38

521 62 3
                                    

Taeyong baru saja membasuh wajahnya dan melihat Doyoung masih diposisi yang sama, duduk disamping ranjang Haechan dengan menggenggam tangannya dengan lembut.

Semalam Taeyong dihubungi Doyoung bahwa uri-maknae tengah dirawat di rumah sakit. Ketika sampai Taeyong langsung menyuruh semua teman Haechan untuk pulang dan istirahat mengingat wajah lesu mereka yang sangat kentara.

"Mandi lalu sarapan, hyung sudah membelikanmu sarapan" Ucap Taeyong pada Doyoung

Doyoung menegakkan kepalanya guna melihat wajah Taeyong, dan pandangannya ia alihkan pada wajah sang adik yang dihiasi nasal canula. Semalam Haechan sempat sesak napas dan membuat Taeyong dan Doyoung panik bukan main.

"Hyung, kenapa Haechan belum bangun juga ya, ini sudah siang"

"Sudah tau ini siang tapi kamu masih belum menyentuh sarapanmu. Sebaiknya kau cepat basuh wajahmu dan sarapan sebelum Haechan bangun"

"Tapi hyung-"

"Eeuughh"

Ucapan Doyoung terpotong ketika mendengar suara eluhan dari Haechan, dengan segera Taeyong menekan tombol guna memanggil dokter.

Taeyong dan Doyoung langsung menyingkir dan memberi ruang pada Dr. Do untuk memeriksa Haechan. Teman-teman Haechan yang baru saja datang awalnya dibuat panik saat mengetahui ada dokter dan beberapa perawat yang masuk ke ruangan Haechan, dan mereka bisa bernapas lega ketika Taeyong memberitahu bahwa Haechan sudah siuman.

"Haechan maafkan aku, maafkan aku"

Jeno langsung saja menangis dan bergumam maaf pada Haechan.
Saat ini diruang rawat Haechan hanya ada Jeno. Taeyong dan Doyoung sengaja keluar dengan alasan ke kantin untuk memberi waktu Jeno berdua dengan Haechan. Sebenarnya mereka bingung kenapa sejak semalam Jeno terus-terusan menangis dan meminta maaf, tapi mereka mencoba untuk tidak terlalu ikut campur dengan masalah adiknya itu.

Di kamar rawat Haechan, Jeno masih saja menunduk dan bergumam maaf dan sungguh itu membuat Haechan risih.

"Hyung berhenti menangis apa tidak lelah?" Lirih Haechan

"Mianhe mianhe mianhe"

"Jika hyung masih seperti ini lebih baik hyung keluar dan suruh Jaemin masuk untuk menyuapiku makan" Kesal Haechan

Jeno yang pada dasarnya tengah fokus menangis dan meminta maaf sedikit bingung dengan ucapan Haechan tadi.

"Heh? Menyuapimu?"

"Iya!! Jika hyung tetap ingin menangis ya silahkan tapi sekarang aku lapar dan tanganku masih lemas jadi suruh Jaemin masuk untuk menyuapiku hyung!"

"Tidak! Biar aku yang menyuapimu, aku janji aku tidak akan menangis lagi"

Dengan segera Jeno menyambar mangkuk bubur yang telah disiapkan perawat pagi tadi. Secara perlahan Jeno menyendokkan bubur dan menyuapkannya pada Haechan.

Jaemin hanya bisa memerhatikan kedua sahabat itu dari balik pintu, bukan ia tidak ingin bergabung hanya saja dia ingin memberi waktu untuk Jeno dan Haechan. Jaemin tersenyum manis melihat keduanya telah menyelesaikan masalah mereka tanpa harus memakan waktu lama. Namun senyuman itu tiba-tiba pudar ketika melihat notifikasi dilayar ponselnya.

~••~

Diusahakan buat up tiap hari karena beberapa chapter lagi end deh kayanya...

Makasih buat yang udah vote dan komennya..🙂

A Dream ~ LEE HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang