18

680 70 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Seorang pemuda bersurai coklat, mata bulat, pipi chubby dan kulit tan yang menambah kesan manis pada pemuda itu. Dia mengayuh sepeda dengan ranjang depan yang terisi kotak makan dan tas yang berada dipunggunya.

Pemuda itu mengayuh sepeda dengan senyum manis dan mata berbinar, ia akan menuju tempat dimana dia bisa menemukan sahabatnya yang sudah sepekan ini terlupakan.

Ada waktu 3 jam sebelum janji temu dengan hyungnya berlangsung. Itu sebabnya ia memanfaatkan waktunya untuk bertemu dan sekedar berbincang dengan sahabatnya itu.

Disebuah taman yang berada tidak jauh dari Sungai Han Haechan terduduk manis menunggu sesosok orang yang ia pastikan bisa dia jumpai. Matanya tak henti melirik kesekeliling untuk memastikan bahwa yang ia harapkan kehadirannya itu. Tak selang berapa sosok itu mulai terlihat, bibirnya tanpa sadar melengkung keatas menampilkan senyuman manis.

Pemuda yang mengenakan kemeja denim dipadukan dengan sweater coklat sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih bersih. Wajah menampilkan senyum cerah sama seperti pemuda yang tengah menunggunya.

Haechan dan Renjun kini tengah duduk bersama dengan bersandar pada pohon didekatnya, bokongnya sengaja ia biarkan terkena tanah.

Orang-orang yang melewati mereka tidak ada absen untuk meliriknya walau tak jarang dari mereka dengan sengaja memandangnya secara langsung. Berbagai macam tatapan Haechan terima dari orang yang melaluinya namun enggan Haechan pedulikan.

"Kau sangat sibuk ya?" Tanya Renjun

"Kau pernah merasa lelah tidak?"

Bukannya menjawab Haechan mengajukan pertanyaan itu dan membuat kerutan di dahi Renjun.

"Lelah dalam hal? Hidup? Itu maksudmu?"

Haechan hanya menganggukkan kepalanya dan Renjun mulai berceloteh.

"Jika itu maksudmu, ya aku pernah merasa lelah. Kedua orang tuaku meninggal secara mendadak, dihari kematian mereka tidak ada yang menunjukkan dukanya secara tulus."

"Masih dihari yang sama Kim pyoenhosa~nim yang selama ini mengikuti kedua orang tuaku datang dan membacakan surat wasiat yang telah ditulis sebelum kecelakaan terjadi"

"Kau tahu apa isi wasiat itu?" Jeda Renjun, hanya gelengan dari Haechan sebagai respon dari Renjun.

"Isinya menyatakan bahwa 30% dari kekayaan mereka akan masuk ke yayasan telah dibangun atas nama Renjun. 30% akan diberi padaku saat usiaku menginjak legal. Dan 40% untuk anak pertama mereka Winwin."

Mata Haechan melotot ketika Renjun membicarakan fakta yang tidak banyak orang tau, karena setau Haechan keluarga Renjun itu adalah anak tunggal.

"Kau kaget saat tau bahwa aku memiliki hyung kan?" Renjun terkekeh melihat reaksi Haechan yang mudah terbaca.

"Akupun begitu Echan, aku kaget dan tidak ingin menerima fakta itu. Tapi tak ada hal yang dapat menyangkal kebenaran dari fakta tersebut"

Renjun menunduk menghelas napas hanya untuk sekedar menenangkan emosinya.

"Eomma telah melahirkan seorang putra 4 tahun sebelum melahirkanku. Karena keadaan yang sangat kacau akhirnya orang tuaku sengaja memasulkan kematian bayi yang baru dilahirkan. Bayi itu dibawa oleh salah satu kerabat Eomma, dan diberinama Winwin. Mereka berencana akan mempublish Winwin hyung saat usianya sudah menginjak legal, hal itu dilakukan agar posisi Winwin tidak dilengserkan"

"Berkali-kali aku mencoba mencari Winwin hyung tapi selalu dihalangi bibi dan pamanku yang telah gila harta. Dan sampai saat ini aku belum bisa mendengar kabar dari uri hyung."

"Jika kau bertanya apa aku lelah? Tentu saja Echan, aku bahkan sempat berpikir untuk menyerah." Tutur Renjun

"Menyerah? Lalu apa yang membuatmu akhirnya bertahan Renjun" Tanya Haechan dengan nada sedikit bergetar.

"Kau!!"

Haechan langsung mengalihkan pandangannya dari langit biru itu pada Renjun, ia terkejut mendengar jawaban Renjun.

"Kau ingat pertemuan pertama kita? Saat itu aku sedang mencoba untuk menyerah pada hidupku, lalu kau datang dan menggenggam tanganku. Kau bertanya apa aku kesepian jika iya maka kita harus berteman karena kau juga merasa kesepian. Sejak saat itu mencoba untuk terus bertahan, karena ada sosok yang sama denganku yang membutuhkan tempat bersandar."

Air mata dari kedua pemuda itu luruh tanpa sadar, mereka menerawang kenangan-kenangan yang pernah hadir dalam hidupnya.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Maaf kalo ada typo dan ceritanya ga ngefeel, makasih loh buat kalian yang udah mau mampir dan kasih votenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf kalo ada typo dan ceritanya ga ngefeel, makasih loh buat kalian yang udah mau mampir dan kasih votenya..☺

A Dream ~ LEE HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang