🌻🌻🌻
Ada dua anak remaja yang masih mengenakan seragam sekolah tengah berbaring di tengah lapangan, meskipun sekarang sedang mendung tapi tak membuat mereka terusik.
"Hyuk, cita-citamu apa?"
"Hyung, kau sangat kuno menanyakan hal itu?"
"Aku hanya ingin tau saja!!"
"Jika ditanya jawabanku tak tahu"
"Kenapa?"
"Selama ini aku hidup berdasarkan arahan dari hyungdeul aku tidak pernah tau caranya menginginkan sesuatu."
"Dan kau akan tetap seperti itu, hyuk?"
"Hyung, aku pernah mendengar bahwa seorang adik tidak akan pernah dewasa selama kakaknya masih ada"
"Kau orang terbodoh yang pernah ku temui Hyuk!"
"Gomawo hyung"
Tiba-tiba angin kencang dan hujan lebat turun serta petir yang menyambar kesana kemarin. Namun kedua remaja itu tak bergeming tetap nyaman pada posisinya.
🌻🌻🌻
"Mark~hyung, bogoshipoeo" Lirih Haechan
Lengan kanannya ia gunakan untuk menutupi matanya agar bisa membendung airmaranya yang mulai mengalir deras.
"Mianhe hyung, mianhe hyung"
Tok
Tok
Tok"Ayi, apa kau sudah bangun?"
Mendengar suara Doyoung dari luar Haechan langsung menghapus airmatanya dan mengatur napasnya agar tidak terdengar habis menangis.
"Nde hyung, aku akan keluar sebentar lagi"
Setelah membasuh wajahnya Haechan keluar menuju meja makan dimana Doyoung sudah menunggunya untuk sarapan.
Sejak keluar rumah sakit, Doyoung sengaja menyewa kamar apartemen di dekat kampus Haechan agar dia bisa mengawasi Haechan dan adiknya itu tidak perlu kelelahan bolak balik kampus ke rumahnya hampir setiap hari.
Menurut Dr. Do, Haechan drop karena dia terlalu kelelahan dan stres akan tugas kuliah serta pola makannya yang tidak teratur.
Itu sebabnya Doyoung meminta bantuan Taeyong untuk meminta ijin agar Haechan tinggal di apartemen dekat kampus.
Ketika meminta ijin kepada kedua orang tuanya tentu saja mereka tidak mencerikan alasan sebenarnya bahwa Haechan sempat drop bahkan sampai dirawat selama hampir 4 hari di rumah sakit.
Kini kembali diruang makan, Haechan tengah menikmati sarapan yang disajikan oleh Doyoung. Doyoung benar-benar merawat Haechan dengan baik membuat Haechan merasa bahwa dia adalah beban bagi Doyoung. Ntahlah bagaimana Haechan bisa menyimpulkan hal tersebut.
Karena hari ini memang hari sabtu maka Haechan berniat untuk ikut bersama Doyoung ke kafe. Namun baru saja menyelesaikan meja kafe belum sempat ia membuka kafe, dia sudah mendapat panggilan dari Jeno.
"Halo hyung, kenapa?"
"Bisa kita ketemu?
Kerutan di dahi terlihat jelas apa ada yang salah apa telah terjadi pada sahabatnya itu, itulah yang pertama kali Haechan pikirkan setelah mendengar suara Jeno.
"Aku akan segera kesana, kalian dimana?"
Dengan tergesa Haechan langsung melepas celemek dan menaruh celemek serta serbet iti di dapur tidak lupa ia ijin ke Doyoung untuk pergi.
~••~
Ah maaf banget baru nongol lagi, ternyata nulis tuh susah ya idenya udah ada di kepala tapi jarinya males ngetik..🤭🤭
Aku baru nyadar ternyata viewersnya udah ada 4k ga nyangka banget..😭😭
Makasih buat yang mau mampir dan kasih vote commentnya..🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream ~ LEE HAECHAN
FanfictionAntara mimpi dan kenyataan.. Ada yang bilang mimpi itu hanyalah bunga tidur.. Apakah memang hanya sebuah bunga??? Bunga apa yang dimaksud?? Bukankah setiap bunga memiliki arti??