Selamat membaca❤
Satu minggu berlalu dan Jericko belum mengetahui di mana Sera. Pria itu sudah seperti orang gila, bukan dalam hal penampilan tapi dalam hal sifatnya yang kembali menyebalkan sampai membuat Tomo rasa-rasa ingin mencekik bos sekaligus sahabatnya itu hingga sesak napas.
"Tom, panggil pak Santoso dari Marketing Department." Tomo cuma memutar bola matanya malas karena ini adalah kali kelima Jericko memintanya memanggil semua perwakilan divisi dan mengomentari mereka tanpa ada sebab. Contohnya, dari divisi keuangan seorang pria seumuran mereka baru saja keluar dengan wajah pucat dan keringat dingin karena di bentak habis-habisan oleh Jericko.
"Yang ini jangan dibentak, Jer. Orang tua soalnya," ucap Tomo saat dirinya selesai menghubungi sekertaris dari divisi pemasaran untuk meminta kepala divisi agar segera menghadap singa jantan.
Jericko terdiam tidak menanggapi ucapan Tomo, pikirannya kembali tertuju pada satu wanita yang membuat kepalanya keliyangan tidak tentu arah.
"Permisi pak," ucap seorang pria paruh baya membuka pintu sebelumnya dia sempat mengetuk dan Tomo yang menyuruhnya untuk masuk.
"Kamu tidak punya sopan sant__"
"Ekhem....silahkan duduk pak." Tomo memotong ucapan Jericko, jangan sampai bos sekalian sahabatnya itu mengeluarkan kata-kata tidak sopan kepada orang tua.
Jericko memandang tajam ke arah Tomo kemudian beralih memandang pria paruh baya di depannya. "Siapa yang bertanggung jawab dengan JSH Apartmen di Bilangan itu?" Tanya Jericko memandang dengan pandangan penuh intimidasi "Dua minggu lalu ada pembelian sebanyak 5 kamar dan kalian belum memasukannya kedalam laporan?" Lanjut Jericko dengan suara tegas kental akan sifat dari seorang pemimpin.
Pak Santoso cuma menarik napasnya sepelan mungkin lalu memandang ke arah bos mudanya ini "Maaf pak, tapi 5 hari yang lalu saya sudah mengirim laporannya kepada bapak, saat itu bapak yang memintanya untuk mengirim via email," jawab pak Santoso dengan nada percaya diri karena dirinya merasa tidak bersalah sedikitpun. Memang benar, 5 hari yang lalu dia sudah mengirim laporan via email ditambah dengan data lainnya yang diminta oleh Jericko.
Jericko meremas pelan jidatnya lalu kembali memandang pak Santoso.
"Ya sudah, bapak boleh keluar." suara Jericko terdengar lebih baik dari sebelumnya. Mungkin dirinya sadar jika dia sudah berlaku tidak sopan sejak tadi kepada pegawai yang sudah mengabdi dari jaman papanya.Pria paruh baya itupun tersenyum maklum kemudian pamit keluar dari ruangan itu.
Jericko beralih mengambil macbook di sampingnya lalu membuka email dari pak Santoso yang belum sempat dibukanya. Tomo yang melihatnya hanya mampu mencibir dalam hati.
"Altar Gemilang?" Gumam Jericko saat melihat salah satu pembeli kamar pada JSH Apartment yang tadi sempat disinggung Jericko bersama pak Santoso. JSH Apartment adalah salah satu aset yang dimiliki Jericko dan baru diresmikan sekitar 5 bulan yang lalu. Apartemen dengan Tipe classic six yang biasa diminati oleh orang yang sudah berkeluarga. Desainnya terdiri atas ruang tamu, ruang makan, dua kamar tidur, dapur, serta kamar tidur ketiga lebih kecil yang biasanya digunakan oleh pembantu. Dan kali ini dia tidak salah jika disana ada Sera, wanita keras kepala itu, Jericko geleng-geleng kepala sambil tersenyum penuh arti.
"Tom, kasih tahu orang suruhan lo untuk berhenti mencari Altar karena gue sendiri yang akan mendatanginya," ucap Jericko sambil bangkit dari duduknya.
"Kenapa?" Tanya Tomo sambil meletakkan ponselnya.
"Altar adalah salah satu penghuni di JSH," jawab Jericko sambil menautkan kancing jasnya.
Tomo membulatkan mulutnya.
"Kenapa kita nggak kepikiran yah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAYA
RandomFollow dulu guys ❤ Biar kita makin dekat hehee. Mengandung hasil dari perbuatan bejat orang yang tidak dikenalinya sungguh membuat Sera tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dan menerima janin itu. Jika bukan aku yang menjaganya, siapa lagi? _Ser...