Sayu dan lingkaran hitam disekitaran mata menghiasi wajah manisnya. Langkah gontainya menyusuri setiap ruangan di rumahnya mencari keberadaan kedua orang tuanya. Tangannya meraih ponsel diatas nakas dan menekan tombol panggil dilayar.
"Appa kalian ada dimana?" Tanyanya lemas
"Aegi, mianhe appa dan eomma pergi ke pasar pagi tadi, kami tidak mau mengganggu tidurmu" suara eomma nya diseberang sana
"Baiklah eomma aku ada kelas pagi hari ini, maaf aku tidak bisa menunggu kalian sampai pulang"
"Tidak masalah aegi, tapi uang sakumu masih cukupkan?"
"Masih eomma, eomma Echan mandi dulu ya."
Setelah mengakhiri panggilan telponnya Haechan bergegas ke kamar mandi, namun sebelum menuju kamar mandi matanya melirik plastik yang tergeletak di lantai dekat meja dan ia pungut plastik tersebut.
Dirasa sudah rapih dia keluar dan mengunci rumah. Hingga saat berbalik ia dikejutkan dengan suara klason yang tepat berada dibelakangnya.
"Jisung??" Tanyanya dengan memicingkan matanya melihat pengendara mobil itu
"Hehe hyung sini masuk aku antar, sekalian test drive" Ucapnya dengab riang
Haechan awalnya ingin membuka pintu mobil itu tapi netranya menangkap sosok orang yang sedang menatapnya tajam, dia menelan ludahnya dan memundurkan badannta kembali.
"Tidak usah Jisung aku jalan kaki saja, lagi pula aku masih ada urusan kau pergilah dulu."
"Yaahh hyung mumpung aku sedang ada dirumah, sore nanti aku akan kembali ke Daegu"
"Tapi-
"Ayolah atau aku akan marah dan tidak ingin menemuimu lagi"
Mendengar ucapan Jisung membuat Haechan mengingat Chenle, karena kedua bocah itu suka sekali mengancam Haechan. Jika Chenle mengancam dengan suara datar dan ketusnya, lain halnya dengan Jisung, dia akan menggunakan aegyo jika sedang merasa kesal atau kemauannya tidak dituruti.
Dengan terpaksa Haechan mengikuti kemauan sepupunya itu yang beda 2 tahun. Ini kali pertama Jisung mengendarai mobil karena usia baru legal tahun ini, kedua orang tuanya sengaja memberinya mobil karena dia mendapat peringkat 1 paralel. Jisung berencana setelah lulus SHS dia akan menyusul Haechan berkuliah agar tidak terpisah jarak lagi.
Ponsel Haechan berdering sebuah pesan telah masuk.
Kurang ajar sekali kau menyuruh putraku mengantarmu, kau kira putraku Jisung supir taksi? Awas saja jika aku melihat kau menaiki mobilnya lagi.!!!
Haechan hanya bisa menghela napas lelah membaca pesan yang dia terima. Jisung yang sedang fokus menyetirpun bisa mendengar helaan napas tersebut.
"Kenapa hyung?"
"Bukan apa-apa, hanya pesan tugas dari dosen"
"Hyung, sepertinya kau sangat sibuk ya sampai-sampai tidak pernah mampir ke apartemenku padahal tempatmu kuliah dengan apartemen tidak terlalu jauh"
"Hehe mian"
"Hyung pulangnya aku jemput lagi ya"
Ucapnya sesaat setelah menepikan mobilnya. Berharap bisa lebih lama memgobrol bersama Haechan.
"Tidak perlu aku pulang malam"
"Tapi hyung-
"Sudah ya hyung harus pergi nanti ku hubungi." Ucap Haechan yang langsung turun dari mobil dan melambaikan tangannya
Jisung melihat punggung yang semakin menjauh tanpa sadar meneteskan air matanya.
Hyung, bogoshipoeo. Batin Jisung
Jisung merasa akhir-akhir ini Haechan seperti menghindarinya walaupun dia tidak tau alasan persisnya.
.
.
.
.***
Di taman Haechan duduk menghabiskan kimbab yang baru dia beli di minimarket saat di jalan.
"Injun apa aku seaneh itu sampai-sampai orang yang melewatiku selalu menatapku seakan jijik?" Tanyanya sendu
"Kau tidak aneh Chan, mereka saja yang terjebak dalam mindset mereka tanpa ingin mengubahnya"
"Bagaimana caranya mengubah pikiran mereka tentangku, jujur aku lelah"
"Kau tidak perlu melakukan apapun. Orang yang membencimu akan tetap membencimu walau kau sudah memberi beribu penjelasan. Dan orang menyayangimu akan tetap sayang padamu tanpa sebuah alasan. Tetaplah bertahan, jadi dirimu sendiri jangan hilangkan dirimu hanya karena omongan sampah mereka"
Mendengar ucapan Renjun tanpa sadar air matanya mengalir membasahi pipinya. Hinggu sebuah tangan menepuk punggungnya dengan lembut.
***
"Haechan kenapa kau sendirian disini?"
"Oh Jungwoo hyung, maaf aku tidak mendengarnya" ujarnya seraya menghapus airmatanya
"Kau menangis?" Tanya Hendery yang berdiri di depan Haechan
"Anniyo hyung, aku hanya menguap" Elaknya
"Kau tidak membawa bekal Echan?" Tanya Jungwoo yang melihat bungkus kimbab di genggaman Haechan
"Ah ne, eomma dan appa sedang ada urusan jadi aku tidak sempat sarapan"
"Ayo ikut kita ke kantin, kita sarapan" Ajak Hendery
"Anniyo gwaenchanhseumnida, aku sudah kenyang hyung"
"Yak bagaimana kau bisa kenyang hanya memakan kimbab sekecil itu" nyalang Jungwoo
Ya Haechan hanya mampu membeli kimbab dengan ukuran yang bisa dibilang sangat kecil. Karena jujur Haechan tidak memiliki uang lebih untuk membeli makanan selain kimbab berbentuk segitiga itu.
"Tapi hyung sebentar lagi kelasnya akan dimulai" Ujar Haechan saat akan diseret oleh kedua sunbae nya itu.
"Aahh shit!!" Geram Hendery saat melihat arlojinya.
"Kita akan makan setelah kelas berakhir. KITA. AKAN. MAKAN. BERTIGA. DI. KANTIN" ucap Jungwoo penuh penekanan
Mendengar itu membuat Haechan bisa hanya menunduk takut dan mengangguk lucu membuat Hendery dan Jungwoo yang melihatnya merasa gemas dan mengusak surai Haechan.
"Aigo, kiyowo..." seru Hendery dan Jungwoo bersamaa
Haechan yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa memautkan bibirnya karena kesal dan itu semua membuat kedua pria didepannya semakin kegemasan dan memeluknya erat.
"Kaja, kita ke kelas aegi.." goda Jungwoo
"Hyuuuung.." Haechan
~••~
Maaf gaje ya, ga nyambung ya...
Makasih buat yang mau mampir dan kasih votenya..🙂

KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream ~ LEE HAECHAN
FanfictionAntara mimpi dan kenyataan.. Ada yang bilang mimpi itu hanyalah bunga tidur.. Apakah memang hanya sebuah bunga??? Bunga apa yang dimaksud?? Bukankah setiap bunga memiliki arti??