodnya hancur karena filmnya terganggu tadi.
"See you Quen, mimpi indah ya nanti," ujar Zanaro sembari mencium pipi sang adik.
"Sampai jumpa Quen, bahasa Indonesia udah bagus kok hehe," ucap Bayu tersenyum lebar sembari mengangkat tangan untuk menyentuh rambut Quen.
Namun belum sampai sudah ditepis keras oleh Rivalzi.
"Ga usah sentuh," sarkas dingin Al menatap tajam Bayu.
"Posesif bener sih bwang, dulu aja cuek," ledek Bayu kemudian berjalan mundur karena takut dibogem Rivalzi.
"Eum Quen pulang dahulu, sampai jumpa kembali," balas Quen tersenyum tipis kemudian berjalan menuju parkir mobil nya.
"Gue cabut," ucap singkatan Al kemudian menyusul adiknya.
Quen berjalan sembari memeriksa plastik cemilan nya untuk mencari coklat. Ketika ingin membuka pintu mobil, ia kembali dicegah karena Rivalzi yang membukanya.
Sepanjang perjalanan pulang hanya ada keheningan yang tercipta. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing sampai akhirnya mobil sudah berada di garasi.
"Biar abang buka," celetuk singkat Rivalzi kemudian turun dan membuka pintu mobil Quen.
"Abang terlalu keras kepala, aku sudah bilang biarkan aku yang membukanya," ujarku menghela napas menghadapi tingkah bang Al.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zee Antagonist [END]
Fantasy⚠️WARNING! TYPO BERTEBARAN.⚠️ Proses revisi sedang berjalan.‼️ Perjalanan Zee di tubuh Ensha. Manipulator selalu akan merangkap menjadi korban yang tidak mengetahui apapun. Mengelabuhi seperti pada koruptor yang haus dan naif. Cerita ini menggambark...