[44] Put-

66.7K 7.4K 289
                                    

.
.
.
...

-Happy Reading-
🌻🌻🌻

"Jangan mikirin omongan cewek gila tadi. Kita gak ada urusannya sama masalah mereka." El mengusap lembut rambut Gisha yang sudah beberapa kali ketauan melamun. "Gue balik."

Cup!

El mengecup cepat kening Gisha. Lalu setelahnya tersenyum hangat pada sang kekasih.

Gisha langsung menatap El lurus. Beberapa saat kemudian, Gisha ikut berdiri, berniat mengantar cowok itu sampai ke depan.

Sedari tadi pikirannya susah fokus. Entah mengapa, ucapan Ghea tadi begitu membekas di pikirannya.

Meski El sudah berkali-kali menyuruhnya untuk mengabaikan ucapan Ghea tadi, tapi terasa begitu susah bagi Gisha. Masalah ini memang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya, toh Sesil sekarang sudah seperti orang asing baginya.

Tapi yang Gisha pikirkan bukanlah Sesil, melainkan janin yang ada diperut Sesil. Bayi itu sama sekali tidak bersalah. Namun, kehadirannya lah yang salah. Bayi itu ada disaat yang belum waktunya.

Sudah seharusnya jika seorang anak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Itu sudah menjadi hak nya. Tapi jika salah satu dari keduanya tidak memberikan kasih sayang tersebut, bagaimana? Tidak, Gisha tidak ingin itu terjadi.

Semua anak harus mendapatkan kasih sayang.

Yang Gisha tidak habis pikir itu ayah dari anak Sesil. Sudah jelas itu anaknya, kenapa malah lebih mementingkan kepentingan pribadi? Rian malah lebih mementingkan perasaan dibanding calon anaknya. Benar-benar tidak waras menurut Gisha.

"Sha! Jangan ngelamun!"

Gisha tersentak untuk kesekian kalinya. Lagi-lagi El menegurnya karena melamun.

"Maaf." Ucapnya pelan. Merasa bersalah karena terus saja melamun.

El menghembuskan nafasnya. Sudah dipastikan jika Gisha memikirkan masalah tadi. Rasanya El ingin menonjok mulut Ghea tadi. Jika bukan karena gadis itu, Gisha sekarang pasti tidak akan melamun begini.

Tapi jika mengundur waktu, El malah menjadi menyalahkan dirinya sendiri. Coba saja ia tadi tidak mengajak Gisha ke cafe, mungkin semuanya akan baik-baik saja sekarang.

"Mau anterin gue kedepan?" Tanya El

Gisha mengangguk. "Iya, ayo."

Kedua orang itu berjalan menuju halaman rumah Gisha, dimana sebuah motor sudah terparkir disana.

"Jangan ngelamun terus. Gue gak suka Lo mikirin kejadian tadi." Ucap El.

"Gue kepikiran terus Gaalll." Balas Gisha disertai rengekan diakhirnya.

GALAKSA [End/Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang