11

825 81 2
                                    

Hening. Ketiga pemuda yang telah menghabiskan sarapannya kini tengah sibuk dengan gawainya masing-masing.

"Eomma dan appa bertengkar sesaat setelah aku sampai rumah. Mereka membahas bagaimana aku menghabiskan banyak uang untuk hidupku" Tutur Jaemin sendu

Kedua temannya yang tengah asik memainkan ponselnya itu perlahan menghentikan aktivitas dan mulai mendengarkan curahan hati Na Jaemin tanpa ada niatan menyela.

"Eomma terus menyalahkan Appa yang tidak bekerja 5 tahun terakhir ini. Eomma mengungkit berapa banyak uang yang dia keluarkan untuk hidup kita bertiga dan Appa tidak terima semua tuduhan Eomma. Appa bilang perusahaan Eomma bisa maju karena Appa yang membantu sejak awal berdiri sampai sekarang. Mereka terus membahas perusahaan dan uang dihadapanku. Mereka seakan ingin memberitahukan padaku bahwa yang kulakukan hanya menghabiskan uang mereka saja"

Jeda Jaemin untuk menghela napas karena dadanya mulai terasa sesak dan airmatanya mulai memupuk. Haechan dan Jeno yang melihat hal tersebut langsung berpindah dikedua sisi Jaemin dan menggenggam masing-masing tangan Jaemin.

"Hyung, apa harta mereka akan habis hanya karena menguliahkanku? Aku ini anak tunggal mereka echan. Pernahkan mereka berfikir tentang perasaanku? Perlukah mereka membahas semua itu dihadapanku?" Jaemin dengan sesegukan

Jeno yang berada disebelah kanan Jaemin menarik tubuh temannya dan memeluk denga erat menyalurkan kekuatan pada Jaemin. Sedangkan Haechan mengelus punggung Jaemin sekedar menenangkan. Karena tidak ada yang bisa mereka berdua katakan untuk situasi yang sahabatnya alami.

"Eomma dilarikan ke rumah sakit karena Appa menamparkanya dengan sangat keras sehingga Eomma tidak sadarkan diri" sambung Jaemin yang masih dalam pelukan Jeno

Jeno dan Haechan yang mendengarnya saling pandang entah apa yang harus mereka lakukan.

"Lalu apa Eomma baik-baik saja?" Tanya Haechan dengan hati-hati

Jawaban yang mereka dapat adalah suara tawa yang cukup miris dari Jaemin.

"Mereka tertawa bersama setelah Eomma sadarkan diri. Mereka tertawa lepas dan bercumbu di ruang rawat Eomma. Merek lupa ada aku disana putra mereka yang baru sampai setelah perjalanan jauh"

"Aku bingung apa yang mereka rasakan sebenarnya. Jika memang saling mencintai mengapa harus bertengkar seperti itu sampai harus dengan kekerasan dan jatuh korban? Kenapa?"

Jaemin meluapkan semua amarahnya, tangisnya semakin jelas terdengar. Haechan langsung berhambur kedalam pelukan Jeno dan Jaemin. Sungguh sakit melihat Jaemin rapuh seperti ini.

Mereka tak habis pikir tentang kedua orang dewasa yang menjabat status Eomma dan Appa dari seorang Na Jaemin. Bagaimana mungkin mereka selalu beradu mulut dihadapan Jaemin. Setiap kali Jaemin di rumah hanya ada suara yang meninggi dari kedua orang tuanya dan jangan lupakan suara benda yang berjatuhan. Hal-hal mengerikan itu yang selalu Jaemin terima setiap kali berada dirumah.

Mereka berdua pernah menginap di rumah Jaemin saat libur dan mereka tidak melewat momen mengerikan yang sering Jaemin alami. Itu sebabnya mereka tahu pasti apa yang Jaemin rasakan.





 Itu sebabnya mereka tahu pasti apa yang Jaemin rasakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap hidup pasti memiliki permasalahan, tapi bisakah kedua orang yang berstatus "orang tua" bisa menyelesaikan permasalahannya tanpa melibatkan pihak ketiga(anak) karena jujur itu terlalu menyakitkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setiap hidup pasti memiliki permasalahan, tapi bisakah kedua orang yang berstatus "orang tua" bisa menyelesaikan permasalahannya tanpa melibatkan pihak ketiga(anak) karena jujur itu terlalu menyakitkan.

Jangan lupa vote and coment ya...
Makasih yang udah mampir dan kasih votenya...🙂

A Dream ~ LEE HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang