[34. Mengapa? ] 🥹

34.3K 2.9K 245
                                    

Views 1rb, vote 600, comment 400 baru tak up😤🫴
__________

Tubuh Quen rasanya sangat lelah, setelah bel pulang berbunyi ia langsung menuju kelas bahasa untuk mengikuti ekstrakurikuler jurnalistik.

Pembelajaran kali ini mengenai bagaimana cara orang dahulu dalam membuat majalah. Tugas yang diberikan oleh pembimbing yaitu pembuatan iklan pada majalah.

Selama hampir 2 jam Quen berkutat pada komputer nya membuat iklan yang sempurna untuk sebuah produk agar menarik simpati khalayak ramai.

Setelah diizinkan untuk pulang, ia berjalan keluar menyusuri trotoar. Akhirnya bisa bernapas lega.

Sebenarnya Quen sedikit kesulitan dalam memilih konsep pembuatan iklan tersebut, sehingga membuat dia sedikit terlambat menyelesaikan tugas dari pada teman-teman yang lain.

Duduk sendirian pada halte bus yang sepi, ditemani dengan belaian angin yang cukup bervolume menyengat kulitnya.

Cuaca mendung menambah kesan mendukung untuk suhu yang perlahan mulai dingin.

Sore ini tampak berbeda.

"Kak? Lagi dimana?" Tanya Quen dari telepon yang digenggamnya.

"Loby perusahaan, kenapa?" tanya balik Kenneth dari seberang sana.

"Bisa jemput aku di halte bus sekolah?" Quen meminta tolong dengan penuh harapan.

"Loh kenapa baru pulang? Bentar kakak kesanah, jangan dimatiin!" Timpal Kenneth sembari tanpa mematikan sambungan telepon nya.

Quen menunggu dengan sabar. Mengayunkan kakinya ke depan dan belakang.

Menikmati angin yang sedang asik berlari kesana kemari menciptakan riuhnya suara dedaunan tua.

Quen berharap, ia bisa menikmati berbagai momen baik dengan keluarga, sahabat maupun kekasih nya dalam kurun waktu yang lama.

Seperti harapan semua orang. Quen juga ingin bahagia.

"Heiii kenapa bengong? Dari tadi kakak panggil," ujar Kenneth tepat di hadapan Quen.

Karena tindakan Kenneth, Quen jadi tersentak kecil.

"Maaf kak, aku terlanjur ngelamun."

Kenneth memberi tatapan datar nya. Setelah itu menghela napas pelan,
"Jangan ulangi, ini mau magrib nggak baik ngelamun."

"Iya kak, ayo pulang aku udah lapar soalnya," timpal Quen sembari tersenyum lebar sampai memperlihatkan giginya.

Akhirnya Kenneth membuka pintu untuk adik kecilnya, kemudian melanjutkan perjalanan pulang yang sempat tertunda.

"Kenapa baru pulang? Udah larut loh ini," tanya Kenneth penasaran dengan jadwal apa yang di lalui sang adik.

"Tadi ada ekstrakulikuler jurnalistik, aku sedikit terlambat dalam menyelesaikan tugas makanya lama pulang," jelas Quen membuat Kenneth mengangguk paham.

"Lain kali kabarin orang rumah biar nggak terlalu khawatir. Takutnya nanti ada apa-apa bikin cemas," nasehat Kenneth memberi pemahaman kepada Quen.

Quen hanya mengiyakan saja, toh ini juga kebaikan dia. Tidak ada manfaatnya jika membantah.

"Ayo turun," ajak Kenneth ketika melihat adiknya mulai melamun lagi.

Quen perlahan turun, ia berjalan terlebih dahulu. Karena Kenneth masih mengambil beberapa barang yang di titipkan daddy nya pada jok belakang.

Ketika membuka pintu, ternyata sang mommy sudah menunggu sedari tadi.
Dengan semangat Quen mendekati sang mommy untuk dipeluk.

Plakk

Zee Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang