[31. Doll again ] 💙

41K 3K 442
                                    

"Daddy, harusnya tikus jangan dibiarin sendiri kan jadinya dia murung," judes Chester membuang pandangan nya.

Ngambek,

Albert menatap frustasi putra keduanya itu, padahal ikan itu hanya sedang sakit bukan putus asa.

Beberapa hari terakhir tikus memang seringkali bertindak berbeda, akhirnya setelah konsultasi dengan dokter hewan.

Tikus dinyatakan sedang mengalami stress sehingga berdampak pada kesehatan nya.

Dokter juga sudah memberikan nutrisi serta vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh ikan tersebut, sehingga kondisinya akan membaik setelah beberapa hari pemakaian obat.

"Daddy udah konsultasi ke dokter, bentar lagi juga sembuh."

"Dih, nggak daddy suka bulshit kalo ngomong," sinis Chester masih enggan untuk menatap wajah ayah nya.

Kan biasanya cowok penuh tipu muslihat.

"Terus mau nya apa?" Ucap pasrah Albert menawarkan.

"Daddy nggak peka," timpal Chester sarkas.

Sedangkan Quen hanya diam menonton drama yang dibuat oleh abang nya tersebut.

Minggu pagi yang cukup mendung ini, Chester memulai perdebatan dengan pembahasan mengenai tikus.

"Quen kemarin beli boneka dimana?" Tanya daddy dengan terpaksa.

"Toko buku daddy, kenapa bertanya?" Timpal Quen menatap heran.

"Chester juga pengen katanya," balas Albert tersenyum masam.

Semalem setelah Quen mempamerkan boneka pemberian Rioz. Putra keduanya menerobos kamar tengah malam dan merengek meminta boneka seperti milik Quen.

Albert yang sudah mengantuk mengiyakan dengan cepat, ternyata perdebatan yang dibuat oleh Chester bertujuan untuk permintaan tersebut.

Elina bahkan sudah terkekeh geli melihat tingkah laku random putra keduanya.

Padahal anak bungsu mereka adalah Quen.

"Cih bocah," hina Rivalzi menatap malas.

"Ishh mommy liat Al durhaka," adu Chester merengek kembali dengan ibunya.

"Al, udah biarin aja mommy pusing liatnya."

"Semalem abang berkata mampu untuk membelinya, lalu kenapa malah merengek minta ke daddy?" Tanya Quen membuat Rivalzi tertawa ringan untuk mengejek abang nya tersebut.

Chester menatap kesal Quen, memberikan tatapan tidak setuju terhadap pertanyaan tersebut, "kenapa? Daddy nggak marah tuh sewot aja," ujar kesal nya.

"Tidak ada, merasa lucu saja melihat tindakan abang."

"Udah gede kek balita," Celetuk Rivalzi membuat mereka tertawa bersama.

Sedangkan Chester mulai berwajah murung.

Albert hanya diam, kemudian menghela napas untuk menghibur putra manja nya,
"Nanti daddy beliin, udah jangan murung lagi."

Kenneth menatap tenang, hal seperti ini sudah sangat biasa. Chester dengan kepribadian random, menjadi penenang diantara perpecahan.

Chester sedang mengobati inner child nya.

Dan semua dipenuhi oleh sang daddy.

¯\_༼ ಥ ‿ ಥ ༽_/¯

"Warna birunya ga ada dek?" Tanya Elina mengecek kondisi boneka tersebut.

"Warna birunya lagi kosong kak, hanya warna itu yang tersisa."

Zee Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang