[33. Perdebatan] 😤

36.3K 2.7K 258
                                    

"Itu punya gue njeng, ngapain Lo yang majuin," decak kesal Lyara menatap jengkel Jayden.

"Nggak sengaja, sensi banget!"

"Apaan kaga sengaja, Lo yang jalanin dengan kesadaran penuh," geram Lyara mulai menunjukkan taring nya.

"Arghhh njer sakit bangsat, rambut gue rontok jadinya," ringis Jayden ngilu.

Rambutnya ditarik dengan kuat oleh tangan biadap tak berperikemanusiaan Lyara, membuat Jayden meringis kesakitan.

Quen kembali menghela napas yang kesekian dalam hari ini.

Karena guru sedang rapat, membuat mereka jamkos. Evan dan Ayla yang kelasnya tidak terlalu jauh memutuskan untuk menghampiri Quen.

Mereka memutuskan memainkan permainan Ludo berempat, Ayla menolak karena tidak berminat memainkan nya.

Anteng sendiri dengan jajanan di atas meja, sesekali terusik ketika Jayden meminta Snack nya.

Namun sangking antusias nya Jayden sering tertukar antara warna biru dan kuning karena mereka berdekatan.

"Sebentar, aku ke WC terlebih dahulu."

Perlahan, Quen mulai menyusuri setiap lantai koridor yang mengarahkan menuju WC wanita.

Sampai di WC, Quen langsung menuntaskan tujuan nya.

Koridor sekolah tampak ramai karena murid yang berkeliaran, bermain bersama menikmati masa putih abu-abu.

"Dania, aku mohon buat jenguk Tante! Ibu kamu lagi sakit, dia butuh kamu Dania," desak Alena menggenggam tangan Dania erat.

Memastikan lawan argumen bahwa apa yang dilontarkan adalah hal meyakinkan.

"Udah gue bilang, sekali nggak ya nggak. Jadi jangan maksa, Lo nggak berhak ngatur hidup gue!" Balas sarkas Dania mengintimidasi sepupunya.

"Tapi Dania, tante benar-benar butuh____" ucapan Alena terpotong karena celetukan Bayu.

"Udah lah Alena, biarin aja kan Lo tau sendiri hubungan Dania sama ibunya."

Naro mengangguk setuju, seorang anak jika sudah membenci orang tua nya. Apapun yang dunia ucapkan, tidak akan berdampak lagi untuk dirinya.

"Tante Rienta cuman butuh support dari anaknya," lirih Alena membuat murid disekitar mereka mulai berasumsi.

"Dania juga korban," timpal Vino singkat dengan wajah tak berminat nya.

Quen menatap malas.

Ayolah, perbincangan keluarga jangan dilakukan di tengah keramaian.

Menghambat jalan, Quen menyesal mengambil jalan pintas tersebut.

Sebenarnya Quen hanya ingin melewati koridor penghubung gedung kelas 11 dengan perpustakaan utama, namun malah terhadang dengan masalah keluarga antara Alena dan Dania.

Jangan lupakan anggota inti geng Avarelic, yang terdiri dari lima manusia.

"Maaf, bisakah kalian sedikit memberi jalan? Sungguh kalian menghambat jalan murid-murid lain yang ingin melewati koridor ini," ucap Quen dengan tenang sembari memberikan tatapan tajam kepada mereka.

Dania tersentak kaget dengan tatapan tersebut, dengan panik dia menyingkir diikuti oleh kelima inti Avarelic.

Alena menatap dalam, kemudian berucap,
"Maaf Quen, aku hanya membujuk Dania untuk menjenguk ibunya."

Quen menatap bingung, padahal dirinya hanya memberitahu agar mereka tidak menghalangi jalan.

Bukan mendengarkan alasan mereka bertengkar di tengah jalan. Menghela napas sejenak kemudian tersenyum tipis sebagai sebuah formalitas.

Zee Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang