Part 50

7.2K 201 14
                                    

Rabu pagi menjadi hari paling menjengkelkan bagi Jericko. Dua Minggu tanpa gangguan dari wanita ular adalah hal yang patut disyukuri Jericko. Sera juga tidak lagi mengungkit sesuatu yang berbau Grita, istrinya bersikap biasa- biasa saja setelah Jericko memberitahu kan pertemuan dengan Grita waktu itu.

Dan pagi ini Jericko dikejutkan didepan meja resepsionis, Grita berdiri disana dan bertengkar dengan sang resepsionis. Dari pertengkaran mereka, Jericko menangkap bahwa wanita itu ingin bertemu dengannya.

Jericko makin meradang saat dengan tiba- tiba Grita berlari dan memeluk dirinya yang belum siap dan mereka berdua terjungkal kebelakang yang mengakibatkan posisi Grita  medindih tubuh Jericko. Belum genap lima detik Jericko merasa Grita bangun dari atas tubuhnya namun secepat perkiraannya.

"Kita pernah bertemu dan kita belum sempat kenalan. Saya istri Jericko!"

Jericko tersentak mendengar suara istrinya. Jericko bangkit perlahan dan dengan segala perasaan bercampur menjadi satu perasaan marah karena ulah Grita, perasaan senang karena istrinya ada disaat yang tepat.

"Oke kalau kamu tidak ingin berkenalan. Saya tidak akan memaksa." Sera menurunkan tangannya yang tidak disambut oleh wanita yang menindih suaminya. Rasanya ia ingin menampar wanita gila itu namun ditahan karena itu adalah cara yang rendah menurut Sera. Sudah cukup dia menarik Grita hingga berdiri dan tidak menindih suaminya lagi, ada sempat dibenaknya untuk membangunkan wanita itu dengan cara menjambak rambutnya namun banyak pasang mata yang melihat mereka.

"Lain kali harus lebih berhati- hati, kamu kan lagi hamil masa tidak berhati- hati," ucap Sera yang mampu membuat Grita seketika meraba perutnya.

"Mas, kamu lupa berkas meetingnya jadi aku nyusul." Sera memberikan map ditangannya. Jericko yang tadinya sempat diam seketika tersadar saat dipanggil Sera.

"Aku langsung pulang." Sera berbalik dan melangkah meninggalkan situasi yang sebenarnya membuat dia cemburu. Masih saja ada wanita yang seperti dibelakangnya, dia bukan wanita baik- baik tapi untuk mengejar pria beristri bukanlah hal yang baik menurutnya.

Jericko memandang tajam Grita yang masih memegang perutnya lantas beralih mengejar istrinya yang sudah sepuluh meter didepan sana. "Sayang, kok buru- buru?" Jericko mencekal lengan Sera lembut.

Sera menoleh. Sesaat mata mereka bertemu dan Jericko pastikan istrinya baru saja menghapus air matanya.

"Aku emang kesini berniat antar berkas kamu."

"Tap--

"Mas, wanita itu lagi kesakitan."

"Apa hubungannya sama aku, sayang?" Tanya Jericko bingung. "Biarkan saja, itukan ulahnya sendiri!"

"Aku rasa kalian perl---

Belum sempat Sera menyelesaikan kata-katanya, wanita itu sudah berdiri dihadapan mereka berdua dan lebih mengejutkan lagi wanita itu mendorong tubuh Sera hingga terduduk dilantai dan kejadian selanjutnya menjadi hal yang membuat Sera naik pitam. Grita wanita itu dengan tidak tahu malunya didepan seluruh karyawan yang berlalu lalang, wanita itu berjinjit dan mencium suaminya.

Dengan segala perasaan emosi, cemburu, ingin menangis bercampur menjadi satu Sera lantas bangkit dan menarik wanita yang lebih pendek dari dirinya sedang berlaku mesra kepada suaminya.

Plak.

Satu tamparan mendarat di pipi perempuan yang dengan berani mencium suaminya didepan umum. Ada berbagai alasan yang membuat Sera naik pitam adalah Jericko seperti patung yang tidak bisa berbuat apa- apa saat Grita mempermalukan dirinya didepan umum, pertama menindih dan yang kedua menciumnya. Apakah Jericko selemah itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SERAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang