[42. Target] 🤫

32.1K 2.4K 40
                                    

Views 1rb, vote 500, comment 600 baru tak up😤🫶

Ig : Zee_antagonist
_____________

Quen memperhatikan gerak-gerik lingkungan sekitar, aktivitas manusia masih ramai di bawah sana. Walaupun jam sudah menunjukkan pukul 10 malam lewat, tidak menyurutkan keadaan menjadi hening.

Ia sudah memposisikan tubuhnya menjadi tengkurap, dengan posisi tapat di samping senapan nya.

Quen tidak memiliki riwayat mata rabun, jadi masih memudahkan dia untuk memantau aktivitas manusia dari jarak jauh.

Menempelkan pipinya pada senapan, meluruskan pandangan pada bidik senapan.

Menghela napas pelan.

Dia mulai memperhatikan, satu rumah bertingkat 2 berwarna biru di sana. Berjarak sekiranya 450 meter dari gedung tempat Quen berpijak saat ini.

Sasaran nya saat ini adalah pintu balkon kamar dari rumah tersebut yang terbuat dari kaca.

Kamar yang menjadi sasaran Quen adalah milik Alena, yang dimana Quen sedang memantau aktivitas di dalam sana.

Cukup semar karena pintu balkon ditutupi tirai putih tipis.

Namun Quen paham, situasi di dalam sana hanya ada Alena seorang. Target sedang fokus belajar, mungkin karena tuntutan orang tua nya.

Perlahan Quen memicingkan satu matanya, memfokuskan pandangan nya pada satu titik dari lebarnya pintu kaca tersebut.

Suasana dari tempat Quen hening, hanya ada debaran jantung Quen yang berpacu cepat.

Quen mulai menghitung di dalam hati.

Satu,

Dua,

Tiga,

Empat.

Ctakk

Bunyi nyaring dari pelepasan peluru memekakkan telinga, peluru tersebut melesat sempurna mengenai titik yang ia tuju.

Pyarr

Bunyi pecahan dari bingkai foto dalam kamar Alena terdengar nyaring. Atensi Alena langsung teralihkan, memejamkan mata dengan kedua tangan menutup telinga.

Suara nyaring tersebut, membuat tubuhnya bergetar hebat.

Alena sangat sensitif mengenai bunyi pecahan kaca, trauma masa kecil jelas membekas pada ingatan nya. Perlahan mendekati bingkai foto tersebut, Alena menutup bibirnya dengan telapak tangan.

Foto yang berisikan kenangan dia dengan Dania ketika kecil, betapa bahagianya saat itu.

Peluru tersebut persis tertancap pada foto itu, memecahkan kaca yang membungkus rapi kenangan di dalam nya.

Tidak ada kepalsuan dari senyum kedua bocah tersebut. Hanya ada senyum riang yang tulus.

Berbalik badan, menatap pintu kaca dari balkon. Tercetak jelas bekas peluru yang berhasil membuat pintu kaca itu berlubang.

Alena kembali berjongkok, menangis lirih menyisakan ruangan yang pilu. Trauma suara pecahan masih terdengar nyaring di telinga nya.

Menghadapi trauma,

Sendirian.

Dari seberang sana, Quen bernapas lega. Tersenyum tipis ternyata keahlian nya tidak berkurang, walaupun ketika ingin melepaskan peluru debaran jantungnya menggila.

Perlahan merayap mundur, dan ketika sudah sampai di dalam kamar baru bangkit perlahan.

Karena takutnya, jika ia terburu-buru bangkit saat di balkon bisa saja ada orang yang memperhatikan dirinya.

Zee Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang