Part 39

4K 227 2
                                    

Selamat membaca ❤

"Siapa yang ngijinin lo masuk kesini?"
Tanya Altar kepada Jericko dengan nada tak sukanya. Pria itu baru saja tiba dari Jepang.

Jericko cuma mengangkat bahunya acuh lalu melenggang pergi ke arah dapur. Keinginan pria itu untuk berbaring akhirnya dibatalkan karena kedatangan Altar, ia jadi ingin melihat calon istri yang sedang memasak.

Altar, pria itu makin emosi saat Jericko malah cuek dan berlalu pergi ke arah dapur. Ia mengerutkan kening bingung, sejak kapan laki-laki brengsek itu jadi leluasa di tempat tinggalnya. Apa jangan-jangan...., selama dirinya di Jepang Jericko selalu kesini?

"Abang?.. Kok cepat baliknya?" Ucap Sera heboh saat melihat Altar berjalan mengikuti Jericko yang lagi tersenyum kearahnya.

"Kamu ngijinin pria masuk kesini di saat abang nggak ada?" Tanya Altar mengabaikan pertanyaan Sera.

Sera yang mendengar nada bicara dari Altar melirik jengkel ke arah Jericko, kenapa juga pria itu masih disini? Abangnya pasti akan berpikiran yang aneh-aneh.

"Lo nggak ngapa-ngapain adek gue kan? Awas aja sampai itu terjadi!" Altar memandang tajam ke arah Jericko.

"Ngapa-ngapain gimana?" Tanya Jericko santai, rupanya pria itu sudah tidak punya rasa takut kepada Altar ia malah berusaha memancing emosi Altar.

"Lo paham apa maksud gue, jangan pura-pura nggak tau!" Altar melempar kunci mobil yang digenggamnya sejak tadi kearah Jericko dan itu terlihat seperti mereka adalah sepasang kakak beradik yang sedang bertengkar.

Jericko terkekeh.
"Calon istri gue ini. Nggak p---"

"Kamu kenapa masih disini?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Sera dengan memotong ucapan Jericko. Sera tidak sadar jika dia baru saja kembali berdialog seperti biasa dengan menggunakan panggilan kamu kepada Jericko.

"Aku lapar," jawaban Jericko membuat Altar ingin muntah ditempat. Sera cuma memutar bola matanya malas.

"Itu bukan jawaban. Pulang sana, aku nggak ada ya mau masakin kamu!" Sera berkata sewot.

"Tapi aku serius, Ay. Gimana dong." Jericko berucap dengan nada memelas.

"Adek gue bukan babu. Lapar ya cari makan diluar sana." Altar menyela saat pria itu selesai menandaskan segelas air mineral.

"Ay, cari makan yuk." Jericko tidak menanggapi perkataan Altar, pria itu lantas beralih mengajak Sera keluar.

"Males!" Jawab Sera singkat.

"Ay, aku serius bilang lapar." Jericko berusaha membujuk saat melihat Altar berlalu pergi mungkin hendak ke kamar.

"Ya terus?" Sera sibuk menata sup yang sudah matang diatas meja makan.

"Terus kita cari makan, yang itu biar untuk abang kamu." Tunjuk Jericko ke arah makanan yang baru disajikan Sera di atas meja.

"Ogah, aku masak ya karena aku juga kepengen mau makan," jawab Sera dengan nada sedikit jengkel.

"Yaudah!"

"Yaudah apa?"

"Nggak jadi pergi."

"Nggak jadi pergi tapi kamu yang harus pergi," jawab Sera dengan suara agak meninggi, dirinya makin emosi juga lama-lama.

Jericko terkekeh gemas.
"Kamu nggak mau pergi jadi aku juga nggak akan pergi," jawabnya enteng kemudian mengambil duduk di kursi dekat meja makan.

"Sinting!" Gumam Sera. Ia tidak ambil pusing lagi, wanita itu sibuk menata meja makan, percuma juga mengusir pria di depannya ini. Yang ada malah Sera yang jadi darah tinggi.

SERAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang