Antara mimpi dan kenyataan..
Ada yang bilang mimpi itu hanyalah bunga tidur..
Apakah memang hanya sebuah bunga???
Bunga apa yang dimaksud??
Bukankah setiap bunga memiliki arti??
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Matahari mulai kembali pada posisinya namun disalah satu ruang apartemen yang cukup luas terdapat 3 pemuda yang masih asyik dengan dunianya masing-masing.
"Echan memangnya hari ini tidak ada kelas?"
Menyadari Haechan yang masih betah berada dipelukan Jaemin membuat Jeno menanyakan hal tersebut. Posisi Jaemin saat ini memeluk Haechan dengan erat. Karena Haechan tipe orang yang tidak risih atau canggung melakukan skinship membuat Jaemin lebih nyaman berada dipelukan Haechan. Lain halnya dengan Jeno yang akan dengan sangat terpaksa melakukan skinship jika keadaan benar-benar mendesak seperti tadi.
"Dosennya tidak masuk hyung dan hanya memberikan tugas yang cukup banyak" balas Haechan yang masih berpelukan.
"Ya sudah kerjakan saja tugasnya disini dan kamu Jaemin lepaskan pelukanmu itu" Titah Jeno
Jaemin hanya merengut dan mulai melepaskan pelukannya dan memberi ruang untuk Haechan menyelesaikan tugasnya. Jeno berlari ketika terdengar bunyi bel dan membuka pintu apartemennya dengan senyuman manis dan eye smile andalannya.
"Siapa hyung?" Tanya Jaemin
Jeno menyerahkan minuman dingin berasa coklat pada Haechan, dia juga memberikan minuman kopi dingin pada Jaemin.
"Lia noona?" Tebak Haechan
Lagi-lagi Jeno hanya menampilkan eye smilenya.
"Kenapa tidak disuruh mampir saja?" Tanya Jaemin
"Tidak mungkin aku membiarkan Lia kekasihku masuk kedalam kandang buaya" Balas Jeno yang dihadiahi lemparan bantal oleh Jaemin
Haechan hanya tertawa melihat pertengkaran kecil itu, sebelum melihat isi paper bag yang dibawa Jeno tadi. Haechan tau persis apa itu isinya dan fungsi dari benda tersebut.
"Jaemin ini untukmu" Jeno menyerahkan paper bag yang sedari tadi mengalihkan atensi Jaemin.
Jaemin langsung membuka dan melihat bingung akan isi dari paper bag tersebut. Paper bag itu berisi buku polos yang cukup lebar persis seperti buku melukis anak-anak, ada juga berbagai pensil warna dan cat warna dan sebuah kotak plaster luka?
"Na~panggilan akrab Jaemin~ itu untuk menyalurkan rasa sakitmu" Ucap Jeno dengan lembut
"Gambarlah dibuku itu setiap kau merasa tersakiti, gunakan plaster itu untuk menutupi luka yang kamu rasakan. Jangan kamu lampiaskan pada tangan dan pahamu itu" Jelas Jeno
Jaemin hanya terdiam mendengarkan setiap ucapan Jeno dan Haechan. Dia menatap sendu barang-barang yang dia terima dan bergantian menatap kedua sahabatnya itu.
"Tapi aku tidak bisa menggambar Jeno....." Ucap Jaemin mendayu.
"Yakk Na Jaemin!!!" Kesal Jeno mendengar jawaban Jaemin.
"Arasseo arasseo, gomawo". Jaemin tersenyum manis dan memeluk kedua sahabatnya.
"Aku janji tidak akan melakukan hal itu lagi dan akan mencari pelampiasan lain yang lebih berguna asal kalian ada disampingku" lanjut Jaemin
Mereka bertigapun melanjutkan kegiatan mereka masing-masing yang sempat tertunda. Jeno masih asyik dengan permainan di ponselnya, Jaemin tengah menonton drama favoritenya, dan Haechan masih sibuk menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya.
Sampai akhirnya dering ponsel berbunyi, Haechan sebagai sang pemilikpun beranjak dari tempatnya untuk mengambil dan mengecek ponsel tersebut. Tuan Jung Hae In. Nama yang tertera di ponsel itu.
"Yoboseyo?" Jawab Haechan dengan sopan.
Terdengar suara panik diseberang telpon membuat Haechan menaikkan alisnya bingung.
"Tuan apa yang terjadi?" Tanyanya gelisah membuat kedua temannya menoleh
"Wae?" Isyarat yang diberikan Jaemin pada Haechan yang masih setia fokus pada ponselnya
"Arasseo aku akan segera kesana"
Haechan langsung merapihkan buku-buku yang berserakan dengan wajah paniknya, membuat 2J tambah penasaran.
"Wae geurae?" Tanya keduanya
"Chenle mengamuk dan mengurung diri didalam kamarnya sejak semalam, aku harus segera kesana untuk membujuknya" Jelas Haechan dan langsung meninggalkan ruangan sebelum tangan mungilnya ditahan oleh Jaemin.
"Kita antar!" Ucap Jaemin
"Tidak ada penolakan!" Sambung Jeno
Dengan apiknya Jeno menyalip setiap mobil yang menghalangi jalannya. Lajunya cukup kencang namun masih dalam batas wajar dan aman. Haechan yang berada di kursi belakang masih sibuk mencoba menelpon Chenle, pikirannya cukup kacau. Dia ingat perbincangan terakhir kali dengan Chenle, bagaimana Chenle menangis karena merasa lelah. Haechan mulai bergumam tak karuan menyerukan setiap kekhawatirannya pada Chenle dan juga rasa bersalahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Konfliknya udah mulai terlihat sedikit demi sedikit. Kayanya book ini bakalan panjang deh.. semoga aja kalian ga bosen ya..