[29. Calm ] 🫂

42.8K 3.4K 329
                                    

"Gue bawain buku-buku favorit Lo," Dania mengeluarkan semua buku baru dari tote bag hitam nya.

Quen meringis tak enak pada Dania,
"Tapi Dania, ini semua terlalu banyak untukku."

"Diem, gue rela singgah cuman buat beli oleh-oleh lo. Jadi terima aja," timpal Dania malas.

Di Minggu pagi, Dania sudah lebih dulu mengambil start di atas kasur nya hanya untuk memberikan oleh-oleh.

Dania bersama papa nya berlibur ke Bandung untuk refreshing sejenak. Setelah perceraian papa dengan mamanya Elenta, Dania merasa lebih lega.

"Papa kamu di bawah?" Tanya Quen menatap Dania yang masih sibuk sendiri.

"Iyah lagi ngobrol ama bapak lo."

"Serius? Kamu membelikan oleh-oleh sebanyak ini untukku?" Tanya Quen menatap tak percaya melihat nya.

Terhitung ada 15 buku baru. Hampir seluruh harga buku Gramedia terbilang cukup mahal.

"Apa, lo nggak suka?" Sinis Dania menatap Quen malas.

Mereka orang kaya, kenapa harus se-kaget itu untuk hal seperti ini.

"Aku sangat menyukai nya, hampir semua buku yang kamu belikan favorit untuk diriku," timpal Quen tersenyum lebar sembari bergabung dengan Dania.

"Sebenarnya gue nyari clue sama Al, biar tau pasti kesukaan lo. Takut salah soalnya," Sahut Dania santai.

Ada sepuluh buku motivasi dengan judul yang berbeda, serta lima novel yang lagi hangat diperbincangkan.

"Lo masih marahan sama mommy? Pasti mak gue ngomong yang nggak-nggak ini," gerutu Dania malas mengingat kelakuan licik ibunya.

"Kamu masih berhubungan dengan Alena? Aku dengar dari bang Al kamu nge-cut off dia, kenapa?" Tanya Quen mengalihkan pembicaraan.

"Soalnya Al bilang dia nggak baik buat gue, yaudah turutin aja filing nya nggak pernah meleset," sahut Dania sembari merebahkan tubuhnya.

"Istirahat saja, kamu pasti belum sempat istirahat langsung kesini. Seharusnya pulang dahulu, kan bisa nanti siang."

"Terserah gue lah, nanti kalau Al sama papa nanya bilang anaknya tidur," Dania mulai mengambil posisi senyaman mungkin dengan guling di pelukannya.

Tidak ada yang berubah, mulutnya akan selalu berkata jujur dan pedas.

Dania memang sebucin itu dengan Rivalzi, kisah cinta yang terpendam. Sedari kecil sudah bersama, mustahil tidak mempunyai rasa antara mereka.

Quen terkekeh gemas dibuat nya.

Membereskan kekacauan yang dihamparkan diatas kasur nya, kemudian menyusun buku-buku tersebut ke rak mini.

"Loh Dania udah tidur?" Celetuk mommy Elina sembari berjalan ke tempat putrinya.

"Dania ngasih oleh-oleh itu buat kamu?" Mommy mulai membuka pembicaraan.

"Iya," timpal Quen masih sibuk dengan tatanan bukunya.

"Mommy mau belajar bikin dessert waktu itu, ajarin mommy mau?" Tawar Elina menatap dalam putrinya.

Quen menghela napas perlahan. Menoleh menatap manik mata sang ibu,
"Mommy mau kapan?" Timpal Quen dengan senyum lembut nya.

Melihat respon putrinya yang positif, Elina mulai antusias untuk memanfaatkan kesempatan.

"Sekarang aja. Kamu juga ga ngapa-ngapain hari ini kan," balas Elina sembari menarik lembut lengan sang anak.

"Pelan-pelan mommy," ucap Quen memberi peringatan karena respon ibunya yang terlalu antusias.

Quen sudah terbiasa dengan kasih sayang mommy nya. Tidak sanggup jika terus menjunjung tinggi ego masing-masing.

Zee Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang