Part 21

9.5K 473 0
                                    

Jericko akhirnya pulang malam itu. Lelaki itu menelpon supirnya untuk menjemputnya dirumah Sera.

Bahagia luar biasa setelah akhirnya perjuangan singkatnya berhasil. Bahkan saat memenangkan tender dia tidak sebahagia ini.

Menikah?

Bahkan sebelum-sebelumnya tidak ada rencana untuk menikah diusia ini. Targetnya adalah menikah pada usia 30an.

"Pak Hamid, saya sudah cocok tidak kalau menikah sekarang?" Saat ini mereka dalam perjalanan pulang. Jericko memang selalu meminta pendapat kepada orang yang dia anggap sudah dekat dengannya. Jericko memilih bertanya kepada supirnya sesuai isi hatinya saat ini. Pak Hamid adalah supir kantor dari jaman papa Leon, dia adalah salah satu karyawan yang sangat loyal.

Pak Hamid tersenyum."Jika sudah mantap jangan ditunda pak. Dalam ajaran agama saya, menikah adalah suatu ibadah! Saya yakin begitu juga dengan agama bapak."

Jericko menggangguk.

"Terima kasih pak Hamid, saya akan punya anak juga dalam beberapa bulan ini." Cerita Jericko bersemangat.

Pak Hamid cuma memberi selamat kepada atasan mudanya dan tidak ingin bertanya kenapa belum menikah tapi sudah mau punya anak. Rasanya itu bukan urusannya sama sekali, atasan mudanya sudah mau mengobrol dan berbagi cerita begini saja dia sudah senang.

Tak terasa, mobil sedan hitam itu sudah terparkir diluar pagar rumah super megah kediaman keluarga Hayden. Menunggu satpam membukakan pintu Jericko mengirim pesan untuk Sera, bertanya bahwa wanita itu sudah tidur apa belum.

"Pak Hamid tidak mampir dulu?" Tanya Jericko basa-basi setelah mobil kembali terparkir dihalaman rumah. Jericko rasa jam segini mana bisa orang bertamu tapi balik lagi itu hanya basa-basi, biar bagaimanapun, orang tua ini juga ikut meyakinkannya untuk menikah.

"Tidak usah pak, saya langsung balik saja," Jawab sang sopir tak enak hati.

"Ya sudah, bapak tidak usah kembalikan mobil ke kantor dan langsung pulang saja," ucap Jericko. Dia sungguh tidak enak harus merepotkan orang tua ini. Pak Hamid bukan supir pribadinya kemana-mana, pak Hamid hanya menyupirinya jika bertemu klien atau keluar kota dalam urusan kantor tapi malam ini pak Hamid dibuat pergi pulang kekantor mengambil mobil disana untuk menjemputnya.

"Iya pak."

Jericko menganguk menanggapi jawaban sang supir dan melangkah masuk rumah.

****

Pagi menjelang. Jericko terlihat sudah rapi dengan setelah jasnya. Menuruni tangga sambil memainkan ponsel.

"Pagi kak." Naomi menyapanya dari arah belakang.

"Hm," balas Jericko dengan matanya masih fokus ke ponsel.

"Jangan lupa sarapan sama minum susu, Ay?" Naomi bergumam membaca pesan yang dikirim kakaknya kepada entah siapa, gadis itu berusaha mengintip dari atas. Seketika matanya melebar.
"Kak, sejak kapan kakak jadi lebay begitu saat mengirim pesan?" Naomi bukan gadis kecil, dia mengerti kakaknya itu lagi memberi perhatian kepada seseoang disebrang sana.

"Ck, kepo kamu!"

"Kak El punya pacar baru sedangkan kak Sera lagi mengandung anak kakak? Tega kamu kak, aku nggak habis pikir lho. Jangan bilang itu yang lagi kirim pesan adalah si gurita-gurita itu? Oh my, kak! Stop deh, you shouldn't be doing that! Lalu kenapa kemarin-kemarin kakak boyong kita buat lamar kak Sera? Apa karena kak Sera belum menerima jadi kakak tega melakukan itu. Sumpah demi apa I really hate youuu!" Naomi sudah meledak-ledak. Kakaknya ini sungguh tidak konsisten. Bagaimana bisa hanya ditolak sekali langsung berpaling. Dasar tidak jantan!

SERAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang