Matanya menyisir setiap sudut ruangan mencari sesosok yang ia cari. Menurut kabar yang dia dapat dari Jeno, Jaemin sedang berada di apartemen mereka seorang diri setelah mengunjungi rumah orang tuanya. Sedangkan Jeno sendiri sedang menghabiskan sisa akhir pekannya bersama sang kekasih.
"Nana sudah ya mainnya.." Ucap Haechan dengan lembut
Jaemin yang mendengar suara didekatnya sedikit terkejut dan sedikir menaikkan kepala yang ia tumpu dengan kedua tangan dan kakinya. Dengan posisi berjongkoknya Jaemin mulai melihat samar sosok itu. Tangisnya luruh ketika orang yang dihadapannya mulai memeluknya dengan lembut dan hangatlah yang Jaemin rasakan.
"Sudah yuk pindah jangan dibawah dingin loh" Ajak Haechan
Jaemin yang sudah duduk diatas ranjangnya hanya melihat sendu Haechan namun temannya itu abai dan hanya fokus pada luka di tangan dan paha Jaemin. Luka-luka itu dengan telaten Haechan bersihkan dan diberi obat agar luka itu tidak infeksi dan meninggalkan bekas.
Tak ada perbicangan sejak Haechan menemukan Jaemin yang sedang berjongkok dan menelungkupkan kepala disela tangannya dengan luka guratan-guratan di lengan dan pahanya. Mahakarya yang Jaemin buat dengan bantuan cutter terlihat jelas oleh indera Haechan. Kaos hitam polos dan celana pendek yang Jaemin kenakan saat ini memang membuatnya leluasa untuk melukis paha mulusnya itu.
Jaemin dengan pikiran kalutnya dan Haechan masih dengan diamnya tiba-tiba dibuyarkan dengan suara dering telpon yang berada diatas nakas sebelah ranjang Jaemin. Dengan sigap Haechan mengambil dan menerima panggilan itu.
"Halo Jeno hyung?"
Jeno mengerutkan keningnya bingung mengapa yang mengangkat telponnya Haechan padahal yang dia hubungi adalah Jaemin. Perasaannya tambah gelisah setelah beberapa saat lalu Haechan menanyakan keberadan dirinya dan Jaemin.
"Semua baik-baik saja Haechan?" Tanyanya
"Untuk saat ini semua baik"
Mendengar jawaban Haechan membuat Jeno yakin pasti ada yang terjadi. Jeno terdiam sesaat.
"Hyung... hyung.."
"Wae??"
"Aku sedang perjalanan ke apartemen, mau nitip apa?"
Jeno sengaja menanyakan hal itu karena dia tahu pasti telah terjadi sesuatu diantara kedua temannya itu. Jeno memilih melajukan mobilnya dengan aman mengabaikan rasa penasaran karena toh sebentar lagi dia sampai tujuan dan akan mengetahui semuanya tanpa harus bertanya lagi.
"Bawakan sedikit makanan untuk Jaemin dan aku hyung, perut kita belum ada yang menghuni" balas Haechan diseberang sana.
Dengan kedua tangan yang menggenggam keresek yang penuh dengan makanan Jeno melenggang masuk kedalam apartemennya. Dan benar saja dengan apa yang dia fikirkan sejak diperjalanan.
"Dia melakukan itu lagi?" Bisik Jeno
Setelah memasuki apartemannya hanya ada Haechan yang terduduk diruang tengah sedangkan Jaemin yang berada di kamarnya untuk mengganti pakaiannya.
Haechan mengangguk menjawab pertanyaan Jeno, dia tersenyum melihat Jeno yang menenteng keresek berisi makanan. Jujur Haechan sangan lapar, pagi tadi dia tidak sempat sarapan dan dia juga tidak membawa bekal.
Jaemin bergabung bersama kedua temannya yang sedang menikmati makanan di meja tengah untuk mereka santap.
"Hyung kopi untukku mana?" Tanya Jaemin
"Tuuuuh..."
Jeno menunjuk Haechan yang sedang berada diujung meja sedang memandang gelas kopi milik Jaemin dan menikmati aroma kopi yang menguar di indera penciumannya. Sungguh aromanya sangat nikmat dan menenangkan seperti candu bagi Haechan.
Jaemin hanya menggelengkan kepala melihat tingkah laku Haechan, baru saja tadi dia mendapati Haechan yang bertingkah sangat dewasa saat menenangkannya. Sekarang dia disuguhkan dengan tingkah polos Haechan yang seperti anak kecil yang penasaran akan rasa kopi.
"Hyung berapa kadar kafein didalam kopi ini?
"Berapapun itu kau tidak boleh meminumnya" Balas Jaemin
Gelas kopi itu sudah beralih ketangan Jaemin dan mulai memasuki mulut Jaemin dengan sangat cepat, Haechan yang melihat itu langsung merengut.
"Aegi~ah jangan lupa minum susumu ya" Ejek Jeno pada Haechan yang mulai mengerucutkan mulutnya kesal.
Hanya air mineral, susu, dan coklat saja yang mampu diterima baik oleh tummy milik Haechan. Haechan akan susah tidur dan akhirnya migran jika meminum atau memakan yang mengandung kafein. Haechan tidak bisa meminum alkhohol walau usia sudah legal karena itu akan membuat dia sesak napas. Dan mulut Haechan tidak bisa menerima makanan dan minuman yang berperisa buah, katanya sih aromanya seperti lipstik milik eommanya. Entahlah....
~••~
Disini Jeno dan Haechan bukan membiarkan selfharm yang dilakukan Jaemin. Karena yang dibutuhkan orang seperti Na Jaemin adalah seorang teman yang selalu disisinya dan mendukungnya. Jangan salahkan mereka atau memaksa mereka untuk mencerikan semuanya, yang diperlukan mereka adalah rengkuhan dari orang sekitar dan buat mereka mengerti bahwa mereka berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream ~ LEE HAECHAN
FanfictionAntara mimpi dan kenyataan.. Ada yang bilang mimpi itu hanyalah bunga tidur.. Apakah memang hanya sebuah bunga??? Bunga apa yang dimaksud?? Bukankah setiap bunga memiliki arti??